Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) mengadakan sidang terbuka dalam rangka pembacaan laporan pertanggungjawaban Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro, pada Senin (13/5) lalu.
Pembacaan laporan yang bertempat di Balai Sidang UI merupakan laporan terakhir Ari Kuncoro usai menjabat sebagai Rektor UI sejak 4 Desember 2019 lalu. Dalam sidang terbuka yang berlangsung kurang lebih satu jam tersebut, Ari menyoroti pencapaian strategis UI pada periode 2020-2024 yaitu peningkatan kinerja akademik, riset, dan inovasi.
Kegiatan ini dipimpin oleh Sekretaris MWA UI, Prof. Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan (Wulan); menggantikan Ketua MWA UI, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang sedang berhalangan untuk hadir. Sidang ini juga dihadiri oleh Ketua Senat Akademik (SA) UI, Prof. Budi Wiweko; Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo; para anggota MWA UI periode 2024–2029; para dekan fakultas dan direktur sekolah; Ketua dan Sekretaris Jenderal Iluni UI; serta perwakilan dari unsur dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
Para tamu undangan terlihat mulai memadati Balai Sidang sejak pukul delapan pagi. Sementara Rektor UI beserta pimpinan organ universitas terlihat baru hadir secara bersamaan pada pukul sembilan pagi. Acara dibuka oleh master of ceremony (MC) yang memperkenalkan satu per satu tamu undangan dan memandu segenap hadirin untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kemudian acara dilanjutkan dengan rekaman sambutan dari Ketua MWA UI. Gus Yahya dalam sambutannya menyatakan perlunya laporan pertanggungjawaban rektor sebagai bentuk landasan dalam mengevaluasi kinerja kampus dan elemen yang tersedia agar dapat berinovasi. Gus Yahya yang sedang berada di luar negeri kemudian meminta maaf karena tidak dapat hadir langsung dan menyatakan akan mengikuti sidang secara virtual. Sambutan ditutup dengan penyerahan kewenangan memimpin sidang secara resmi kepada Sekretaris MWA UI, yang secara resmi membuka sidang dan mempersilahkan Ari Kuncoro untuk membacakan laporannya. Melalui artikel ini, Suara Mahasiswa telah mencoba merangkum laporan pertanggungjawaban yang disampaikan oleh Rektor UI Periode 2019-2024.
Laporan Rektor UI Periode 2019-2024
Ari memulai pidatonya dengan menjelaskan peta strategis UI selama periode kepemimpinannya, yang dibuat berdasarkan keterkaitan antara empat perspektif Balanced Scorecard, yakni pemangku kepentingan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta finansial. Keempat perspektif ini dijabarkan menjadi sembilan sasaran strategis dan diturunkan menjadi 42 indikator kinerja utama (IKU), yang ditugaskan kepada unit dan entitas anggaran di lingkungan Universitas Indonesia.
Dari 42 IKU yang ada, 30 IKU telah melampaui target yang telah ditetapkan. IKU yang ada dibagi menjadi empat bidang, yakni bidang akademik dan kemahasiswaan, keuangan dan logistik, riset dan inovasi, serta SDM dan aset. Terdapat 15 IKU yang menjadi tugas dari sekretaris universitas.
42 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang didelegasikan kepada unit-unit/entitas anggaran di lingkungan UI. Sumber: Presentasi Laporan Pertanggungjawaban Rektor UI
Pemaparan mengenai IKU dimulai dari bidang akademik dan kemahasiswaan. Ar menyatakan bahwa UI berhasil melebihi target capaian jumlah mahasiswa dan dosen asing melalui pemberian beasiswa kepada mahasiswa asing serta faculty mobility program bagi dosen dari luar negeri. Selain itu, rektor juga menyatakan bahwa jumlah kerjasama program studi dan persentase lulusan UI yang bekerja, melanjutkan studi, atau berwiraswasta, melebihi target yang ditetapkan.
