Asa Zaki untuk UI

Redaksi Suara Mahasiswa · 16 Maret 2020
4 menit

By Satrio Alif

Majelis Wali Amanat (MWA) dalam sistem birokrasi Universitas Indonesia (UI) memiliki peranan yang sangat penting. Sebagai forum tertinggi dalam pengambilan keputusan universitas, MWA UI memiliki kewenangan yang sangat besar dalam pengambilan kebijakan strategis universitas, seperti perubahan statuta UI—yang merupakan pedoman dasar UI dan sivitas akademikanya dalam bertindak dan berkegiatan. Selain itu, MWA UI berwenang dalam prosesi pengangkatan Rektor sebagai eksekutif tertinggi dalam susunan birokrasi di Universitas Indonesia.

Jumlah anggota MWA UI adalah 24 orang  yang berasal dari 6 unsur golongan yaitu 1 orang unsur menteri, 1 orang unsur rektor, 1 orang unsur tenaga kependidikan, 7 orang unsur dosen, 6 orang unsur masyarakat, dan 1 orang perwakilan unsur mahasiswa. Dengan hanya ada satu orang perwakilan mahasiswa dalam MWA UI, tentu keberadaan anggota MWA UI Unsur Mahasiswa (UM) sangatlah penting untuk mewakili suara dan aspirasi mahasiswa di setiap kebijakan penting yang akan diambil oleh UI melalui mekanisme MWA UI. Berangkat dari pemahaman ini, tim Suara Mahasiswa berkeinginan untuk mengenal lebih jauh penghubung aspirasi mahasiswa di forum MWA UI tahun 2020, Zaki Zamzami.

Mahasiswa Sosiologi FISIP UI ini menghabiskan masa kecil dan remajanya di kota kelahirannya, Tasikmalaya. Semasa Sekolah Dasar dan permulaan Sekolah Menengah Pertama, ia banyak menghabiskan harinya bermain dan berlatih sepak bola. “Saya memiliki cita-cita untuk menjadi pesakbola terkenal kala itu,” ujarnya. Titik balik seorang Zaki menjadi dirinya yang sekarang adalah ketika SMP, ia aktif berorganisasi dengan menjadi pengurus OSIS dan dicalonkan menjadi wakil ketua OSIS. Saat itu, Zaki kurang persiapan dan bukanlah pribadi yang dianggap cakap untuk menghadapi konstelasi pemilihan raya OSIS. “Keikutsertaan saya dalam pemilihan Ketua OSIS tersebut merupakan salah satu momen titik balik saya untuk menjadi Zaki yang saat ini,” tambahnya.

Kontribusinya melalui organisasi berlanjut hingga saat ini. Di Universitas Indonesia, ia memulai jalan cerita organisasinya sebagai staf Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI di tahun 2017. Di tahun 2018, ia memfokuskan kontribusinya kepada Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) FISIP UI dengan menjadi Kepala Departemen Advokasi BEM FISIP UI. Setelah paripurna berkontribusi untuk IKM FISIP UI, ia memperbesar kontribusinya untuk IKM UI sebagai Kepala Departemen Adkesma BEM UI 2019.

Puncaknya, ia terpilih untuk mewakili aspirasi dan suara mahasiswa di anggota MWA UI UM  di tahun 2020. Niat baiknya untuk mencalonkan diri sebagai anggota MWA UI UM 2020 adalah bentuk keresahannya terkait dengan kebijakan sistem pengelolaan parkir terintegrasi, yakni secure parking, dan kebijakan-kebijakan mendadak lain yang diambil oleh pihak rektorat UI selama tahun 2019. Dalam kebijakan-kebijakan tersebut, mahasiswa kurang banyak mendapat porsi partisipasi pembuatannya. Lebih dari itu, Zaki juga menyoroti perihal kebijakan terkait hal-hal mendasar seperti naiknya Biaya Operasional Pendidikan (BOP) tiap tahunnya dan perbaikan fasilitas yang belum merata. “Perubahan-perubahan kebijakan secara mendadak tanpa melibatkan mahasiswa sebagai penyumbang terbesar keuangan UI jelas akan menimbulkan reaksi mahasiswa,” tegas zaki.

