Logo Suma

Aksi Solidaritas Civitas UI: Bela Palestina Bukan Soal Agama, Melainkan Kemanusiaan

Redaksi Suara Mahasiswa · 4 Mei 2024
6 menit

Rotunda Universitas Indonesia (UI) menjadi saksi atas aksi Bela Palestina yang dilakukan oleh civitas UI pada Jumat (3/5) lalu. Dengan berbagai atribut Palestina, massa aksi menyuarakan seruan "Free-free Palestine!" secara berulang sejak aksi dimulai. Aksi yang bertajuk “UI Palestine Solidarity Camp” ini merupakan bentuk kepedulian mendalam terhadap Palestina yang terus menderita di bawah penindasan yang berkepanjangan.

Sejak pukul 15.30 WIB, satu persatu civitas UI mulai memenuhi titik aksi. Massa aksi yang terdiri dari mahasiswa dan juga dosen UI ini berkumpul menjadi satu untuk menggaungkan isu kejahatan kemanusiaan yang hingga kini masih terjadi terhadap Palestina. Adapun penggerak utama dari aksi Bela Palestina ini, yaitu Salam UI, yang juga didukung oleh beberapa pihak lain.

“(Selain saya), ada beberapa orang lagi yang menginisiasi ini. Ada kawan saya, Dani (Ketua Salam UI 2024) dan juga Syafiq (Ketua Dewan Penasihat Salam UI). Jadi, kita bertiga dan ada beberapa orang lagi. Penggerak utamanya Salam UI, tapi kita mengajak mitra yang lain juga untuk turut terlibat dalam aksi ini. Kita sudah mengajak berbagai UKM lain, sudah mengajak BEM juga,” tutur Muhammad Satrio Yodhatama, selaku koordinator aksi.

Aksi Bela Palestina diawali dengan sambutan oleh Satrio dan pembacaan puisi oleh beberapa perwakilan dosen UI. Dalam sambutannya, Satrio mengungkapkan bahwa aksi ini adalah bentuk nyata dari civitas UI dalam membela kebebasan Palestina.

“Ini insya Allah menjadi salah satu bukti (dalam) membela kemanusiaan, bahwa kita membela saudara-saudara kita di Palestina yang dipersekusi, yang terus menerus dijajah oleh rezim zionis Israel,” ungkap Satrio.

Adapun pembacaan puisi dilakukan oleh dua perwakilan dosen UI, salah satunya ialah Prof. Riri dari Fakultas Teknik. Ia membacakan puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul “Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu?”. Bait demi bait,  Riri berhasil membangkitkan rasa haru di tengah massa aksi.

Tenda sebagai Simbol Solidaritas

Sesuai dengan tajuk yang dibawa di dalam aksi ini, beberapa tenda menghiasi Rotunda UI. Satrio menerangkan bahwa perkemahan menjadi simbol solidaritas terhadap aksi bela Palestina yang dilakukan oleh mahasiswa Amerika Serikat di kampus mereka.

“Meskipun di sini kita tidak secara real berkemah, karena memang rencananya kita tidak menginap. Tapi ini sebagai wujud simbol kepedulian kita terhadap mereka, terhadap orang-orang yang berani untuk beraksi membela Palestina, termasuk teman-teman kita yang ada di Amerika Serikat sana,” tutur Satrio.

Pada awalnya, aksi ini akan dilakukan lebih lama, sebagaimana poster pemberitahuan aksi yang tertulis bahwa aksi Bela Palestina akan dilakukan dari pukul 15.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Akan tetapi, rencana itu harus diurungkan demi kondusifitas dan kepatuhan perizinan.

“Untuk alasan itu sebenarnya kita ingin menjaga kondusifitas acara ini ya. Jadi dikhawatirkan jika terlalu malam akan timbul masalah. Kemudian yang kedua, sebenarnya juga (karena) perizinan dari pihak kampus hanya mengizinkan sampai pukul 6 sore,” jelas Satrio.

Bela Palestina Bukanlah Soal Agama

Orasi dilakukan usai sambutan dan pembacaan puisi dilakukan. Beberapa perwakilan mahasiswa maupun dosen menyampaikan sikapnya dalam sesi orasi itu. Sedikit banyaknya, mereka berbicara mengenai pentingnya membela Palestina demi kemanusiaan.

Ramdhani Nur Widianto selaku Ketua Salam UI menjadi perwakilan mahasiswa pertama yang berorasi. Dalam orasinya, Dhani mengemukakan bahwa tidak perlu melihat hal lain, selain kemanusiaan untuk mengikuti aksi bela Palestina.