Dalam bidang keuangan dan logistik, Rektor UI periode 2019-2024 ini menjelaskan perlunya inovasi untuk mengikuti berbagai isu yang relevan dengan perkembangan zaman. Ia menyatakan dalam laporannya bahwa persentase efisiensi dari beban operasional UI telah mencapai 100%. Total pendapatan UI pada tahun 2023 sebesar Rp1.461.184.509.2013, meningkat 9% dari pendapatan UI tahun 2022 sebesar Rp1.344.701.824.761. Peningkatan ini lebih rendah dari target 9,5% yang telah ditetapkan.
Bidang riset dan inovasi, sebagaimana diuraikan oleh rektor, berfokus pada output dari dosen yang diberikan kepada masyarakat. Sitasi sebagai salah satu IKU dalam bidang ini diibaratkan sebagai sebuah signalling game yang menggambarkan kualitas UI melalui sitasi. Berdasarkan World University Rangkings (WUR), pada periode waktu yang telah ditetapkan, UI memiliki 94.348 sitasi dengan rasio sitasi per dosen sebesar 10,3. Dalam uraiannya, Ari menjelaskan kondisi publikasi ilmiah UI yang cenderung lebih berfokus pada ilmu pasti dan kurangnya publikasi dalam bidang sosial humaniora. Ari juga mendorong kolaborasi dengan peneliti, diseminasi dan kolaborasi terkait riset dan inovasi, indeksasi jurnal dalam Scopus, serta penerbitan penelitian dalam pusat data yang terindeks. Dalam kesempatan yang sama, Ia juga mendorong para dosen untuk meneliti topik dengan kebaharuan yang tinggi agar mudah memperoleh dana.
Masih dalam bidang yang sama, komersialisasi riset dan inovasi menjadi salah satu indikator penting. UI mengkomersialkan 53 kekayaan intelektual selama lima tahun terakhir dan menghasilkan 130 inovasi sepanjang tahun 2023. UI juga melakukan riset untuk pembuatan kebijakan (policymaking), yakni model penelitian yang mengintegrasikan riset dan pengabdian kepada masyarakat. FEB menempati urutan pertama dalam jumlah riset policymaking, disusul oleh FISIP dan FKM. IKU terakhir dalam bidang ini adalah rasio antara luaran dosen yang diakui atau diterapkan, dibandingkan dengan jumlah dosen yang ada. Dalam hal ini, UI telah memiliki 3.110 publikasi per 31 Desember 2023 dan 1.648 karya terapan pada tahun 2023. Ari menjabarkan sejumlah strategi UI dalam meningkatkan luaran dosen, yakni melalui hibah riset sebesar Rp89,5 M, dana pelaksanaan program perancangan dan pengembangan purwarupa sebesar Rp1,45 M, dana UI Incubate sebesar Rp890 juta, dan hibah pengabdian dan pemberdayaan masyarakat sebesar Rp3,18 miliar.
Bidang terakhir, yakni bidang aset dan SDM, berfokus pada kualifikasi civitas academica, pengelolaan aset universitas, keberlanjutan, dan sistem pendanaan universitas. Dalam hal kualifikasi, 71% dosen tetap UI sudah memiliki sertifikasi dosen dan 41% tenaga kependidikan UI memiliki gelar sarjana. Selain itu, jumlah guru besar di UI bertambah sebanyak 96 orang selama tahun 2023, lebih dari dua kali lipat dari sasaran yang ditetapkan. UI juga mengintegrasikan sistem informasi sesuai dengan IT Roadmap UI sebesar 90%. Kendati demikian, pemenuhan sumber daya untuk roadmap mengalami kendala akibat berbagai konflik geopolitik dunia.
UI menggunakan indikator UI GreenMetric sebagai indikator keberlanjutan. UI gagal memenuhi target yang telah ditetapkan dan hanya mampu mempertahankan peringkat dari tahun sebelumnya. Sama halnya dengan indikator UI GreenMetric, dalam hal persentase pendapatan non-BP (biaya pendidikan) terhadap total pendapatan, UI gagal memenuhi target yang telah ditetapkan.
Sekretaris universitas juga ditugaskan untuk menangani 15 IKU terkait dengan pemeringkatan dan akuntabilitas. UI memenuhi sasaran untuk pemeringkatan oleh Quacquarelli Symonds (QS) WUR serta Times Higher Education (THE), serta memenuhi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan perolehan predikat tertinggi AA. Program zona integritas di UI, yang dimulai sejak 2020, telah menghasilkan tiga fakultas yang memenuhi standar penilaian nasional untuk kategori Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), yakni FKM untuk penilaian WBBM dan FK serta FIA untuk penilaian WBK. UI juga melaksanakan inisiatif pakta integritas dan memberikan penghargaan UI Zona Integritas Award bagi fakultas, program, dan sekolah di lingkungan UI.
Dalam hal akuntabilitas, rektor menyatakan bahwa UI telah memenuhi laporan baik untuk pihak eksternal maupun internal secara tepat waktu dan akurat. UI juga telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan mental dan fisik bagi segenap civitas akademika serta memenuhi implementasi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Kampus melalui pengadaan sarana serta prasarana.
Interupsi dan Protes dari Aliansi BEM se-UI
Usai menyampaikan laporannya, Sekretaris MWA UI selaku pimpinan sidang menyatakan bahwa MWA UI bersama dengan SA UI dan DGB UI akan menilai kinerja rektor dan memberikan tanggapannya paling lambat 30 hari setelah pemilihan rektor baru. Sekretaris menutup sidang terbuka dan diakhiri dengan pembacaan doa oleh Ustadz Ahmad Sholehah.
Sesaat usai doa berakhir, Ketua BEM UI Verrel Uziel beserta beberapa mahasiswa lainnya serentak berdiri sembari mengangkat kartu hitam. Verrel kemudian meneriakkan interupsi yang bermaksud untuk mencegah MC menutup kegiatan, namun gagal. Dalam interupsinya, Verrel menyatakan kekecewaannya kepada rektor UI karena sulit ditemui dan tidak mau mendengarkan aspirasi.
Verrel kemudian membacakan tiga poin tuntutan, namun sebelum tuntutan tersebut dibacakan, ia beserta dengan mahasiswa lainnya digelandang keluar oleh pegawai yang sudah bersiaga di dalam Balai Sidang beberapa menit sebelum sidang berakhir. Pegawai lainnya dengan pakaian putih kemudian menutup pintu rapat-rapat untuk mencegah mereka kembali masuk. Setelah aksi interupsi berhasil diredam, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama rektor dan MWA beserta jajaran dekan dan direktur. MC menutup acara pada pukul 10.25 WIB dengan mempersilahkan tamu undangan untuk menikmati makanan yang tersedia.
Selepas acara ditutup, Verrel beserta dengan sejumlah mahasiswa lainnya melanjutkan aksi di depan gedung Balai Sidang UI. Dalam aksinya tersebut, Verrel menyatakan tiga permasalahan rektor UI yang menjadi tuntutan, yakni Satgas PPKS yang terbengkalai, SK BOP yang tidak jelas proporsionalitasnya, dan permasalahan Akseyna yang tidak pernah tuntas. Verrel juga menyatakan rektor Ari Kuncoro sebagai “rektor pengecut” karena menolak menandatangani surat pernyataan dan malah kabur dari mahasiswanya.
Aksi protes kemudian dilanjutkan dengan membacakan surat tuntutan dari Aliansi BEM se-UI. Dalam surat tuntutannya tersebut, aliansi menyatakan kekecewaan terhadap ketidakmampuan rektor dalam menyelesaikan masalah mendasar di UI, kendati UI yang digadang-gadang sebagai universitas terbaik di Indonesia dan world class university.
Terdapat sejumlah poin tuntutan dari Aliansi BEM se-UI yang ditujukan untuk rektor UI, yakni:
Aliansi BEM se-UI menjelaskan alasan dibalik tuntutannya, yakni biaya BOP yang mahal dapat memberatkan mahasiswa beserta keluarganya, ketiadaan satgas PPKS menghalangi terciptanya ruang aman bagi mahasiswa, dan ketidakjelasan kasus Akseyna menunjukkan bahwa rektor lepas tangan dari tanggung jawab penyelesaian kasus pembunuhan yang terjadi di lingkungan kampus.
Teks: Jeromi Mikhael Asido
Foto: Jeromi Mikhael Asido
Editor: Aulia Arsa
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!