Attack on Titan: Apakah Nasib Tak Dapat Diubah?

Redaksi Suara Mahasiswa · 5 Maret 2021
4 menit

Judul: Attack on Titan (Shingeki No Kyojin)
Pengarang: Hajime Isayama
Penerbit: Kodansha
Genre: Action, Dark Fantasy, Post-Apocalyptic, Tragedi, Horror, Thriller
Tanggal rilis: 9 September 2009–9 April 2021
Jumlah volume: 33 volume, 6600 halaman

“A person who cannot give up anything, can change nothing.” – Armin Arlert


Dua belas tahun setelah perilisan awalnya pada 2009, serial Attack on Titan masih menjadi salah satu serial yang sangat populer. Manga karya Isayama-sensei ini awalnya mendapatkan popularitasnya karena konten action yang unik dan menegangkan. Namun, perkembangan ceritanya dari setiap story arc yang memberikan berbagai sudut pandang tidak hanya menarik penggemar genre action, tetapi juga berhasil menarik penggemar genre lain seperti politik, sejarah, drama, dan filsafat. Atmosfer serta alur cerita dengan dinamika yang dibungkus begitu menarik membuat pembaca rela menunggu perilisan bulanannya.

Cerita Attack on Titan bermula dari kondisi dunia yang tidak biasa. Manusia sudah tidak lagi berada di rantai makanan teratas, tetapi digantikan oleh makhluk raksasa yang dikenal sebagai Titan. Manusia yang tersisa berkumpul di Pulau Paradis dan membangun tiga tembok besar (diurutkan dari yang terluar: Tembok Maria, Rose, dan, Sina) untuk melindungi peradaban manusia terakhir dari ancaman Titan. Setidaknya, itulah yang dipercayai oleh Eren Yeager, Mikasa Ackerman, dan sahabatnya Armin Arlert, serta seluruh manusia yang tinggal di dalam ketiga tembok tersebut. Menyadari akan kondisinya yang terisolasi dari dunia luar membuat Eren menjadi dewasa lebih cepat dan cenderung anti-sosial sehingga ia dikucilkan. Eren pun berteman dengan Armin, anak terkucilkan lainnya yang dijauhi karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan dunia di luar tembok—topik yang sangat tabu bagi masyarakat dalam tembok. Melengkapi mereka berdua adalah Mikasa, anak perempuan yang tinggal dengan keluarga Yeager setelah kedua orangtuanya meninggal. Ketiganya tinggal di kota Shiganshina, yang menempel pada tembok Maria sebagai latar awal cerita.

Kehidupan yang tenang di kota Shiganshina tanpa disadari akan berakhir. Pada suatu hari di tahun 874, terjadi sesuatu yang tak akan dilupakan oleh kemanusiaan di dalam tembok. Dari atas tembok terlihat wajah manusia tanpa kulit sedang memandangi penduduk kota—Colossal Titan muncul untuk pertama kalinya. Seluruh penduduk kota panik, menyadari kemungkinan bahwa tembok yang selama ini melindungi kehidupan mereka akan runtuh. Benar saja, tak lama Colossal Titan meruntuhkan Tembok Maria dan diteruskan oleh Armored Titan yang menjebol gerbang tembok. Jebolnya tembok memberikan akses pada Titan lain yang berkeliaran di luar tembok untuk masuk dan memangsa penduduk kota tersebut. Di sini, Eren kehilangan Ibunya, yang kemudian melahirkan keinginan kuat di dalam dirinya untuk balas dendam. Kejadian itu menjadi alasan kuat bagi Eren untuk bergabung dalam tentara militer Survey Corps bersama Armin dan Mikasa. Inilah yang menjadi awal dari pergulatan panjang Eren dan karakter lainnya dengan kehidupan.

Sebagai manga dengan cerita dan tema yang cukup gelap, Attack on Titan dapat memberikan visual yang berbeda dari manga pada umumnya. Memang terlihat berantakan dan tidak rapi, namun itulah yang membuatnya estetis dan unik. Meskipun aspek visualnya memikat dengan gayanya yang horor dan menjijikkan, hebatnya hal tersebut tidak membuat mual dan masih memberikan ketegangan aksi yang disuguhkan. Kualitas visual manga ini terus berkembang semenjak awal perilisannya pada 2009 yang menjadi lebih refined. Jika kurang tertarik dengan visualisasi manganya, anime Attack on Titan dapat menjadi pilihan karena lebih bagus, rapi, dan berkembang dibandingkan dengan versi manga.