“Sore hari ini, kita berkumpul di sini sebagai manusia, tidak perlu melihat latar belakang, cukup menjadi manusia,” tegas Ramdhani.

Selaras dengan itu, orasi salah satu perwakilan mahasiswa dari Fakultas Hukum (FH) menegaskan bahwa aksi Bela Palestina ini benar-benar demi kemanusiaan, bukan keagamaan.

“Hari ini kawan-kawan, panitia dan sebagainya sudah memperkenalkan bahwa ini bukan gerakan massa Islam atau apa pun itu. Kita memanggil semua elemen karena ini tentang kemanusiaan. Kalau hanya sekadar keagamaan kenapa kita hadir? Kita hadir menuntut kebebasan berpendapat, kita hadir ke DPR untuk menuntut kesalahan, tapi kenapa saat ibu dan anak dibunuh secara massal, kita diam?” tegasnya.

Aksi Bela Palestina akan Berlanjut hingga Genosida Dihentikan

Kekejaman Israel terhadap Palestina selama berpuluh-puluh tahun mengundang empati masyarakat untuk menyerukan kecaman terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Israel. Terlebih, kebrutalan zionis Israel tak pandang bulu. Berhubungan dengan itu, Ramdhani merasa bahwa mahasiswa perlu meningkatkan kesadaran dunia atas penderitaan Palestina dengan vokal terhadap isu ini.

“Isu Palestina ini meskipun sudah lama, (tetapi) hingga saat ini belum selesai. Sayangnya, korban terus berjatuhan, semakin banyak, tidak peduli anak-anak, perempuan, ataupun warga sipil. Jadi, memang perlu bagi kita (sebagai) mahasiswa untuk menyuarakan pelanggaran kemanusiaan tersebut agar dunia menjadi aware, agar kita juga menjadi bagian dalam mewujudkan cita-cita Indonesia [untuk] mewujudkan perdamaian dunia,” terang Ramdhani.

Iqbal Cheisa selaku Wakil Ketua BEM UI 2024 pun sepakat bahwa isu Palestina harus terus digaungkan hingga Israel berhenti melakukan tindak kejahatan kemanusian terhadap rakyat Palestina.

“Kita sepakat bahwa isu ini, tuh tidak akan pernah expired, tidak akan pernah basi sampai akhirnya pelanggaran kemanusiaan yang terjadi di Palestina itu selesai ataupun berhenti. Karena walaupun akhirnya masih belum selesai, ya menurut kita masalah isu kejahatan kemanusiaan di Palestina ini harus tetap digaungkan, harus tetap disuarakan, dan harus tetap didampingi saudara-saudara kita yang (ada) di Palestina,” tutur Iqbal.

Sudut pandang lain disampaikan oleh Verrel Uziel selaku Ketua BEM UI 2024. Verrel berpendapat bahwa aksi Bela Palestina ini harus dilakukan karena menilik dari bunyi pembukaan UUD 1945 yang dimiliki bangsa Indonesia.

“Sedikit tambahan sederhana, kenapa kami menyuarakan hal ini karena sejalan dengan semangat bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,” ungkap Verrel.

Verrel pun mengungkapkan bahwa sikap diam sama dengan mengambil peran dalam kejahatan yang dilakukan oleh Israel sehingga penyuaraan isu Palestina ini harus terus dilakukan.

“Apabila kita mendiamkan diri atau diam terhadap perilaku perbuatan kejahatan, sama saja kita juga ikut andil dalam kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel. Maka dari itu, kami memilih bersuara menyuarakan kebenaran untuk berada di sisi teman-teman kami yang ada di Palestina,” tambah Verrel.

Hal Kecil Berdampak Besar: Boikot Produk hingga Sebarkan Kepedulian Lewat Media Sosial

Aksi yang dilakukan ini tidak hanya betujuan untuk menggaungkan kepada dunia mengenai dukungan civitas Universitas Indonesia terhadap Palestina. Akan tetapi, juga untuk menyadarkan seluruh mahasiswa dan masyarakat untuk melawan kekejaman Israel terhadap Palestina dengan memboikot produk-produk yang berafiliasi terhadap Israel.

Sama halnya dengan ungkapan yang dituturkan oleh Iqbal Cheisa yang menyoroti pentingnya mahasiswa dan masyarakat untuk melakukan langkah nyata dalam melawan kekejaman Israel, yakni dengan memboikot berbagai produk-produk pro Israel.