Pengalamannya selama 3 tahun di kancah eksekutif Lembaga Tinggi Kemahasiswaan (LTK) baik tingkat fakultas maupun tingkat universitas, dengan spesialisasi di Adkesma, membuatnya ingin turut langsung mengawasi kinerja rektor. Namun, menurutnya, kiprahnya melalui BEM tidaklah efektif karena BEM secara struktural berada di bawah Direktorat Kemahasiswaan, yang notabene adalah bawahan dari rektor itu sendiri. Menurutnya, melalui MWA, ia dapat memberikan pengawasan efektif terhadap kebijakan rektor maupun kebijakan universitas yang mempengaruhi kehidupan mahasiswa sehingga aspirasi mahasiswa dapat tersampaikan dengan baik.

Dengan privilege yang dimilikinya saat ini, Zaki berupaya menyambung aspirasi dan keluh kesah yang dimiliki mahasiswa kepada stakeholder terkait, utamanya rektor dan anggota MWA Unsur Masyarakat. Selain problematika sistem pengelolaan jasa parkir terintegrasi secure parking, terdapat beberapa hal yang ingin ia soroti, seperti pembuatan crisis center kekerasan seksual, penanganan isu kesehatan mental, dan keberadaan Rumah Sakit (RS) UI sebagai Rumah Sakit Pendidikan.

Dalam penyelesaian isu kekerasan seksual, ia menitikberatkan pada poin pembuatan infrastruktur crisis center dan penyebaran buku saku SOP penanganan kekerasan seksual di kampus yang akan dianggarkan pengadaannya di tahun ini. Selain itu, isu ini akan dicoba dimasukkan dalam rencana strategis UI 2022-2024.

Sedangkan terkait  penanganan isu kesehatan mental, Zaki memaparkan ia sedang membawa usulan terkait penganggaran untuk penambahan instrumen penanganan isu kesehatan mental. “Penanganan isu kesehatan mental ini akan berfokus pada penambahan jumlah psikolog yang ada di Klinik Makara dan pengadaan Bimbingan Konseling Mahasiswa (BKM) di tiap fakultas,” papar Zaki.

Terkait problematika RS UI sebagai RS Pendidikan, Zaki mengatakan bahwa diperlukan akreditasi terlebih dahulu sehingga RS UI dapat dijadikan sebagai RS Pendidikan. Sayangnya, syarat-syarat akreditasi ini belum disesuaikan sehingga tidak dapat dilakukan akreditasi. Selain itu, realita bahwa pembayaran penanganan medis di RS UI belum bisa menggunakan BPJS membuat mahasiswa kesulitan mengakses fasilitas RS UI.

Inovasi lain yang ingin dibawa MWA UI UM tahun ini adalah upaya membawa data kontekstual yang merupakan aspirasi dari mahasiswa dan kajian yang mewakili aspirasi mahasiswa terkait kebijakan rektorat. Ditambah lagi dengan fakta bahwa rapat MWA tidak terjadwal secara berkala seperti rapat BEM maupun lembaga kemahasiswaan lainnya. Sehingga, ia harus memiliki waktu yang fleksibel dan membawakan data yang komprehensif dan sesuai dengan topik yang dibahas dalam rapat MWA.

Zaki berupaya untuk menkonkritisasi nilai dan gagasan yang telah ia janjikan saat kampanye dulu. Ia ingin segala sesuatu yang dijanjikannya kepada teman-teman mahasiswa terkait hak dan keluh kesah mereka dapat diwujudkan secara nyata. Dalam konteks ini, ia terinspirasi oleh ayahnya sendiri. Ayahnya selalu merealisasikan hal-hal yang telah ia gagas. Hal ini memotivasi Zaki untuk dapat merealisasikan apa yang telah dijanjikannya.

Sebelum sesi wawancara usai, mahasiswa UI angkatan 2016 ini berpesan semoga kedepannya mahasiswa UI lebih peduli terhadap keberadaan Badan Kelengkapan MWA UI UM. Sehingga, mereka dapat memberikan masukan dan saran sebanyak-banyaknya kepada anggota MWA UI UM dan juga masukkan mereka tersebut dapat diteruskan anggota MWA UI UM ke forum tertinggi pengambilan keputusan di UI, MWA. Sehingga, saran dan masukan dapat didengar dan ditindaklanjuti pihak terkait.



Teks: Satrio Alif
Kontributor: Giovanni Alvita, Syarifa AS
Foto: Safira Paramitha
Editor: Nada Salsabila

Pers Suara Mahasiswa UI 2020
Independen, Lugas, dan Berkualitas!