Resensi: Exhuma

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 April 2024
9 menit

Kolaborasi Epik Feng Shui dan Shamanisme

Judul: Exhuma
Director: Jang Jae Hyun
Pemain: Kim Go Eun, Choi Min Sik, Lee Do Hyun dan Yoo Hae Jin
Genre: Horror, Thriller, Misteri
Durasi: 2 Jam 13 Menit
Tahun rilis: 2024

Tentang Film Exhuma
Exhuma merupakan film horror dari Korea Selatan garapan sutradara Jang Jae Hyun. Film ini menembus box office domestik dengan 3 juta penonton dalam satu pekan, bahkan sampai saat resensi ini dibuat, penonton Exhuma telah mencapai 10 juta penonton di Korea Selatan. Selain itu, Exhuma juga berhasil mencetak prestasi dengan menjadi salah satu dari enam film Korea Selatan  yang di diputar di Festival Film Internasional Berlin atau Berlinale ke-74 pada Kamis, 15 Februari 2024 di Berlin, Jerman selama 10 hari. Sementara di Indonesia, Film Exhuma berhasil menembus 1 juta penonton setelah tayang 11 hari di bioskop.

Sinopsis
Mengisahkan seorang pelaku shamanisme atau bundang (dukun) bernama Lee Hwa Rim (Kim Go Eun) dan muridnya Yoon Bong Gil (Lee Do Hyun) yang membantu kasus gangguan supranatural keluarga konglomerat Korea Selatan, Park Ji Yong (Kim Jae Chul). Keluarga ini mengalami gangguan panggilan kubur atau grave’s calling dari kuburan leluhur mereka. Bekerja sama dengan ahli feng shui, Kim Sang Deok (Choi Min Sik) dan pengurus pemakaman, Go Young Geun (Yoo Hae Jin), keempatnya bekerja sama melakukan pemindahan kubur supaya gangguan lekas berakhir. Namun, ternyata langkah ini lah yang menjadi awal Hwa Rim dan timnya menemukan sesuatu yang lebih kuat dan gelap.

Praktik Feng Shui dan Shamanisme Khas Korea

Praktik feng shui dan shamanisme memang sampai saa ini banyak dipercayai oleh masyarakat Korea Selatan dalam memutuskan banyak hal. Selama penjajahan Jepang di Korea dari tahun 1910 hingga 1945, feng shui menjadi salah satu kepercayaan terkuat yang dianut oleh orang Korea. Namun, menariknya kepercayaan ini tidak diterima oleh orang Jepang pada masa penjajahan. Salah satu urban legend Korea mengatakan bahwa orang Jepang menancapkan pasak besi melintasi pegunungan Korea di lokasi berbeda dalam upaya memutus aliran energi baik feng shui.

Menggunakan urban legend dan kepercayaan terhadap feng shui, serta  shamanisme, penonton film Exhuma kemudian akan diajak untuk melihat kolaborasi epik antara ahli feng shui dan shaman dalam proses Exhumanation atau penggalian mayat keluarga konglomerat  Korea Selatan, Park Ji Young. Keluarga Park yang hendak melakukan exhumanation kuburan milik kakeknya yang berusia 100 tahun, di sebuah bukit di Gangwon Utara, yang berbatasan langsung dengan Korea Utara karena selalu diganggu oleh suara-suara aneh yang disebut sebagai panggilan kubur.

Penggambaran praktik feng shui sangat kuat dalam film, hal ini dapat dilihat dari karakter Sang Deok, yang diperankan oleh aktor senior Choi Min Sik, saat menemukan kejanggalan dalam kuburan keluarga Park. Pada adegan melakukan pengecekan ke lapangan sebelum melakukan proses exhumanation, Sang Deok merasakan bahwa posisi kubur dan tanah tidak ditempatkan dengan baik. Selain itu, Sang Deok juga merasakan kutukan yang kuat pada tanahnya. Sehingga, Sang Deok menyarankan untuk menyerah. Penggambaran karakter Sang Deok meski agak dramatis, kenyataanya memang sesuai dengan realita pekerjaan para ahli ilmu feng shui di Korea Selatan. Mereka begitu mempertimbangkan banyak hal, termasuk dalam keputusan hidup sehari-hari, terlebih dalam hal pemilihan lahan untuk kuburan.

Namun, tidak menyerah, Hwa Rim kemudian menawarkan solusi melakukan ritual shamanisme dengan cara perjamuan roh. Tujuannya, pada saat penggalian kubur, roh kubur dapat terdistraksi dan peti kubur bisa dikeluarkan dengan aman. Meskipun tetap dirasa memiliki resiko yang tinggi, Hwa Rim merasa bahwa cara ini tetap patut untuk dicoba. Berdasarkan banyak pertimbangan, akhirnya Sang Deok mulai tergerak dan setuju melanjutkan pekerjaan ini meskipun penuh dengan risiko dan hal buruk yang bisa saja terjadi.

Singkat cerita ritual pemujaan roh kemudian dilakukan. Kuburan telah dipenuhi dengan jamuan. Pada adegan ini, penonton disuguhkan aksi aktor yang sangat memukau tetapi juga di sisi lain dibuat tegang. Hwa Rim yang diperankan oleh Kim Go Eun secara totalitas menari kesana kemari membawa pedang melafalkan mantra. Instrumen tradisional yang dimainkan Bong Gil yang diperankan oleh Lee Do Hyun pun tak kalah menegangkan mengiringi tarian perjamuan roh. Lambat laun ritme instrumen semakin intens, seiring dengan sekop yang semakin dalam menggali kubur. Suasana semakin mencekam karena ritme musik yang dibuat seakan semakin cepat saat peti kubur semakin terlihat. Adegan ini memberikan penonton pengalaman serealistis mungkin sesuai dengan ritual shamanisme di Korea Selatan, seperti ikut dibawa ke dalam ritual gut yang sebenarnya. Gut adalah upacara yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan para dewa dan memohon berkah serta perlindungan. Dalam adegan di atas, Hwa Rim terus memanjatkan mantra yang bertujuan untuk melindunginya dan timnya dalam penggalian kubur. Dalam proses ini, dukun berperan penting sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia roh.

Setelah proses berjalan lancar, rencana selanjutnya adalah melakukan kremasi yang akan ditangani oleh Young Geun yang diperankan oleh Yoo Hae Jin. Sebelum dilakukan kremasi, keluarga Park memberikan syarat untuk mengkremasi jenazah sekalian dengan peti kubur tanpa membuka petinya terlebih dahulu. Tidak banyak bertanya, keempatnya menyetujuinya dan berencana segera melakukan proses kremasi.

Teror yang Sesungguhnya

Setelah penggalian kubur selesai dilakukan, seorang petugas penggalian menemukan ular aneh pada saat memeriksa kembali lubang kubur untuk terakhir kalinya, spontan membunuhnya dengan sekop. Seiring dengan sekop yang memutus kepala ular tersebut, teriakan menggema di seluruh hutan yang memberikan efek menyeramkan. Langit menggelap, hujan turun dan angin bertiup kencang membuat penonton terhanyut dalam kengerian bukit kuburan. Keadaan tersebut pada akhirnya membuat kremasi tertunda. Berdasarkan mitos setempat, proses kremasi tidak disarankan ketika hujan turun karena dapat menghambat perjalanan roh.

Melalui pelayanan pemakaman Young Geun, peti kubur berhasil diamankan di rumah sakit. Namun, secara paksa dibuka oleh seseorang dan berhasil mengeluarkan roh jahat dari dalamnya. Pada saat bersamaan Sang Deok tertarik dengan sebuah kuil yang tidak jauh dari bukit kuburan keluarga Park. Dirinya kemudian singgah dan mencari tau tentang bukit kuburan dan mendapatkan informasi dari biksu bahwa dahulu banyak orang yang hendak mencuri harta karun yang dipercaya terkubur di dalam peti, banyak diantaranya tertangkap karena gagal. Anehnya, di dalam alat-alat untuk melakukan pencurian, kebanyakan adalah pasak besi. Beberapa alat lain juga disita dan berakhir disimpan di gudang kuil.

Kembali lagi ke keluarga Park, roh jahat berhasil keluar dan berusaha mengganggu keturunan keluarga Park, bahkan Park Ji Young berhasil dirasuki oleh sosok Jepang yang terus mengulang suatu koordinat asing yang tidak dapat dipahami. Meskipun Hwa Rim dan Bong Gil melakukan ritual pemanggilan kembali roh dengan tujuan menarik kembali roh masuk ke peti, tetap saja gagal. Sang Deok akhirnya berusaha menghubungi anak perempuan keluarga Park untuk menyetujui dilakukannya kremasi secepatnya. Setelah disetujui Young Geun kemudian memerintahkan petugas untuk melakukan kremasi supaya gangguan dapat berhenti.

Meskipun kremasi berhasil dilakukan dan keadaan mulai berangsur normal, keesokan harinya salah satu petugas penggali kubur dikabarkan sakit. Saat Sang Deok menjenguknya, petugas tersebut mengatakan bahwa dirinya jatuh sakit setelah sempat membunuh ular aneh di kuburan. Oleh karena itu, Sang Deok akhirnya kembali kuburan keluarga Park. Namun, saat dirinya memberikan penghormatan terakhir kepada kuburan dengan melempar koin yang bertujuan memberi imbalan atas penggunaan tanah, Sang Deok tidak sengaja menemukan peti lain berukuran raksasa secara vertikal tidak lazim terkubur di bawah bekas peti jenazah keluarga Park.

Bersama dengan Hwa Rim, Bong Gil dan Young Geun, Sang Deok membawa peti kubur ke kuil dekat kuburan keluarga Park. Disini, Sang Deok mengundang anak perempuan keluarga Park untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, anak perempuan keluarga Park mengakui bahwa dirinya dan keluarganya tidak tahu asal muasal peti itu, selain fakta bahwa jasad ayahnya dikuburkan disana atas rekomendasi seorang biksu bernama Gisune. Dirasa tidak ada informasi yang banyak didapatkan dari keluarga Park, keempat tokoh kemudian memutuskan untuk menginap di rumah biksu untuk mengetahui rahasia apa di balik ketidaklaziman perkuburan ganda ini. Supaya terhindar dari hal buruk, peti asing tersebut dikunci di gudang.

Pada tengah malam menjelang fajar, Bong Gil mendengar suara berisik dari kandang babi. Ketika mengintip, dirinya melihat sosok tinggi besar memakai baju zirah. Adegan ini memperlihatkan kepada penonton bagaimana kejinya sosok tinggi yang tidak hanya menyerang para babi tetapi juga menyobek badan manusia. Bong Gil lari kembali ke rumah dan berusaha memberi tahu Hwa Rim. Hwa Rim kemudian menyusul ke gudang dan melihat atap sudah bolong dan peti kubur sudah terbuka. Saat hendak keluar, dirinya melihat sosok besar di luar gudang menenteng kepala manusia.

Kengerian tersebut membuat Hwa Rim ketakutan. Pada adegan ini, penonton akan kembali merasakan tekanan yang sangat kuat oleh sosok ini. Tubuhnya tinggi besar menembus atap memberikan kesan sangat menyeramkan dan membuat siapapun merasa terintimidasi. Dia adalah siluman jendral Jepang yang bengis. Hwa Rim berusaha lari dibantu oleh Bong Gil, tetapi Bong Gil berakhir diserang oleh siluman tersebut. Fajar kemudian tiba ditandai ayam berkokok. Siluman jenderal seketika berubah wujud menjadi bola api dan menjauh menuju ke bukit kuburan keluarga Park. Bong Gil yang kritis akibat serangan siluman kemudian dilarikan ke rumah sakit. Naasnya, jiwa Bong Gil berhasil disandera oleh siluman jenderal.

Sebuah Akhir yang Menjadi Titik Terang

Keesokannya, Sang Deok kembali ke gudang rumah biksu dan mencari tahu informasi mengenai kuburan keluarga Park yang sebelumnya diceritakan oleh biksu. Dirinya kemudian menemukan foto diantara alat-alat galian kuburan milik pencuri yang diamankan di gudang, Sang Deok juga menemukan catatan tentang pasak yang ditanam dalam kuburan keluarga Park. Sang Deok kemudian mendapatkan fakta bahwa mereka bukanlah pencuri, melainkan sebuah klub pendakian gunung swasta. Mereka secara rutin berkeliling ke berbagai gunung untuk mencari pasak besi yang dipasang pada masa penjajahan Jepang karena dianggap memutus energi baik feng shui, dalam film ini dikisahkan pasak adalah bentuk dari kutukan.

Sang Deok seketika kembali teringat dengan koordinat yang dirinya temukan pada nisan kubur keluarga Park, jika diingat sekali lagi sama dan yang pernah disebutkan Ji Yong saat kerasukan. Dirinya kemudian menyimpulkan bahwa kemungkinan besar terdapat pasak lain di koordinat tersebut. Untuk mengetahuinya, Sang Deok kembali ke kuburan dan dibuat tercengang mengetahui arti koordinat itu adalah posisi peti jenderal yang sebelumnya dirinya temukan.


Akhirnya tepat tengah malam, Sang Deok, Hwa Rim dan Young Geun berusaha mencari dan menghancurkan pasak kutukan dan menyelamatkan jiwa Bong Gil. Namun sayang sedalam apapun tanah digali, Sang Deok dan Young Geun tidak menemukan apapun. Young Geun menghampiri Hwa Rim mengatakan bahwa mereka tidak menemukan apapun. Tiba-tiba, bola api perwujudan lain dari siluman jenderal terbang menuju lubang kuburan dimana hanya Sang Deok berada.

Bola api masuk ke dalam lubang kuburan dan berubah menjadi jenderal siluman. Sang jenderal menyerang Sang Deok pada bagian hatinya. Hwa Rim melihat itu langsung menyiramkan darah kuda dari atas lubang kubur ke tubuh siluman jenderal. Seketika tubuh sang jenderal terbakar, seragan terhadap Sang Deok lepas dan Sang Deok limbung ke tanah. Sang jenderal pun kemudian dengan sisa tenaganya beralih mencekam leher Hwa Rim dan Young Geun.