“Kita berharap masyarakat Indonesia dapat terus melancarkan dukungan. Entah dengan cara apa pun. Mungkin dengan hal-hal kecil gitu, ya. Tetap melakukan pemboikotan terhadap produk-produk yang memang berafiliasi dengan para penjahat-penjahat di sana, yaitu Israel,” ujar Iqbal.

Selain itu, Iqbal juga menekankan pentingnya penggunaan media sosial sebagai alat untuk menyuarakan kepedulian terhadap isu Palestina, yaitu melalui pengunggahan ulang cerita di media sosial, seperti Instagram yang dapat membantu menyebarkan kepada khalayak terkait situasi di Palestina.

Berbagai tindakan yang dianggap sepele, seperti menolak untuk membeli produk-produk yang berafiliasi dengan Israel serta menyebarluaskan kembali kondisi Palestina di media sosial diharapkan mampu membawa dampak signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dunia tentang isu Palestina. Selain itu, tindakan ini juga dapat menjadi pemicu bagi masyarakat untuk melakukan langkah perubahan yang lebih besar dalam mendukung kebebasan Palestina.

Rilis Sikap dan Tuntutan Utama

Dalam rilis sikapnya, Iqbal Cheisa selaku Wakil Ketua BEM FH UI 2024, menegaskan betapa pentingnya menyuarakan keadilan dan solidaritas global untuk mengakhiri penderitaan yang dialami oleh masyarakat Palestina.

Sementara itu, Satrio juga menyatakan bahwa secara garis besar terdapat tiga tuntutan utama yang merupakan esensi dari aksi ini. Pertama, Israel harus menghentikan kekejaman terhadap rakyat Palestina. Kedua, tuntutan untuk kebebasan berekspresi, terutama bagi para pembela Palestina di Amerika dan seluruh dunia agar tidak ditindas oleh pihak berwenang. Terakhir, menghimbau agar pemerintah konsisten untuk tidak membuka hubungan politik internasional dengan Israel.

Harapan, Pesan, dan Kesan dari Para Peserta Aksi

Di tengah seruan pembelaan terhadap Palestina, terselip doa dan asa yang terpatri dalam diri massa aksi. Aksi ini tidak hanya sekedar simbol belaka, tetapi juga sebuah panggilan moral yang menginspirasi dan meningkatkan rasa empati. Dari setiap seruan yang diteriakkan massa aksi, terpancar harapan akan terwujudnya kemerdekaan bagi Palestina.

Satrio menekankan kepada masyarakat Indonesia agar menyadari bahwa persoalan yang terjadi di Palestina belum usai. Ia berharap agar semua lapisan masyarakat tetap waspada terhadap eskalasi masalah di Palestina, serta perlunya konsistensi dari pemerintah dalam mendukung Palestina dengan tidak mengakui Israel dan mempertahankan sikap untuk tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Mencuatnya segala harap tidak hanya hadir dari Satrio, melainkan civitas UI yang juga turut andil. Heru Susetyo selaku dosen FH UI juga berharap agar aksi ini dapat membangkitkan kesadaran lebih luas di kalangan masyarakat, termasuk di lingkungan kampus. Seyogianya Indonesia dapat menjadi garda terdepan dalam isu Palestina ini, sebab mengingat bahwa Palestina adalah salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia sejak awal. Ia juga menyoroti bahwa seharusnya masyarakat malu dengan kampus-kampus yang ada di Amerika Serikat, dikarenakan Indonesia lebih memiliki banyak kesamaan dengan Palestina, baik dari budaya maupun latar belakang sebagai negara yang pernah dijajah.

Dalam kesempatan yang sama, Aisyah sebagai salah satu peserta aksi yang merupakan mahasiswa FH UI 2023, ikut menyampaikan kesan dan pesan akan kebahagiaannya terhadap banyaknya partisipan yang turut memeriahkan aksi ini.

“Alhamdulillah, aku terharu banget banyak orang yang datang, banyak banget orang yang punya kepedulian. Nggak ngeliat latar belakang apa, dan semuanya peduli, semuanya paham gitu bahwa ini [adalah] isu sosial yang semuanya harus melihat, gitu,” tutur Aisyah.

Sekitar pukul 18.00 WIB, aksi ditutup dengan sesi tanda tangan di atas banner putih oleh massa aksi sebagai simbol dukungan terhadap perjuangan Palestina.

Teks: Wina Afriyanti, Windi Lestari, Dela Lestari

Foto: Aliyah Pratomo

Editor: Choirunnisa Nur Fitria


Pers Suara Mahasiswa UI 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas!