Siapkah UI Kuliah Tatap Muka Semester Depan?

Redaksi Suara Mahasiswa · 6 April 2021
4 menit

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim baru-baru ini mengeluarkan pernyataan bahwa kegiatan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi diperbolehkan untuk digelar secara tatap muka. Dalam konferensi pers yang dilaksanakan pada Selasa (30/3), Nadiem memberikan pernyataan izin tersebut setelah lebih dari satu tahun ke belakang kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring. Keputusan tersebut diambil sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yang terdiri atas Mendikbud Nadiem Makarim, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Dalam SKB tersebut dituliskan bahwa pembukaan sekolah dalam rangka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tatap muka dilaksanakan setelah dilakukannya program vaksinasi pada para tenaga pengajar seperti dosen dan guru serta tenaga kependidikan rampung dilaksanakan. Nadiem juga memaparkan bahwa bagi 22 persen sekolah yang telah menjalankan kegiatan belajar mengajar tatap muka dapat dilanjutkan. “Program Vaksinasi tenaga pengajar ditargetkan selesai pada Juli 2021 dan akan menjadi penentu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tatap muka,” ujar Nadiem pada Konferensi Pers yang dilakukan pada Selasa (30/3).

Menyikapi konferensi pers tersebut, Universitas Indonesia (UI) menyatakan kesiapannya di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka pada bulan Juli 2021 mendatang. Dikutip dari Kompas.com, Prof. Abdul Haris selaku Wakil Rektor I yang membidangi Akademik dan Kemahasiswaan menyatakan bahwa UI siap mengikuti kebijakan yang telah pemerintah terapkan tersebut. “UI akan mengikuti kebijakan Mendikbud tersebut tentunya dengan memperhatikan berbagai faktor yang ada di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kampus, seperti jadwal perkuliahan dan laboratorium, kapasitas ruangan, serta monitoring aktivitas dosen dan mahasiswa di kampus,” terangnya.

Dengan dilaksanakannya vaksinasi sebagai indikator keamanan dan penentu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tatap muka, hal ini menjadikan vaksinasi sebagai tolak ukur keamanan di dalam pelaksanaan kembali kegiatan belajar tatap muka. Namun, apakah indikator tersebut sudah cukup untuk menjamin keamanan sivitas akademika UI?

Melalui wawancara secara daring dengan Suara Mahasiswa UI, Direktur Kemahasiswaan UI, Dr. Tito Latif Indra, M.Si, menyatakan kesediaannya dalam menyiapkan kuliah tatap muka mulai semester depan, sesuai dengan yang diinstruksikan dalam SK 4 Menteri. “Pada intinya kita siap untuk melakukan hal tersebut; siap untuk mempersiapkan berbagai (fasilitas--red) yang ada, baik peralatan, atau kondisi-kondisi lainnya,” ujarnya.

Mengenai vaksin, Tito menyatakan masih mengusahakan ketersediaan vaksin untuk mahasiswa UI. Bahkan, ia mengusulkan agar mahasiswa dapat mengajukan surat tertulis kepada Kemendikbud terkait urgensi kebutuhan vaksin. Ia sendiri memperkirakan vaksinasi mahasiswa dapat dimulai pada bulan Mei mendatang. Nantinya, apabila stok vaksin sudah tersedia, seluruh sivitas akademika UI akan segera mendapat giliran untuk divaksin.

Sementara itu, terkait fasilitas yang disediakan UI untuk sivitas akademika, Tito menyatakan bahwa UI akan menyediakan Alat Perlindungan Diri (APD), terutama bagi mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Menurut perkiraan, UI sendiri ditargetkan akan menyediakan 5000 APD. “Mahasiswa itu sangat butuh (APD--red), untuk mempersiapkan nanti kuliah luring. Untuk mendapatkan APD dari anggaran UI kan nggak mungkin, karena (anggaran UI--red) terbatas, sehingga saya mencari bantuan ke donor, dari mana mana, kemudian salah satunya ini saya meminta bantuan (kerjasama-Red)  kepada kepolisian,” ujarnya.

Karena situasi yang masih belum 100 persen pulih, Tito menyebutkan maka kemungkinan besar UI akan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan sistem blend. Jika menggunakan sistem ini, dalam satu kelas tatap muka, hanya diisi oleh setengah dari kapasitas kelas tersebut. Selanjutnya, pada minggu berikutnya, setengah mahasiswa lainnya “Jadi ada setengah kelas hadir, (dan ada setengah--red) di rumah juga, (melaksanakan kuliah secara--red) online,” ujarnya. Tito memperkirakan hanya sekitar 20 hingga 25 mahasiswa saja yang dapat mengisi kelas.