Sang Deok yang terkapar di tanah menyadari sebenarnya pasak yang dia cari adalah jenderal itu sendiri. Hal ini dirinya sadari ketika sang jenderal memiliki representasi besi dengan baju zirahnya. Untuk mengalahkan besi besi (perumpamaan baju zirah) dan api (bentuk jelmaan bola api jenderal) dapat dikalahkan dengan tanah, kayu dan air. Tepat saat Sang Deok yang sedang terkapar di tanah, diraihnya pasak kayu di depannya dan menancapkannya ke kaki siluman. Benar saja, siluman jenderal kesakitan. Sebelum pukulan terakhir, Sang Deok memuntahkan darah dan mengoleskannya pada pasak kayu sebagai ganti dari air. Pukulan terakhir dirinya layangkan hingga sang kalah.

Teori dari Tanah Kutukan
Film ini kemudian berhasil menghadirkan berbagai teori mengenai teka-teki tentang apa yang sebenarnya terjadi dan membuat semakin menarik untuk ditonton. Salah satunya adalah teori dimana film ini mereferensi pada urban legend Korea Selatan mengenai pasak besi penghalang energi feng shui. Diketahui, dulu pada awal tahun 1980-an, sebuah klub pendakian gunung swasta dibentuk untuk berkeliling berbagai gunung untuk mencari pasak besi.

Menurut artikel berita pada saat itu, mereka menemukan 27 pasak besi di Gunung Bukhan dan menyumbangkan 15 pasak besi ke Balai Kemerdekaan Korea pada bulan April 1985. Pasak besi tersebut memang dipalu di beberapa gunung oleh Jepang pada masa penjajahan, tetapi beberapa artikel berita mengklaim bahwa mereka hanya digunakan untuk menandai jalan setapak di gunung pada tahun 1920-an.

Namun, dalam film ini pasak diartikan sebagai kutukan. Menurut kesesuaian dengan plot cerita ini, siluman jenderal dijadikan sebagai pasak hidup oleh Gisune untuk mengutuk Korea akibat kekalahan Jepang pada saat perang perebutan Korea dan Jepang. Hal ini dapat dilihat dari adegan prekognisi atau flashback Hwa Rim dan Young Geun saat dicekik siluman jenderal, diketahui sang siluman dulunya adalah seorang jenderal Jepang yang mampu menghabisi 10.000 orang tanpa pandang bulu.

Jenderal Jepang dikubur sebagai pasak hidup di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara dengan harapan dapat menjaga wilayah kekuasaan Jepang bahkan sampai akhir hayat. Sehingga, Gisune yang merupakan biksu yang berasal dari Jepang memanfaatkan keluarga Park dengan mempengaruhi mereka untuk menempatkan kuburan keluarga Park diatas pasak hidup jenderal. Mengapa? Karena menurut teori, keluarga Park adalah orang yang memiliki kekuasaan layaknya gubernur di masa lalu. Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang berkenan untuk menggali kuburan gubernur, sama dengan konsep kuburan raja yang tidak ada yang berani untuk menggalinya. Dengan cara inilah Gisune membuat pasak kutukan terus terlindungi dan tidak akan ada yang  mencoba menariknya.

Review

Secara keseluruhan film ini memberikan cerita yang fresh bagi penonton film horror. Jika kalian menyukai genre film tentang budaya suatu negara, terutama horornya, Exhuma adalah pilihan yang tepat bagi kalian. Kisah seram, serta kental dengan budaya kepercayaan seperti feng shui dan shamanisme, memberikan pengalaman menonton film yang berbeda dengan genre film horror lainnya. Namun, kelemahannya ada beberapa plot yang masih belum terpecahkan, seperti akhir dari keluarga Park ataupun nasib dari penggali kubur yang membunuh ular aneh di kuburan terkutuk. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada @canopellavegaa yang turut memberikan kesempatan pengguna X untuk merasakan keseruan menonton film Exhuma dan meramaikan penayangannya di bioskop Indonesia.


Referensi

Yim Seung Hye. 2024. Feng shui and urban legends in 'Exhuma': What you should understand. https://koreajoongangdaily.joins.com/news/2024-03-24/entertainment/movies/Feng-shui-and-urban-legends-in-Exhuma-What-you-should-understand/2008939

Semaskill. 2024. Belum Banyak Tau, Inilah Kepercayaan yang Dianut Orang Korea Selatan. https://sematskill.com/kepercayaan-yang-dianut-orang-korea-selatan/

Teks: Dita Pratiwi
Editor: Caesi Rosprianti
Foto: MDL


Pers Suara Mahasiswa
Independen, Lugas, dan Berkualitas!