Popularitas dari manga Attack on Titan melahirkan banyak pengembangan karyanya. Manga ini diadaptasi menjadi novel, video game, live-action, dan yang paling populer di antaranya, yaitu anime. Perilisan musim pertama serial anime Attack on Titan pada 7 April 2013 menuai popularitas dan respons yang sangat baik sehingga dilanjutkan sampai musim keempat yang saat ini sedang ramai dibicarakan. Anime dan manga dari Attack on Titan akan berakhir di waktu yang hampir bersamaan pada April 2021. Tak lama lagi kita akan  mengetahui jawaban dan nasib dari dunia Attack on Titan beserta karakter di dalamnya.

Attack on Titan memenuhi banyak sekali checklist untuk menjadi salah satu mahakarya di dunia manga. Hal yang paling menarik adalah bagaimana manga ini menggambarkan kemanusiaan. Serial ini menyampaikan bahwa suatu kejadian dapat memengaruhi seseorang, begitu pula dengan dampak dari kejadian yang sangat lampau terhadap masa depan. Selain itu, seberat apa pun keadaan yang dihadapi, manusia terus berusaha untuk bertahan hidup. Perdebatan antara determinisme dan free will sangat digambarkan melalui sudut pandang karakter utama. Puncaknya adalah ketika Eren bertemu dengan Ymir untuk membebaskannya dari kehendak Raja Fritz. Kebebasan Ymir adalah akibat dari panggilan yang dilakukannya di masa lampau.

..You’re not a slave, you’re not a god either. You’re just a human being. You don't have to serve anyone. You’re free to choose. Whether you want to stay here forever… or end it. Ymir, is it you who led me all the way here? Have you been waiting all this time, since 2000 years ago for someone?” Eren Yeager, Chapter 122.


Perdebatan masalah filosofis pun terangkat ke masalah lainnya di dunia. Penggambaran tersebut dalam dunia Attack on Titan paralel dengan dunia nyata. Kentalnya referensi sejarah yang digunakan seperti fenomena holocaust yang digunakan Nazi Jerman pada Perang Dunia II, mengerikannya teknologi peperangan pada Perang Dunia I, bagaimana masalah sosial yang digambarkan oleh kaum minoritas dan imigran, kondisi masyarakat saat feodalisme prarevolusi industri. Tidak hanya itu, masalah psikologis juga melengkapi serial ini. Salah satunya adalah betapa bahayanya trauma masa kecil jika tidak dibenahi dan menampilkan bahwa sesungguhnya manusia itu makhluk yang kompleks.

Berdasarkan penggambaran yang diberikan, kita dapat melihat proses dialektika yang terjadi dalam diri Eren, bagaimana latar belakang masa lalu memengaruhi dirinya. Hal ini ditunjukkan melalui cara Eren berinteraksi dengan realitas kehidupan, seperti perang dan kehilangan kawan terdekat, yang membulatkan tekadnya untuk melakukan sesuatu sebagai pencarian solusi dari masalah tersebut. Selain itu, digambarkan juga konflik akibat perbedaan pendapat antara Eren dan kawan-kawannya, yang menjadi tema utama dan puncaknya akan dibahas pada klimaks story arc terakhir di manga.

Terakhir, Isayama-sensei memberikan pesan kepada kita melalui Eren dan karakter lainnya yang selaras dengan filsuf-filsuf eksistensialis. Kita harus menerima realitas kehidupan dan tak menyerah di dalamnya, di mana kita harus berjuang dan memberikan makna pada kehidupan kita sendiri.

“If we don't win, we’ll die. If we win, we’ll survive. If we don’t fight, we can’t win. So fight. And Fight.”Chapter 108, setelah tragedi kehilangan salah satu sahabat.


Teks: A. Dieter Hamardikan
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!