Logo Suma

‘Kalian Tidak Boleh Memaksakan’: Respon Gubernur Anies terhadap Demonstrasi Drop Out Anies

Redaksi Suara Mahasiswa · 17 Oktober 2022
2 menit

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, keluar menemui massa aksi Koalisi Perjuangan Warga Jakarta (Kopaja) pada aksi yang digelar di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (14/10). Aksi bertajuk “Drop Out Anies: Janji Palsu Anis Bikin Nangis” bertujuan untuk menyatakan Drop Out terhadap Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria selaku Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta. Aksi tersebut digelar sebagai bagian dari agenda puncak dari aksi pemberian rapor merah pada tanggal 18 Oktober 2021, Surat Peringatan (SP1) pada 22 April 2022 dan Surat Peringatan 2 (SP2) pada 23 Agustus yang lalu.

Massa aksi ‘Kopaja’ menyuarakan sembilan tuntutan mereka yang terkait erat dengan kelayakan hidup masyarakat Jakarta. Tuntutan tersebut mencakup isu lingkungan seperti buruknya kualitas udara Jakarta yang telah melampaui Baku Mutu Udara Ambien Nasional (BMUAN), sulitnya akses air bersih di Jakarta akibat swastanisasi air, hingga penanganan banjir yang belum mengakar pada beberapa penyebab banjir. Tuntutan berikutnya terkait dengan aspek hukum, misalnya ketidakseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam memperluas akses bantuan hukum kepada masyarakat dan perlindungan masyarakat pesisir dan pulau-pulau Kecil di Teluk Jakarta yang masih lemah. Selanjutnya, ada tuntutan yang mencakup isu hunian berupa krusialnya masalah hunian layak dan teror penggusuran paksa yang membayangi warga Jakarta. Terakhir, adalah isu kesehatan dan sosial berupa penanganan COVID-19 dan dampak sosialnya yang belum maksimal serta perlindungan penyandang disabilitas yang tidak serius oleh Pemprov DKI Jakarta.

Terdapat masalah-masalah lain yang juga disuarakan oleh massa aksi di luar sembilan tuntutan utama tadi. Mereka menuntut agar Pemprov DKI Jakarta menyelesaikan segudang masalah lain yang telah berlangsung menahun seperti kemacetan, korupsi, hingga pembungkaman hak kebebasan berekspresi akibat dari Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum.

Respons Anies: Kalian Tidak Boleh Memaksakan

Menjelang lengsernya pada tanggal 16 Oktober kemarin, Anies Baswedan merespons dengan turun ke tengah kerumunan massa aksi didampingi Ahmad Riza Patria. Sembari duduk meleseh, Anies membuka dialog dengan massa aksi mendengarkan tuntutan-tuntutan yang disampaikan massa. Mulai dari masalah kualitas udara hingga penggusuran ruang hidup warga DKI Jakarta.

Kendati demikian, Anies tetap menolak memberikan tanda tangan saat disodorkan surat pernyataan dari massa aksi. Bukan dengan tangan kosong, massa aksi datang membawa tuntutan serta surat pernyataan untuk menjamin Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan di ibu kota.

Dikutip dari Kompas.com, Anies menolak memberikan tanda tangan sebab menurutnya perlu ada kajian mendalam yang tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu singkat. “Ketika seorang Gubernur menandatangani, itu bukan hanya dibaca lima atau 10 menit. Harus dipelajari karena ada prosesnya, supaya bisa dipertanggungjawabkan,” ucap Anies kepada massa aksi.

Video jawaban mantan Gubernur Anies Baswedan juga yang beredar di platform Twitter, saat Anies sempat berdebat dengan para demonstran terkait tuntutan kebijakan yang diajukan oleh massa aksi.

"Anda memiliki hak untuk memberikan pandangan, saya memiliki hak untuk menilai memutuskan, Anda tidak boleh memaksakan ... Teman-teman, siapa disini yang mengikuti prinsip demokrasi dan siapa yang tidak?" jelas Anies.

Penolakan tersebut menjadi penanda bubarnya massa aksi dengan penuh kekecewaan. Sebelum bubar, moderator aksi sempat membantah jawaban Anies dengan mengatakan bahwa tuntutan-tuntutan demonstran ini bukanlah pemaksaaan.

"Bagaimana Bapak dapat mengatakan bahwa ini adalah pemaksaan, sedangkan perjuangan penolakan Pergub (terkait penggusuran) ini sudah dilakukan berbulan-bulan yang lalu, apa tidak cukup waktu untuk mempelajari bahwa Pergub tersebut adalah peraturan yang menindas?" tanya balik demonstran kepada Anies.

Teks : Kamila Meilina, Khoirul Akmal
Foto : Istimewa
Editor : Dian Amalia

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!