Logo Suma

AKOMA UI Gelar Aksi Mendesak Penyesuaian UKT

Redaksi Suara Mahasiswa · 13 Juli 2020
3 menit

By Satrio Alif

Pada Selasa (13/7) mahasiswa UI yang tergabung di dalam Aliansi Kolektif Mahasiswa (AKOMA) UI telah menyelenggarakan Aksi: Festival Mendesak Rektorat yang menuntut penyesuaian UKT di masa pandemi COVID-19 bagi seluruh mahasiswa UI. Aksi tersebut terdiri atas pawai yang diselenggarakan dengan rute dari depan gerbang utama (gerbatama) UI sampai gedung rektorat UI dan melakukan mimbar bebas di depan gedung rektorat UI.

Aksi ini diselenggarakan sejak pukul 14.00 dengan titik kumpul gerbatama dengan mengenakan dresscode baju putih disertai jaket kuning UI. Lalu, aksi  dimulai dengan pawai yang terdiri dari sekitar 20 mahasiswa yang membawa banner dan pamflet tuntutan kepada rektorat UI untuk mendengarkan aspirasi mahasiswa terkait dengan penyesuaian UKT di masa pandemi COVID-19 ini.

Para peserta aksi sempat singgah di gapura makara UI dan membentangkan banner serta pamflet tuntutan mereka seraya mendengarkan orasi dari koordinator aksi. Aksi kemudian dilanjutkan dengan pawai menuju rektorat dengan meneriakkan jargon-jargon seperti ‘UI Bergerak!’ dan ‘diam bukan solusi!’.

Saat tiba di depan rektorat, peserta aksi menggelar mimbar bebas di mana setiap orang bebas untuk menyuarakan aksinya baik dalam bentuk orasi, pembacaan puisi, maupun menyanyikan lagu untuk rektor dengan beberapa guyonan di dalam liriknya. Situasi terpantau kondusif dan petugas pengamanan lingkungan kampus (PLK) mendampingi kegiatan tersebut tanpa ada gesekan sebagaimana yang terjadi pada aksi sebelumnya.

Aksi ini digelar sampai dengan sekitar pukul 17.00 WIB namun berakhir dengan hasil yang belum memuaskan karena rektor UI yang ditunggu kehadirannya oleh mahasiswa untuk bertemu dan berbicara belum juga menampakkan dirinya. Hal ini tentu mengundang kekecewaan para peserta aksi.

Tim Suara Mahasiswa mewawancarai beberapa peserta aksi untuk mengetahui pendapat mereka terhadap aksi hari ini. Salah satunya adalah Akmal Luthfiansyah, Ketua BEM Vokasi UI 2020 yang merupakan koordinator lapangan aksi. Ia mengaku kecewa karena rektor yang ditunggu-tunggu kehadirannya selama aksi tidak kunjung datang.

“Cukup prihatin dengan kondisi rektorat hari ini. Dari awal kita mengajukan audiensi dan rangkaian peristiwa sebelumnya seperti kenaikan UKT non-reguler secara mendadak, subsidi kuota PJJ yang tidak dipenuhi oleh rektorat, dan juga pada hari ini kita menuntut penyesuaian UKT di masa pandemi. Namun, sampai detik ini, Bapak Ari Kuncoro belum menemui kita. Oleh karena itu, saya sangat prihatin dengan kondisi saat ini,” papar Akmal.

Hal senada juga diungkapkan oleh peserta aksi lainnya. Leon Alvinda Putra, kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) BEM UI juga menyatakan kekecewaannya karena aksi ini belum juga mendapatkan tanggapan positif dari pihak rektorat. “Sebenarnya kita berharap aksi hari ini itu menjadi aksi terakhir. Kenapa? Kita berharap rektorat langsung menjawab terkait tuntutan kita dan memenuhinya. Namun, sampai detik ini, belum ada jawaban dari rektorat terkait tuntutan kita pas audiensi,” ucap Leon.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Fajar Adi Nugroho, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI. Fajar mengaku kecewa dengan tidak adanya tanggapan dari pihak kampus terkait aksi hari ini. “Gue pribadi sebenarnya kecewa dengan aksi hari ini, bukan karena aksinya, tetapi karena tidak ada respons dari kampus terkait aksi kita pada hari ini,” ujar Fajar.

Ia menambahkan aksi hari ini telah diberitahukan kepada pihak rektorat keberadaannya. Namun, tidak ada respons dari pihak rektorat. “Padahal, kita telah memberitahu juga kalau ada aksi hari ini, dan memang kita menuntut adanya tindak lanjut dari audiensi kita kemarin di hari Senin, karena kita udah ngasih policy brief. Kami sudah hubungi juga via chat, tapi belum ada tindak lanjut sih terkait dengan policy briefnya itu, apakah sudah dibahas atau ditindak lanjuti,” pangkasnya.

Rencana Aksi Selanjutnya

Untuk mendukung aksi selanjutnya, Akmal menyatakan akan ada banyak propaganda yang dengan mudah dapat diakses oleh mahasiswa lainnya sehingga akan meningkatkan kesadaran terkait isu UKT yang ada. Sementara itu, kepada mahasiswa lain yang tidak dapat menghadiri aksi karena terhalang pandemi, Akmal berpesan bahwa mereka masih dapat berkontribusi melalui akun sosial media pribadi. “Jadi, untuk mahasiswa aksi yang berhalangan hadir atau mungkin tidak diizinkan untuk hadir, kami dari akoma sendiri ada propaganda-propaganda yang dapat dinaikkan di media sosial, kita desak rektorat dari media sosial (online-red) maupun aksi (offline-red),”

Hal senada diungkapkan oleh Leon. “Bisa temen temen liat juga, itu ada publikasi dari akoma yang tidak menggunakan footer atau header organisasi, jadi itu bisa dishare dengan mudah dan temen temen juga enak ngesharenya.” Ia juga menegaskan pentingnya mahasiswa melakukan komunikasi mulut ke mulut dan sosial media untuk meneruskan tuntutan-tuntutan Akoma.

Aksi yang selanjutnya akan tetap membawa tuntutan yang sama hingga direspon oleh rektor UI. Leon menambahkan bahwa pada aksi yang akan datang, ia mengharapkan adanya jawaban positif dari hasil audiensi terkait tuntutan yang dibawa, terutama pada tuntutan transparansi dan pemotongan UKT untuk mahasiswa selain tingkat akhir.

Teks: Satrio Alif
Foto: Justin Amudra
Editor: Faizah Diena

Pers Suara Mahasiswa UI 2020
Independen, Lugas, dan Berkualitas!