Dalam rangka memperingati Hari Bumi, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (BEM FIB UI) menggelar acara FIB BIONIC yang berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama, berlangsung diskusi publik, bank sampah, serta aksi mural. Sementara itu, pada hari kedua, berlangsung aksi penyisiran sampah dan penanaman bibit pohon.
Diskusi publik yang digelar pada pada Rabu (23/04) di Auditorium Gedung IV FIB UI menjadi salah satu rangkaian kegiatan di hari utama FIB Bionic. Mengangkat tema "Antara Rumah dan Pabrik: Menjawab Krisis Sampah di Indonesia", diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Daniel Frits Maurits Tangkilisan, seorang aktivis lingkungan, dan Dwi Kristianto, seorang akademisi. Keduanya membagikan pemikiran dan solusi mengenai permasalahan sampah.
Dalam pemaparannya, Daniel mengangkat berbagai persoalan yang kerap dihadapi oleh Karimunjawa, seperti tambak udang, kavling laut, hingga permasalahan sampah yang telah terjadi sejak tahun 2018. Seiring meningkatnya popularitas Karimunjawa sebagai destinasi wisata, jumlah wisatawan pun bertambah. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan regulasi pengelolaan limbah yang memadai. Akibatnya, tumpukan sampah mencapai 5 kuintal per hari dan dibuang di lahan kosong milik warga.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sempat mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seluas 10.097 m2. Namun, keberadaan TPA tersebut justru menimbulkan masalah baru. Ia juga menunjukkan beberapa foto yang memperlihatkan TPA Karimunjawa dibangun di kawasan perbukitan, sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan mencemari pemukiman warga saat hujan akibat aliran limbah. Daniel pun berharap agar para mahasiswa UI yang peduli terhadap isu lingkungan dapat turut serta menyumbangkan solusi konkret bagi Karimunjawa.
Melanjutkan pembahasan Daniel, Dwi juga menyoroti persoalan sampah. Menurutnya, terdapat dua pendekatan solusi, yaitu preventif dan kuratif. Solusi preventif berfokus pada pencegahan sejak awal, yang menurut Dwi juga harus melibatkan peran aktif akademisi. Sementara itu, pendekatan kuratif bertujuan untuk menangani dampak sampah yang sudah mencemari lingkungan.
Selain isu persampahan, Dwi juga menekankan pentingnya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Jika dikelola dengan baik, hutan dapat menjadi sumber kesejahteraan karena mengandung potensi besar. Salah satunya melalui bioprospeksi, yaitu pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk produk komersial seperti kosmetik dan obat. Hutan juga memiliki potensi dalam menyokong pembangunan. Sayangnya, pengelolaan hutan di Indonesia, termasuk Hutan Kota UI, masih minim.
Hutan Kota UI yang menyerupai hutan alam memiliki potensi besar dalam mendukung kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, belum adanya rencana untuk melakukan aksi nyata maupun kehadiran badan pengelola, menjadi kendala utama dalam mengoptimalisasi perannya.
Dwi juga menyoroti kelemahan dalam kurikulum kehutanan di Indonesia, yang masih terlalu fokus pada teori dan kurang menyentuh pendekatan holistik. Menurutnya, kurangnya pemahaman terhadap ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi dapat menjadi salah satu kendala utama. Padahal, wawasan sosial sangat dibutuhkan agar pengelola hutan mampu melihat masyarakat sekitar sebagai mitra, bukan sebagai hambatan dalam proses konservasi.
Rangkaian acara FIB BIONIC berlanjut pada hari kedua (24/4), diawali dengan pengarahan kepada para relawan di Gedung IX FIB UI sebelum mereka terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan penyisiran sampah dan penanaman bibit. Sekitar pukul 17.00 sore, para volunteer mulai menerima bibit tanaman secara berkelompok di bawah Jembatan Teknik Sastra (Teksas). Kegiatan penanaman bibit ini bertujuan untuk mencegah potensi longsor di lereng bawah jembatan.
Usai penanaman, para relawan melanjutkan aksi dengan menyisir area bawah jembatan untuk memungut sampah yang berserakan. Meski jalur menuju lokasi licin akibat hujan sebelumnya, para peserta tetap antusias dan berhati-hati menuruni jalur ke area penanaman. Melalui aksi ini, sivitas akademik FIB UI, menunjukkan komitmen nyata dalam memperingati Hari Bumi, sekaligus mengajak mahasiswa untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan di sekitar kampus.
“[FIB BIONIC] ini akan menjadi benchmark [untuk] pergerakan BEM FIB ke depannya. Kalau tahun ini sudah ada dan berhasil menjaring banyak IKM [Ikatan Mahasiswa UI], menjaring banyak masyarakat, kenapa tahun depan nggak dilaksanakan?” kata Angga Dhia Fauzan, Koordinator Bidang Sosial Politik BEM FIB UI, ketika diwawancarai oleh Suma UI terkait keberlanjutan FIB BIONIC ke depannya.
Teks: Mona Natalia Christina, Faizah Eka Safthari, Najma Aulia Taufik
Editor: Dela Srilestari
Foto: Faizah Eka Safthari
Desain: Hanif Ridhwan Nuruddin
Pers Suara Mahasiswa UI 2025
Independen, Lugas, dan Berkualitas!