Manusia di Balik Manusiaui

Redaksi Suara Mahasiswa · 27 Januari 2020
3 menit

By Muhamad Aliffadli

Manusiaui adalah kanal untuk menginspirasi dan menghubungkan sesama mahasiswa UI. Akun Instagram itu kini sudah lebih dari 1.500 pengikut.

Semua bermula pada Desember 2017. Pada mata kuliah Media dan Komunikasi Antar Budaya, Ricky Subagja selaku mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) UI 2015, mendapat tugas UAS (Ujian Akhir Semester) untuk membuat proyek berbentuk kebudayaan.

Ricky merasa mendapat andil besar dari seorang teman bernama Mochammad Risky Altaresh atau Aresh (FMIPA UI 2016). Aresh berpikir mau membuat photoblog seperti Humans of New York, tetapi dikhususkan untuk mahasiswa UI. “Fotografer Humans of New York itu keliling New York dan share banyak cerita,” kata Ricky.

Dari sana, Ricky membuat Humans Of UI di instagram yang bertujuan menampilkan diversitas di Universitas Indonesia. “Karena gue merasa orang-orang di UI itu beda-beda banget,” imbuhnya. Akun ini ia buat dalam kurun waktu beberapa hari, dengan sembilan unggahan yang merupakan cerita mahasiswa-mahasiswa di UI.

Sebenarnya, setelah selesai UAS itu, akun ini sempat ia kesampingkan. “Waktu itu cuman buat UAS, Desember selesai jadi gak ada kabar-kabar lagi. Jadi kayak Desember sampai September gak ada pikiran untuk nge-revive, menghidupkan kembali.” Hingga pada September 2018, ia berpikir untuk menjalankan akun ini lagi. “Bulan September 2018, gue sempet berpikir ‘kayanya gue pengen otak-atik lagi deh’. Sayang banget nih Humans of UI gak dilanjutin, karena proses sangat menyenangkan gitu loh,” katanya.

Lalu, ia mulai menyebarkan idenya melalui story akun instagram-nya dengan diakhiri penawaran terbuka kepada siapapun untuk membantunya mendirikan lagi akun ini. Dari sana, terkumpul empat orang anggota, yaitu: Dinni Rahmawati (Fakultas Psikologi UI 2015), Aufar Rizki (Fakultas Teknik UI 2015), Ghozal Hidayatullah (Vokasi UI 2015), dan Hanief Bagus (FISIP UI 2015). Mereka berlima kemudian mendirikan Humans of UI dengan sebutan baru yaitu manusiaui. Meski Aresh, temannya yang menginspirasi Ricky membuat Humans of UI tidak ada di tim, ia mengaku hubungan mereka berdua baik-baik saja. “Gue melihat Aresh masih sangat ngedukung sih, bukan jadi orang yang ngerasa ‘Wah gila nih gue gak jadi tim’ gak pernah terlalu minta buat se-tim sama gue gitu.”

Berbeda dengan Humans of UI yang lebih menampilkan keberagaman, manusiaui lebih bertujuan untuk menghubungkan mahasiswa-mahasiswa UI dengan minat yang sama, juga menginspirasi orang lain. “Sebenarnya temen-temen lu aja bisa menginspirasi lu meskipun lu gak tahu ceritanya. Makanya manusiaui bisa jadi, gue ngangkat cerita orang-orang yang sebenarnya bisa dibilang gak ada tempat didengar sama anak-anak UI yang lain,” katanya.

Abhipraya Tjondronegoro atau Praya, manusia UI pertama yang mereka unggah. Dia adalah mahasiswa Fasilkom UI 2018. Praya bersama kedua saudaranya juara dalam perlombaan OKK Got Talent. Ricky mulai mengontak Praya dan menawarkan ketersediaannya untuk diwawancarai.

Dari sana, akun ini semakin berkembang. Beberapa unggahan lainnya mampu membuat manusiaui mendapat beberapa ratus pengikut baru. Unggahan itu mengenai seorang mahasiswa penyintas kekerasan seksual. Seseorang yang tidak disebutkan namanya ini menceritakan tentang hubungannya dengan mantan pacarnya yang mengarah ke kekerasan fisik. Satu lagi, adalah Ifandi Khainur Rahim atau Evan, selaku Ketua BEM Psikologi UI 2015. Evan menceritakan pengalamannya bersama jajaran BEM Psikologi UI yang sempat dilanda musibah tsunami di Banten, beberapa hari lalu. Juga ada cerita mengenai Raihan Agasha, mahasiswa Program Vokasi, yang menyukai berbagai hal berbau 80-an.

Ricky mengaku semakin banyak mahasiswa lain yang menawarkan diri menjadi bagian dari manusiaui. Walau demikian, ia merasa bahwa untuk saat ini, belum terpikir untuk menambah tim. Sebab, baginya kelima anggota ini sekarang masih cukup. “Yang pilih cerita atau story hunter itu ada dua, terus yang nge-desain dan fotografi itu ada dua, satu lagi itu media sosial, jadi dia yang upload story segala macam. Kalau nambah orang kita itu bingung mau gimana, kita udah pas,” ungkapnya. Meski ia tak menampik akan ada regenerasi.

“Semua tim angkatan 2015 ya, mungkin Agustus udah wisuda semua. Masak kita ke kampus lagi buat cari manusia-manusia UI lainnya?”

Oleh karena itu, ketika ditanya tentang langkah manusiaui selanjutnya, walau merasa potensinya besar, Ricky masih belum memutuskan. “Awalnya ngajakin (tim -red) buat menjalankan dulu, karena ngejalaninnya sebenarnya sudah susah. Baru pas udah stabil, setiap minggu nge-post, kita obrolin lagi.” Ia juga menuturkan mimpi besarnya agar manusiaui menjadi platform kegiatan-kegiatan secara offline seperti membuat kelas fotografi dan kelas musik, meski baginya itu paradoks dengan tujuan manusiaui sekarang.

Ricky mengaku banyak belajar dengan adanya akun ini. Ia merasa lebih kaya secara pribadi. Tiap kali bertemu dengan orang baru, Ricky merasa mereka memberi pelajaran baru kepadanya dan membuat diri komplit sebagai manusia.

“Gue merasa lebih less judging. Ketika ada orang yang berperilaku, ketika ada orang yang berpakaian, yang beda banget dari gue misalnya,” kata Ricky.

Terakhir, ia berharap dengan adanya manusiaui, bisa menjadi kanal untuk tercapainya tujuan utama akun ini, yaitu untuk menghubungkan (to connect) dan menginspirasi (to inspire).

Teks: Muhamad Aliffadli
Foto: Ajeng Riski Anugrah
Editor: Grace Elizabeth Kristiani

Pers Suara Mahasiswa UI 2018
Independen, lugas, dan berkualitas!