Aksi Pencurian Lukisan Mahakarya dalam Mencuri Raden Saleh

Redaksi Suara Mahasiswa · 9 September 2022
3 menit

Judul Film : Mencuri Raden Saleh
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Produser : Christian Imanuel
Genre : Laga, drama, perampokan
Tanggal Rilis : 25 Agustus 2022
Durasi : 154 menit
Pemain : Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Aghniny Haque, Rachel Amanda, dll.

Film dengan tema heist atau perampokan merupakan film yang sangat jarang digarap oleh rumah-rumah produksi di Indonesia. Sekalipun ada, jarang terdengar bahwa film itu masuk ke deretan film yang sukses di pasaran. Meskipun begitu, belum lama ini salah satu rumah produksi Indonesia, Visinema Pictures, menggarap film yang mengangkat tema tersebut: Mencuri Raden Saleh. Sebelum ditayangkan secara menyeluruh pada 25 Agustus 2022, film ini sudah menjadi perbincangan hangat di media sosial, baik di kalangan pecinta film maupun anak muda. Bagaimana tidak, film ini mempertemukan aktor-aktor muda Indonesia yang sedang berada di puncak karirnya di dalam satu bingkai.

Penghormatan terhadap Raden Saleh

Sebelum cuplikan film ini dirilis, mungkin beberapa orang yang tidak memiliki pengetahuan historis tentang siapa itu Raden Saleh, pada awalnya mengira bahwa film ini akan mengisahkan tentang aksi mencuri dari seseorang yang bernama Raden Saleh. Mengangkat tema yang jarang ditemui di dunia perfilman Indonesia, Mencuri Raden Saleh ternyata bercerita tentang aksi sekelompok anak muda yang berupaya melakukan pencurian terhadap salah satu lukisan paling berharga di Indonesia “Penangkapan Pangeran Diponegoro“. Lukisan tersebut merupakan saksi bisu salah satu peristiwa sejarah terpenting Indonesia yang direkam melalui kelihaian tangan Raden Saleh, pelukis sekaligus pelopor seni modern di Indonesia. Bukan sekadar mengisahkan pencurian biasa, terdapat alasan logis yang membuat anak muda seperti mereka harus mencuri mahakarya itu. Cerita tersebut berhasil diangkat melalui plot yang rapi dengan berbagai “bumbu” di dalamnya.

Mencuri Raden Saleh juga sedikit mengangkat kisah dan nilai perjuangan di balik lukisan itu. Hal tersebut patut diapresiasi karena mengandung nilai edukatif untuk para penonton. Dengan begitu, film ini dapat dikatakan berhasil sebagai bentuk penghormatan karya Raden Saleh agar selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Keberhasilan produksi

Selayaknya film-film dengan tema serupa seperti Trilogi Ocean’s dan Ocean’s 8, Mencuri Raden Saleh menampilkan karakter-karakter yang memiliki keahliannya di bidang masing masing. Seperti Piko (Iqbaal Ramadhan) sebagai The Forger, Ucup (Angga Yunanda) sebagai The Hacker, Sarah (Aghniny Haque) sebagai The Brute, dan seterusnya. Eksistensi karakter-karakter tersebut didukung dengan totalitas akting aktor-aktor yang memerankannya. Terlihat jelas bahwa para pemeran telah melakukan pendalaman karakter yang sangat baik. Penonton dibuat merasakan pengalaman melihat karakter atipikal yang sebelumnya jarang diperankan oleh deretan aktor-aktor muda tersebut. Di samping itu, kesan “mewah“ yang identik dengan film bertemakan heist juga berhasil ditampilkan, baik melalui pendekatan arsitektural sebagai latar film, maupun gaya hidup salah satu karakter yang ditampilkan. Tak heran jika penonton akan merasakan kesan mewah dan menilai bahwa film ini adalah film mahal. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara film ini berhasil mengemas elemen-elemen penting dalam sebuah film heist. Tak ayal, Angga memang merupakan sutradara yang cakap dengan berbagai filmnya yang selalu sukses di pasaran dan mendapat banyak pujian seperti Filosofi Kopi, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan Surat dari Praha.

Selain plot dan elemen-elemen film heist-nya, desain produksi dalam Mencuri Raden Saleh ini juga patut disorot. Sinematografinya yang merepresentasikan setiap karakter dengan baik dan sesuai dengan genre film, pemilihan lokasi syuting, pencahayaan, properti, sampai kostum dan riasannya diproduksi dengan desain yang sangat baik yang patut diapresiasi. Di samping itu, tata musik dalam film ini juga sangat tepat dan merepresentasikan setiap adegan yang ditampilkan dengan baik. Porsi komedi yang disajikan juga terasa tepat sasaran dan tidak berlebihan.

Terlepas dari keberhasilan produksi film, tidak ada sesuatu yang sempurna. Misalnya, penempatan produk atau iklan dalam film cukup kentara. Meskipun sudah ditampilkan sehalus mungkin, iklan produk yang ditampilkan di dalam film cukup mengganggu. Selain itu, terdapat beberapa adegan menegangkan yang pada akhirnya antiklimaks dan terkesan mudah diprediksi bagi pecinta film dengan genre ini. Di samping itu, beberapa adegan fighting yang ditonjolkan di beberapa adegan terasa tidak terlalu dibutuhkan. Mencuri Raden Saleh memang merupakan film dengan keseriusan produksi yang luar biasa dengan biaya yang besar pula. Namun, film dengan tema seperti ini dapat dikatakan sebagai film yang mungkin tidak dapat menarik perhatian semua lapisan masyarakat. Ditambah lagi durasi film yang cukup lama mungkin akan membuat sebagian orang merasa bosan. Meskipun begitu, dapat dimengerti bahwa terdapat banyak daya tarik lain yang dapat dijual film, seperti aktor-aktornya.

Kesimpulan

Mencuri Raden Saleh merupakan bukti bahwa perfilman lokal sudah mampu membuat film dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Selain membawakan tema yang jarang ada di perfilman Indonesia, film ini akan memberikan pengalaman sinematik baru bagi para penonton. Terlepas dari beberapa kekurangan dan hal-hal lainnya yang masih dapat diperbaiki, film ini dapat dinikmati oleh penonton dari berbagai kalangan di rentang umur yang sesuai.

Teks: Radite Rahmadiana
Foto: Istimewa
Editor: Dimas Rama S. W.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!