Resmi diluncurkan, Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) Gencarkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang Komprehensif

Redaksi Suara Mahasiswa · 2 Mei 2024
4 menit

Bunga-bunga yang merekah pada 29 April 2024 seolah menjadi saksi kehadiran gemilang Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) di panggung Auditorium Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda. Dalam cahaya yang gemerlap, acara peluncuran resmi mereka mengusung tema "Bersama Menuju Masa Depan Gemilang". Dipersembahkan dengan semangat dan kehangatan yang membara, acara tersebut jauh melampaui sekadar perhelatan biasa, melainkan sebuah puncak kemegahan bagi YGSI untuk memperkuat Comprehensive Sexuality Education (CSE) atau Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang komprehensif (PKRS) di Indonesia.

Sebelum terlahir sebagai YGSI, organisasi ini mulanya bernama Rutgers Indonesia yang lahir dari hasil pemisahan dengan Rutgers Netherland. Petualangan kedua mitra ini dalam upaya mempromosikan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dan pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS) telah memberikan manfaat kepada 107.182 orang, dengan melibatkan 12.760 orang muda.

Rangkaian acara dimulai dan dipandu oleh Chan Budiman sebagai pembawa acara, dilanjutkan dengan nyanyian Indonesia Raya yang dipandu oleh Desrina, dan doa yang dikumandangkan oleh Fauzan. Kesempurnaan acara dirasakan dengan pertunjukan tari nusantara oleh Sanggar Aneuk Iskandar Muda yang menampilkan tari betawi dan tari piring yang memukau.

Lany Harijanti selaku Ketua Dewan Pembina YGSI membuka acara dengan memberikan sambutan mengenai komitmen YGSI untuk terus memperjuangkan HKSR dan pencegahan KBGS.

"Yayasan Gemilang Sehat Indonesia merupakan wujud komitmen kami untuk terus mempromosikan hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta untuk mencegah kekerasan berbasis gender dan seksual. Transformasi organisasi ini didasari oleh keyakinan bahwa keberlanjutan dan pertumbuhan menjadi kunci untuk mempertegas misi kami," tuturnya.

Tak hanya itu, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns juga menyatakan bahwa YGSI dalam menjalani perannya sebagai pendorong pembangunan di bidang kesehatan seksual dan reproduksi, tentu tak lepas dari berbagai tantangan. Grijns mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat di penjuru dunia yang belum mendapatkan akses terhadap hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta mengalami penderitaan akibat kekerasan gender.

Marieke van der Plas, Direktur Eksekutif Rutgers Netherland menambahkan sentuhan puitis dalam sambutannya.

“Saat kita merenungkan sejarah yang terkait erat ini, kita merayakan warisan kolaborasi dan persahabatan yang terus membentuk masa depan kita,” ungkap Marieke. “Saat kita memulai bab baru ini, kita melakukannya dengan dasar yang kokoh dari kepercayaan dan pembelajaran bersama antara dua organisasi,” lanjutnya.

Selepas sesi sambutan, acara dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)  antara Ketua Dewan Pembina YGSI, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, dan Direktur Eksekutif Rutgers Netherland, serta pemberian cinderamata dari Direktur Eksekutif Rutgers Netherland kepada Ketua Dewan Pembina YGSI.

Salah satu inti utama dari acara ini adalah menyajikan Dialog Interaktif yang bertajuk “Breaking the Boundaries toward CSE Sustainability” yang dibuka oleh Bang Bijay dan Mpok Tasia. Dialog tersebut menyoroti urgensi atas keberlanjutan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang menyeluruh bagi generasi muda. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber ternama, seperti Sanyulandy Leowalu (CSE Officer Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI)), Riksma Nurahmi Rinalti Akhlan (Kepala Program Studi S1 Pendidikan Khusus, Fakultas Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia), Siska Dewi (perwakilan dari Direktorat Pendidikan Dasar), dan Sri (perwakilan dari Direktorat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus).

“Keberlanjutan program pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Dengan dialog ini, mari kita bersama-sama menyusun strategi dan berkolaborasi untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap pendidikan kesehatan reproduksi komprehensif dan berkualitas,” ujar Sanyu.

Sejatinya, untuk memperkenalkan PKRS secara lebih luas, dibutuhkan adanya peran dari para guru dan pendidik. Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) telah diimplementasikan pada 372 sekolah di 7 Provinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTB, Lampung, dan DKI Jakarta. Sebanyak 1.795 guru telah dilatih menggunakan modul PKRS dan 41.186 siswa telah menerima pembelajaran PKRS. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa para guru memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajarkan PKRS.

Siska Dewi menegaskan bahwa di Indonesia sendiri telah dilakukan pelatihan mengenai Program Kesehatan Reproduksi (KESPRO) kepada 152 guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersebar di 30 kabupaten, dengan melibatkan 50 guru pelopor utama sebagai instruktur. Dalam pelatihan tersebut, para guru dibina dan diberikan pembekalan langsung oleh Direktorat Pendidikan Dasar, serta di fasilitas oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka diberikan kesempatan untuk mempelajari modul Kesehatan Reproduksi dan bekerja sama dengan puskesmas, melakukan sosialisasi kepada guru, orang tua, dan siswa, serta menyelenggarakan pembelajaran kesehatan reproduksi di sekolah masing-masing. Proses ini telah dimulai sejak tahun 2022, menandai bahwa adanya komitmen serius dalam menghadirkan pendidikan kesehatan yang holistik dan berkelanjutan bagi generasi muda Indonesia.

Sementara itu, pada tahun 2018, Direktorat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus juga memulai penyusunan modul pendidikan. Sri menjelaskan bahwa pada tahun 2019 juga telah diadakan bimbingan teknis dengan mengundang masing-masing 3 guru dari 34 provinsi, terdiri dari 1 guru Sekolah Menengah Atas (SMA), 1 guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 1 guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Kegiatan tersebut berlangsung selama 4 hari di Jakarta. Selain itu, para guru tersebut diminta untuk menyusun rencana tindak lanjut terkait program Kesehatan Reproduksi. Selanjutnya, ketiga guru tersebut bertugas untuk menyalurkan pengetahuannya kepada rekan-rekan guru lainnya di provinsi masing-masing.

Dalam kesempatan yang sama, Sri menyampaikan harapannya terhadap eksistensi YGSI agar organisasi tersebut dapat merata, bukan hanya di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat, tetapi juga ke seluruh pulau di Indonesia.

Sebagai penutup yang memukau, acara ditutup dengan penampilan pantomim yang mendebarkan, menandai akhir dari sebuah perayaan yang menginspirasi. Peluncuran resmi Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) tidak hanya menandai awal dari bab baru dalam advokasi kesehatan seksual dan reproduksi di Indonesia, tetapi juga menggambarkan komitmen kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua individu, terutama generasi muda.

Teks: Dela Srilestari

Editor: Choirunnisa Nur Fitria

Foto: Rutgers Indonesia


Pers Suara Mahasiswa UI 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas!