#9TahunAkseyna: "Kami Tidak Ingin Ada Aksi yang Ke-10, 11, dan Seterusnya"

Redaksi Suara Mahasiswa · 29 Maret 2024
3 menit

Kematian Akseyna telah sembilan tahun berlalu, tetapi kejelasan pelakunya masih abu-abu. Untuk mengenang almarhum dan menuntut Universitas Indonesia (UI) agar segera mengusut tuntas kasus itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI melaksanakan aksi simbolik pada Kamis (28/3). Sejumlah mahasiswa dari berbagai fakultas datang ke taman depan Danau Kenanga untuk menghadiri aksi tersebut. Mereka mengenakan pakaian hitam sebagai simbol perwujudan duka atas nihilnya titik terang dari kasus tersebut. Dalam aksi yang berlangsung pada pukul 16.00–18.00 WIB ini, perwakilan BEM se-UI bergantian menyampaikan orasi dan diakhiri dengan pernyataan sikap bersama Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM) UI.

Di titik aksi, BEM UI membentangkan sebuah spanduk yang menampilkan foto tiga petinggi UI, yaitu Ari Kuncoro selaku Rektor UI 2019–2024, Abdul Haris selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI 2014–2019, serta Muhammad Anis selaku Rektor UI 2014–2019. Pertanyaan “Ke Mana Mereka Semua?” dan tagar “#9TahunAkseyna” turut melengkapi tampilan spanduk tersebut. Foto dan tulisan-tulisan yang terpampang merupakan simbol kekecewaan atas bungkamnya ketiga petinggi tersebut dalam menindaklanjuti kasus Akseyna sehingga pengusutannya menjadi mandek.

Dengan berlatarkan spanduk itu, para orator bergantian menyampaikan orasinya. Orasi-orasi tersebut berisikan tuntutan-tuntutan dan ungkapan-ungkapan kekecewaan kepada pihak berwenang atas ketidakjelasan penangan kasus Akseyna yang tak kunjung terselesaikan dalam sembilan tahun lamanya. Bukan hanya orasi, beberapa perwakilan fakultas juga membacakan puisi yang mengungkapkan kemuakan mereka terhadap nihilnya keberpihakan kampus pada Akseyna dan keluarganya.

Pada sesi orasinya, Verrel Uziel selaku Ketua BEM UI 2024 menyampaikan kegeramannya. Verrel mengaku miris dengan kegagalan para petinggi UI dalam memberikan kepastian dan keadilan bagi kasus Akseyna. Oleh karena ketidakseriusan pihak UI dalam mengungkap kebenaran, Verrel menduga bahwa ada petinggi-petinggi UI yang terlibat dalam pembunuhan Akseyna.

“Ketika ketidakpastian itu terus bergulir, jangan salahkan saya ketika saya berasumsi bahwa mereka-mereka yang ada di dalam gedung rektorat itu punya andil atas terbunuhnya Almarhum Akseyna,” tutur Verrel dalam orasinya.

Dalam orasinya, Verrel juga mengomando para peserta aksi untuk meneriakkan “Pembunuh!” yang merujuk kepada rektorat dan menjawab “Polisi” ketika Verrel menyerukan, “Percuma Lapor?” Aksi Verrel tersebut merupakan simbolik atas sorotannya terhadap kasus Akseyna yang tak kunjung menemui titik terang karena ketidakpedulian dan tidak adanya political will dari pihak UI dan Kepolisian.

Setelah orasi dan puisi, Brigade UI menyuasanai aksi dengan pertunjukkan simbolik sebagai bentuk simpati mereka terhadap kasus Akseyna. Pertunjukkan itu menampilkan beberapa mahasiswa yang memegang balon-balon putih dengan noda merah—bak darah pembunuhan—sebagai wujud tuntutan untuk menguak pelaku. Suasana duka meliputi titik aksi ketika para peserta aksi berdoa bersama di sekitar foto Akseyna yang dilengkapi dengan lilin dan taburan bunga.

Aliansi MWA UM UI dan BEM se-UI berharap agar aksi #9TahunAkseyna tersebut dapat menjadi ujung tombak perjuangan yang diupayakan oleh banyak pihak. Dengan harapan itu, mereka memberikan pernyataan sikap berupa empat tuntutan sebagai penutup aksi ini, yaitu:

  1. Menuntut Ari Kuncoro untuk membersamai keluarga Akseyna dan menuntaskan kasus Akseyna;
  2. Menuntut kejelasan dan kelanjutan tim khusus yang dijanjikan oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) kepada keluarga Akseyna;
  3. Menuntut keseriusan dari Kepolisian Resor (Polres) Depok dalam menuntaskan kasus Akseyna; serta
  4. Menuntut Ari Kuncoro untuk mundur dari jabatannya jika hingga Juni 2024 kasus Akseyna tak kunjung mendapat kejelasan dan keadilan.

Kepada Pers Suara Mahasiswa (Suma) UI, Verrel menyampaikan harapannya, “Kami ingin kasus ini segera tuntas, siapa pelakunya, apa motifnya, dan harapannya itu nanti bisa terungkap terang benderang untuk dapat memberikan ketenangan bagi keluarga korban.”

Verrel juga berharap bahwa aksi simbolik ini menjadi aksi yang terakhir, dan akan terus berupaya menuntut kejelasan dari pihak universitas. “Ketika tahun ini tidak ada kejelasan dari penyelesaian kasus ini, kami menuntut Pak Ari Kuncoro untuk mundur dari jabatannya. Kami tidak ingin ada aksi ke-10, 11, dan seterusnya. Kami ingin ini menjadi aksi yang terakhir,” tambahnya.

Sebagai informasi, Akseyna Ahad Dori adalah mahasiswa Biologi FMIPA UI yang ditemukan meninggal dunia di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015 silam. Ia ditemukan dalam keadaan mengambang dengan tas ransel berisi batu seberat 14 kg di tubuhnya. Polisi menetapkan kasus ini sebagai kasus pembunuhan karena sejumlah bukti berupa adanya tindak kekerasan pada korban. Akan tetapi, misteri di balik “Siapa Pembunuh Akseyna?” belum juga menemukan titik terang. Sembilan tahun berlalu dan keluarga korban masih terus berupaya menuntut keadilan dari pihak UI dan Kepolisian, tetapi tidak kunjung terselesaikan.

Teks: Made Harina I., dan Kanza A. Anggia

Editor: Jesica Dominiq M.

Foto: Ammara Shifa, Aulia Arsa, dan Kanza A. Anggia

Pers Suara Mahasiswa UI 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas!