Mengenang Yun Hap: Mahasiswa UI Korban Semanggi II

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 September 2019
5 menit

By Ramadhana Afida Rachman

Sore itu suasana tampak tenang. Sejumlah mahasiswa baru saja melakukan aksi menolak Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) karena dianggap dapat mengembalikan militerisme di Indonesia. Suasana itu sontak menjadi tegang akibat suara tembakan yang diluncurkan secara serampangan oleh aparatur negara. Sebanyak 11 orang tewas dan ratusan warga mengalami luka-luka. Salah satu korban tewas adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Teknik Elektro, Fakultas Teknik (FT) angkatan 1996 bernama Yap Yun Hap.  20 tahun yang lalu pada 24 September 1999, Yun Hap ditembak di pinggir trotoar depan Rumah Sakit (RS) Jakarta, Semanggi. Kini, peristiwa tersebut dikenang sebagai tragedi Semanggi II yang merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Indonesia.

Kejadian bermula pada Kamis, 23 September 1999. Saat itu, mahasiswa FT UI termasuk Yun Hap berkumpul di Kantin Teknik (Kantek) untuk kemudian bertemu dengan massa aksi lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk (FISIP) UI. Selepas zuhur, mereka berangkat menaiki bus melewati Jalan Pasar Minggu sampai Gedung Bank Danamon, Semanggi, Jakarta. Rombongan pun kemudian jalan sampai ke depan Jakarta Convention Center (JCC) dekat Jembatan Semanggi.

“Sampai situ mahasiswa ada yang ricuh karena ada lemparan batu dari provokasi mahasiswa ke polisi. Karena ricuh, akhirnya mahasiswa dipukul mundur sama polisi sampai ke Atma Jaya,” cerita Hilman Maulana selaku Wakil Kepala Bidang Kastrat Ikatan Mahasiswa Elektro (IME) FTUI yang mendengar kronologi langsung dari alumni Teknik Elektro angkatan 1996.

Untuk menghindari adanya sweeping dari polisi, massa aksi memutuskan untuk bermalam di lapangan basket Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Mereka kembali ke tempat tinggal masing-masing keesokan paginya. Sebelumnya, mereka berjanji di siang hari akan datang ke tempat yang sama untuk melanjutkan aksi.

Lalu, pada Jumat, 24 September 1999, usai ibadah salat Jumat massa aksi dari UI kembali ke tempat aksi. Kali ini, mereka tidak turun di Gedung Bank Danamon, Semanggi, Jakarta, tetapi di putaran jalan Mal Ambassador.

“Nah, pas di situ turun, namun pasukan massa aksi dari universitas lain itu belum dateng. Jadi akhirnya massa aksi yang dari UI itu, dia menunggu massa aksi lainnya yang dateng dari arah Salemba. Akhirnya, mereka nunggu di sekitar situ sambil istirahat,” lanjut Hilman bercerita.

Ketika massa aksi dari Salemba datang, sekitar pukul 18.00 WIB, mereka bersama-sama melakukan long march ke arah Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Di tengah perjalanan, mereka mendengar kabar bahwa medan aksi sudah kondusif dan massa aksi juga sudah membubarkan diri. Ketika mengetahui hal tersebut, koordinator lapangan bersama rombongan berembuk apakah ingin lanjut atau ikut membubarkan diri.

“Akhirnya ya udah, Yap Yun Hap ini dengan dua orang temannya lagi berinisiatif (ke Atma Jaya-red) karena mereka juga enggak mau nunggu kan,” ujar Hilman melanjutkan kronologi.

Bersama dua orang temannya, Yun Hap jalan menuju Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta dan ternyata kondisi di sana sudah sepi. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk istirahat seraya menunggu mahasiswa UI lain yang sekiranya masih ada di sekitar lokasi untuk diajak pulang bersama.

Di sisi lain, teman Yun Hap yang lain, yang ikut berembuk dan tidak bergabung dengan Yun Hap, berinistaif mencarinya. Ia menelusuri daerah yang sama yang dilalui Yun Hap. Tetapi, sosok Yun Hap tidak ditemukan dan temannya tersebut beranggapan Yun Hap beserta dua orang teman lainnya sudah pulang. Ketika di perjalanan menuju rumah, teman Yun Hap ini melihat dua kompi tronton polisi.

Ketika sedang menunggu dan duduk di pinggir trotoar depan RS Jakarta, Yun Hap dan temannya pun melihat polisi datang dengan tronton.

“Mereka (polisi –red) menembaki asal aja, tembak kemana aja, ke arah jalan,” ungkap Hamdi Hidayat selaku Ketua IME FT UI menimpali cerita. Keterangan yang Hamdi berikan, ia dapatkan langsung dari Berly, teman satu rombongan Yun Hap yang ikut istirahat bersama di pinggir trotoar.

Ketika terjadi penembakan, menurut pengakuan teman Yun Hap, ia sudah berusaha jongkok. Namun, karena postur tubuhnya yang tinggi, Yun Hap terkena tembakan dari arah belakang.

“Pelurunya tuh mantul terus ke atas lagi. Akhirnya, masuk dari punggung belakang, tembus ke leher,” kata Hamdi.

Dari Rakyat untuk Rakyat

Yun Hap memang dikenal sebagai sosok yang gigih dalam membela rakyat tertindas. Ia diingat baik oleh teman-temannya sebagai orang yang memiliki inisatif tinggi dan peduli. Meskipun, Yun Hap tidak aktif dalam organisasi formal seperti senat atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), tetapi keterlibatannya dalam aksi di jalan tidak dianggap heran oleh teman-temannya.

“Yun Hap itu kalau lagi aksi, maju paling depan, pulang paling belakang. Jadi, dia mau memastikan teman-temannya selamat,” ujar Hamdi yang beberapa waktu lalu juga sempat berbincang dengan alumni Teknik Elektro angkatan 1996.

Ada pun alasan kuat Yun Hap memilih untuk berjuang di jalan karena fasilitas yang ia nikmati di kampus adalah pemberian rakyat. Oleh karena itu, ia merasa harus ada yang dikembalikan kepada rakyat dengan cara membela kepentingan mereka.

“Saya ini kuliah di UI. UI itu kampus negeri yang disubsidi rakyat. Maka, dalam rangka saya mengembalikan apa yang rakyat sudah berikan ke kampus saya, saya harus berjuang untuk rakyat dan turun ke jalan,” kata Bhakti Eko Nugroho selaku dosen FISIP UI menirukan ucapan Yun Hap.

Lenyap Jalan Yun Hap di UI

Pada tahun 2012, sempat terdengar nama Jalan Yap Yun Hap di kawasan UI. Tepatnya ada di jalan utama UI dekat bundaran logo makara UI. Namun, setelah beberapa hari dipasang, nama jalan tersebut dicabut oleh pihak universitas. Penamaan Jalan Yap Yun Hap sendiri hanya menggunakan bambu dengan tempelan tulisan ‘Jl. Yap Yun Hap’ yang dapat dengan mudah dicabut.

“Sebenarnya kalau universitas sudah memutuskan ada satu jalan namanya Yun Hap, artinya kita semua sudah tahu siapa itu Yun Hap, paham betul apa yang sudah dia berikan kepada bangsa ini, paham betul bahwa dia korban pelanggaran serius HAM,” ungkap Bhakti Eko Nugroho.

Nyatanya, penyematan nama Jalan Yap Yun Hap diakui Bhakti bukan dari struktural universitas. Tapi, dari kelompok masyarakat sipil dan beberapa mahasiswa yang memang pada waktu itu peduli dengan masalah-masalah pelanggaran HAM. Pada dasarnya, penamaan jalan menjadi bentuk semi-teatrikal agar meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai sejarah atau peristiwa yang pernah terjadi.

“Tujuannya supaya masyarakat ingat betapa peristiwa ini tidak bisa kita terima sebagai suatu fakta sejarah brutalitas terhadap kemanusiaan yang tidak boleh terulang lagi,” jelas Bhakti.

Pedulikah Mahasiswa UI?

Tiap tahunnya, Ikatan Mahasiswa Elektro (IME) FT UI selalu mengadakan acara peringatan Yap Yun Hap. Namun sayangnya, masih banyak sivitas akademika UI khususnya mahasiswa Teknik Elektro sendiri asing dengan nama Yap Yun Hap. Oleh karena itu, IME FTUI ingin mencoba terobosan baru agar sivitas akademika UI terutama mahasiswa/i FT UI setidaknya tahu siapa itu Yun Hap. Bertepatan 20 tahun meninggalnya Yun Hap pada tragedi Semanggi II, IME FT UI berinisiatif mengajukan proposal patung, penamaan jalan, dan penamaan gedung sektretariat di FT UI dengan nama Yap Yun Hap. Untuk nama jalannya sendiri, IME FT UI menyerahkan kepada dekanat jalan mana yang ingn dinamakan Jalan Yap Yun Hap.

“Sebenernya kita pengen banget menghasilkan dampak yang sebesar-besarnya. Tapi untuk sekarang kita lagi fokus ke FT dulu, dari dalem, entar lama-lama bisa menghasilkan dampak ke luar, ke UI,” ujar Visheva Nurhady Almatsier selaku Kepala Bidang Kastrat IME FT UI memberi harapan.

Jika nantinya terobosan IME FT UI dapat terwujud, apakah mahasiswa UI masih melupakan Yun Hap?

Teks: Ramadhana Afida Rachman
Foto: Istimewa
Editor: Muhamad Aliffadli

Pers Suara Mahasiswa UI 2019
Independen, Lugas, dan Berkualitas!