Sistem ini juga mempengaruhi tenaga pengajar. Sebagai upaya mengurangi resiko, hanya beberapa dosen yang dapat melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka. “Bahwa yang sudah berumur lebih dari 50 (tahun--red) ke atas, atau 60 (tahun ke atas--red), itu tidak boleh dateng. Jadi dia tetap di rumah,” ujar Tito.

Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) UI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, menilai pemberlakuan kebijakan kuliah tatap muka mulai semester depan belum bisa dipastikan. Pasalnya, situasi pandemi di Indonesia kini, bahkan di dunia, masih belum stabil. Sehingga belum dapat diputuskan apakah situasi sekarang sudah atau belum terkendali.

Selain itu, menurut mantan Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara (SEARO) ini, keputusan baru dapat diambil berdasarkan status pandemi dalam waktu yang berdekatan dengan wacana pelaksanaan kuliah tatap muka. Bila angka penularan Covid masih tinggi pada saat mendekati tahun ajaran baru, maka kuliah tatap muka sangat tidak disarankan. Singkatnya, kebijakan kuliah tatap muka harus bersifat situasional; sehingga tidak dapat diagendakan dalam waktu dekat ini. “Situasinya (pandemi--red) bisa berubah dari suatu waktu ke waktu, jadi keputusan harus diambil sesuai dengan keadaan yang terakhir pada saat keputusan itu diambil,” terang Prof. Tjandra.

Ia juga menekankan persiapan yang kuat untuk menghadapi kuliah tatap muka. Tentunya, vaksinasi terhadap seluruh sivitas akademika UI, mencakup dosen, tenaga pendidikan, dan mahasiswa, harus sudah rampung sebelum tahun ajaran baru dimulai. Hal tersebut dibutuhkan untuk mencegah penularan Covid di lingkungan kampus. “Makanya, (perkuliahan tatap muka--red) hanya bisa diberlakukan kalau situasi di sekitar itu sudah cukup terkendali dengan baik dan persiapan dilakukan dengan baik. Kalau situasinya masih belum terkendali atau persiapannya tidak baik, maka tentu saja ada kemungkinan penularan. Tapi kalau situasinya bener-bener sudah terkendali pada saat itu, dan persiapan dilakukan dengan sangat baik, maka tentunya penularan itu bisa ditekan secara maksimal,” tuturnya.

Di lain sisi, epidemiolog UI, dr. Pandu Riono menyatakan bahwa UI belum siap melakukan kuliah tatap muka. Hal ini karena situasi kini sangat kompleks, banyak hal yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah keamanan para mahasiswa rantau. Mahasiswa rantau di UI tidak seluruhnya tinggal di asrama, dengan demikian cukup sulit untuk memonitor kondisi kesehatan mereka.

Salah satu syarat kuliah tatap muka adalah vaksinasi bagi sivitas akademika. Namun hingga saat ini, belum semua sivitas akademika UI telah divaksin. Dari kalangan mahasiswa, hanya mahasiswa Fakultas Kedokteran saja yang sudah melakukan vaksinasi sejak Maret lalu, karena mereka harus melakukan praktik di UI. Pun, stok vaksin nasional belum mencukupi untuk memvaksin seluruh mahasiswa. Demikian, menurut Pandu, negara harus memprioritaskan vaksin bagi kelompok rentan terlebih dahulu, seperti lansia. Hal ini juga menjadi salah satu rintangan kuliah tatap muka.

Kendati begitu, menurut Pandu, kuliah tatap muka dapat diberlakukan pada mahasiswa baru, dengan catatan mereka wajib tinggal di asrama dan dipantau kesehatannya secara berkala. “Diterapkan tes (screening--red), antigen, secara rutin. Selama offline, mahasiswa berada di asrama UI dan sekitarnya saja,” ujar Pandu.

Mengenai kemungkinan pelaksanaan kuliah tatap muka, Pandu menghimbau sivitas akademika untuk bersabar dahulu. Banyak komponen yang harus dipikirkan sebelum membuka kampus untuk perkuliahan, seperti kesiapan fasilitas kampus dan kesediaan vaksin. Salah satu syarat yang perlu dipertimbangkan yakni kuliah perlu dilaksanakan di dalam ruangan yang terbuka ventilasinya, sementara sebagian besar ruangan di UI menggunakan AC. Hal tersebut membuat udara hanya berputar di ruangan tersebut. Tempat cuci tangan pun harus diperbanyak. Pun, bila menunggu seluruh mahasiswa tuntas divaksin, menurut Pandu tidak mungkin pada bulan Juli dapat dilaksanakan kuliah tatap muka. “Harus menunggu dengan sabar apabila mau kuliah tatap muka. Kemungkinan baru September atau November baru bisa offline,” tuturnya.

Teks: Satrio Alif Febriyanto, Nada Salsabila
Kontributor: Faizah Diena
Foto: Mikail Arya
Editor: Faizah Diena

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas