All of Us Are Dead: Drama High-Teen Zombie yang Tetap Seru Meski Banyak Kejanggalan

Redaksi Suara Mahasiswa · 18 Februari 2022
5 menit

Judul: All of Us Are Dead (Jigeum Uri Hakgyoneun)
Kreator: Lee JQ, Chun Sung-il, Kim Nam-su
Penulis: Chun Sung-il
Sutradara: Lee Jae-kyoo, Kim Nam-su
Genre: Coming-of-age, horror, zombie apocalypse
Tanggal rilis: 28 Januari 2022
Jumlah episode: 12
Durasi: 53–72 menit
Pemain: Park Ji-hu, Yoon Chan-young, Cho Yi-hyun, Park Solomon, Yoo In-soo, Lee Yoo-mi, Kim Byung-chul, Lee Kyu-hyung, Jeon Bae-soo

Korea Selatan menjadi negara yang produktif dalam menghasilkan drama tentang zombie. Sejak kesuksesan Train to Busan (2016) yang luar biasa, drama dengan tema serupa terus bermunculan: Kingdom (2019), Zombie Detective (2020), Sweet Home (2020), dan Happiness (2021). Seolah belum puas mengeksplorasi tema zombie, All of Us Are Dead (AoUAD) mencoba menggabungkan genre horor dan coming of age. Drama ini adalah hasil adaptasi komik berjudul School Attack yang terbit pertama kali pada 2009.

Penulis skenario AoUaD, Chun Sung-il, melakukan modifikasi pada struktur cerita komik tersebut dengan menambahkan permasalahan sosial yang lekat dengan remaja. AoUAD padat dengan permasalahan sosial seperti perundungan, kekerasan seksual, kesenjangan kelas sosial, dan kehamilan remaja. Selain itu, drama ini turut menyinggung masalah survivor's guilt yang dialami penyintas.

Tayang perdana pada 28 Januari 2022 di Netflix, AoUAD dapat ditonton oleh pelanggan di 190 negara. Drama ini dirilis saat Korea Selatan memiliki reputasi sinema yang melejit. Tak heran, AoUAD dapat dengan mudah menduduki posisi pertama pada peringkat acara TV di Netflix selama 15 hari berturut-turut.

Sinopsis

SMA Hyosan tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang tidak terduga. Pada hari yang tampak biasa, sekolah ini mendadak diserang wabah zombie yang mengancam nyawa semua orang. Pada saat peluang untuk mati menjadi semakin besar, Nam On-Jo dan kawan-kawan terus berusaha untuk menyelamatkan diri dari zombie ganas yang merupakan perwujudan dari teman-teman mereka sendiri.

Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman, tetapi drama ini mengubahnya menjadi pusat penyebaran wabah yang mematikan. Dalam sekejap, SMA Hyosan berubah menjadi kuburan hidup yang mayatnya gesit memangsa manusia. Lee Cheong-san (Yoon Chan-young) langsung mengenali fenomena zombie ini dengan berkata, “Ini adalah Train to Busan.”

Wabah zombie merampas segalanya dari anak-anak remaja yang tadi pagi masih pergi bersekolah dengan normal. Tak ada waktu untuk menangisi nasib di saat kematian terbentang di depan mata. Meski begitu, mereka masih memanfaatkan momen ini untuk mempertahankan sisi kemanusiaan dalam diri mereka, yaitu dengan menggunakan kesempatan untuk berbuat baik dan mendekatkan diri dengan orang yang dicintai.

Kontroversi Adegan Kekerasan Seksual

Pada hari pertama penayangannya di Netflix, drama ini sudah mendulang kontroversi. Pada episode pertama, drama ini memperlihatkan kekerasan seksual terhadap Min Eun-Ji (Oh Hye-Soo) yang dilakukan oleh Yoon Gwi-Nam (Yoo In-Soo) dan tiga pelaku lainnya. Pelaku menelanjangi bagian atas tubuh korban dan memerintahkan korban perundungan lain untuk merekam tubuh korban. Bukan hanya itu, pelaku mengancam akan menyebarkan video tersebut kepada ibu korban.

Adegan saat korban diperlihatkan dalam kondisi bertelanjang dada langsung menimbulkan pro dan kontra di antara penonton. Sebagian menganggap bahwa adegan tersebut diperlukan untuk mencerminkan apa yang terjadi di dunia nyata. Sedangkan, sebagian lagi menganggap adegan tersebut sebagai bentuk glamorisasi kekerasan seksual dan tidak memberi nilai tambah pada alur cerita. Atas kontroversi tersebut, Lee Jae-kyoo, selaku sutradara AoUAD memohon maaf kepada penonton.

Kelebihan dan Kekurangan Film

Alur cerita AoUAD cukup padat dengan ritme yang cepat. Drama ini menghibur dengan horor dan sedikit komedi. Namun, skenarionya memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keseruan alur cerita dibandingkan membuat alur cerita yang masuk akal. Terdapat banyak kejanggalan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, tetapi masih bisa diabaikan.

Terdapat dua plot-hole yang mencolok. Pertama, ayah Nam On-Jo (Jeon Bae-Su) berhasil lolos dari serangan tembakan oleh tentara saat kabur dari pos karantina. Adegan seperti ini tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Kedua, Nam On-Jo dan kawan-kawan yang digambarkan selalu dalam kondisi prima. Dalam kondisi perut kosong selama berhari-hari, tidak ada satupun dari mereka yang pingsan atau muntah. Dalam hal ini, cerita dalam komik lebih masuk akal karena menceritakan upaya mereka mencari makanan dari satu kelas ke kelas lain. Permasalahan antara komik dan drama memiliki persamaan: cenderung mengulur dan mengulang-ulang cerita. Jika seluruh adegan yang tidak penting dihilangkan, drama ini seharusnya dapat lebih ringkas dan padat.

Salah satu yang paling menarik dari K-Zombie seperti AoUAD adalah kengeriannya yang selalu bisa ditumpangi kritik sosial. Tantangannya adalah tidak mudah untuk menjalin berbagai permasalahan sosial menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Namun, mengenai hal tersebut, drama ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, isu kehamilan remaja dibuat terpisah dari arus alur utama sehingga tidak memiliki dampak yang substantif terhadap jalan cerita. Kedua, isu kekerasan di sekolah terkesan hanya dimanfaatkan sebagai pemantik terjadinya wabah penyakit. Padahal, isu tersebut seharusnya dapat dikembangkan dengan lebih baik.

Dari segi karakter, AoUAD mengadaptasi sebagian besar karakter dari komik dan membuat beberapa karakter baru. Hasilnya, terlalu banyak karakter yang tidak semuanya penting. Mungkin akan lebih baik jika fokus drama ini dapat diarahkan pada pendalaman karakter anak sekolah sebagai pusat drama, daripada mencoba menunjukkan banyak karakter lain dengan kedalaman yang dangkal.

Tidak semua karakter utama memiliki daya tarik, Nam On-Jo (Park Ji-Hu) adalah salah satunya. Kepribadiannya yang cenderung datar membuat ia mudah tenggelam di antara karakter lain yang lebih menonjol. Terlebih lagi, karakter protagonis utama laki-laki masih ditampilkan sebagai sosok penyelamat perempuan.

Karakter antagonis dan pendukung lebih berperan dalam menghidupkan cerita. Selain itu, pemeran karakter antagonis utama menunjukkan kemampuan akting yang lebih baik pula. Yoon Gwi-Nam (Yoo In-Soo) dan Lee Na-Yeon (Lee Yoo-Mi) sangat berhasil menyulut emosi penonton. Begitu pula dengan karakter pendukungnya, terutama Oh Joon-Yeong (Ahn Seung-Kyoon) yang mendapatkan banyak pujian atas kemampuan improvisasinya.

Seluruh karakter dalam drama berkembang seiring dengan jalannya cerita. Namun, ada satu karakter yang perkembangannya sangat mengecewakan. Sebagai karakter yang mewakili isu perundungan dan kekerasan seksual, Min Eun-Ji (Oh Hye-Soo) tidak pernah diceritakan mencari keadilan. Pada pertengahan drama, kehadirannya hanya dimanfaatkan untuk mengarahkan alur cerita untuk kepentingan kelompok karakter utama.

Karakteristik zombie dalam AoUAD digambarkan dengan unik. Pergerakannya agresif dengan koreografi yang menghibur. Bahkan, zombie anak-anak diberikan koreografi seperti halnya zombie dewasa. Meskipun wabah zombie dalam cerita ini memiliki sebab dan akibat yang jelas, penonton masih punya banyak pertanyaan tentang karakteristik infectee yang masih terasa ganjil.

Terkait kualitas produksi drama, AoUAD tidak perlu diragukan lagi. Kreator AoUAD berupaya untuk membuat drama ini menjadi realistis dengan menggunakan teknik pengambilan gambar one-take, yaitu pada adegan di kafetaria. Selain itu, mereka memperhatikan hal-hal kecil. Contohnya, warna hijau pada seragam SMA Hyosan dipilih untuk menonjolkan warna darah dengan lebih baik. Kekurangannya adalah drama ini belum bisa menciptakan atmosfer yang segelap komiknya.

Kesimpulan

All of Us Are Dead membawa angin segar dalam dunia per-zombie-an Korea. Daya tariknya terletak pada anak sekolah yang menjadi pusat cerita. Sebab, anak sekolah belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah sebaik orang dewasa. Keadaan menuntut mereka untuk menjadi superhuman, yang membuat mereka harus memproses kenyataan dengan cepat sambil terus berusaha meloloskan diri dari maut.

Drama ini menggunakan genre horor untuk mencerminkan permasalahan kekerasan di sekolah yang melebur dengan baik dalam cerita. Meskipun konflik dalam drama cenderung repetitif, tetapi secara keseluruhan film ini tetap seru untuk dinikmati. Sepanjang 12 episode, penonton diajak untuk menyaksikan perjuangan sekumpulan anak sekolah dalam menentukan langkah demi langkah paling penting dalam hidup mereka.

Meskipun mengambil latar utama di sekolah, AoUAD bukan drama horor yang ringan. Segala bentuk kekerasan digambarkan secara sadistik dan terang-terangan. Dialognya pun melibatkan kata kasar yang berulang-ulang. Atas alasan tersebut, anak-anak berusia 18 tahun kebawah dilarang untuk menonton drama ini.

Teks: Nadia Fourina
Foto: Istimewa
Editor: Dimas Rama S. W.
Ilustrasi: Salwaa Zahra P. N.

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!