Logo Suma

BEM FT UI Desak Pendirian Memorial Yap Yun Hap

Redaksi Suara Mahasiswa · 25 September 2025
3 menit

Tragedi Semanggi II akan selalu menyisakan luka mendalam bagi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI). Dalam peristiwa tersebut, Yap Yun Hap, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 1996, meregang nyawa pada 26 September 1999 akibat tembakan peluru aparat yang tidak bertanggung jawab.

Sebagai upaya merawat ingatan atas keberanian Yap Yun Hap, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT UI menggelar aksi simbolik pada Rabu (24/9). Aksi yang bertajuk “Melawan Lupa Yap Yun Hap dan Mereka yang Telah Berjuang” ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, hingga alumni UI dari berbagai fakultas. Mimbar bebas dan diskusi publik digelar di Rotunda FT UI untuk mengenang para korban.

Aksi Simbolik untuk Mengenang Yap Yun Hap

Aksi diawali dengan sesi diskusi yang menghadirkan Alif, alumni Teknik Elektro FT UI angkatan 1997, serta Kokom, alumni FT UI angkatan 1996. Keduanya mengenang sosok Yap Yun Hap semasa hidupnya dan berbagi cerita mengenai dedikasi serta perjuangannya sebagai mahasiswa.

Alif menceritakan bahwa Yap Yun Hap merupakan sosok yang rendah hati dan patut dijadikan teladan. Ia tak pernah melihat Yap Yun Hap absen berpartisipasi dalam pergerakan mahasiswa yang turun ke jalan pada tahun 1998. “Besarnya jiwa sosial Yap Yun Hap. Kami mendengar seberapa pedulinya ia terhadap kondisi masyarakat, khususnya di lingkungan tempat tinggalnya,” tuturnya.

Kokom juga turut menggambarkan karakteristik sosok Yap Yun Hap. Ia menjelaskan bahwa Yap Yun Hap bukanlah seorang yang mengikuti perubahan, melainkan seorang yang memimpin perubahan. “Inovatif dan kreatif tergambar di dalam karakter Yap Yun Hap,” ujar Kokom.

Setelah berakhirnya sesi diskusi oleh Alif dan Kokom, sesi dilanjut dengan pembacaan puisi dan orasi dari berbagai elemen kampus. Salah satunya dari Iwan, korban Tragedi Semanggi II, yang turut mengisahkan pengalamannya pada saat penembakan berlangsung. Ia menyatakan bahwa pada tanggal 24 September tahun itu, mata kirinya tertembak saat sedang bergabung dalam pergerakan mahasiswa.  “Saya tertembak tepat di bagian mata saya sehingga buta mata kiri saya,” ujar Iwan. Meskipun begitu, Iwan menegaskan bahwa semangat perjuangannya tak akan pernah padam.

Orasi selanjutnya dilayangkan oleh Jovan, alumni FT UI angkatan 1996 yang juga merupakan rekan SMA Yap Yun Hap. Jovan menerangkan bahwa penindasan akan terus terjadi apabila masyarakat terus diam. “Biarkan [hal] ini menjadi momentum yang mengingatkan kita sampai generasi ke depan, bahwa, jika Anda tidak berpikir, tidak berjuang, dan tidak melawan, maka penindasan yang akan Anda dapatkan,” ucap Jovan.

Setelah seluruh orasi dan puisi berakhir, aksi dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap dan tuntutan oleh Aliansi BEM se-UI, antara lain:

1. Menuntut Rektor UI untuk secara resmi mengakui dan mendukung penuh tuntutan penegakan keadilan bagi korban Tragedi Semanggi II, Yap Yun Hap;

2. Menuntut Rektor UI dan Dekan FT UI untuk menerima pengajuan dan segera mendirikan objek memorial di lingkungan kampus sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas perjuangan Yap Yun Hap;

3. Mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk mengakui secara resmi Tragedi Semanggi II sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang berat;

4. Mendesak pemerintah untuk menuntaskan proses hukum dengan mengusut tuntas dan memastikan para pelaku pelanggaran HAM berat pada Tragedi Semanggi II dihukum seadil-adilnya demi terpenuhinya keadilan bagi para korban dan keluarga.

Aksi kemudian ditutup dengan penaburan bunga di atas jaket kuning UI bermakara biru sebagai simbol bahwa Yap Yun Hap akan selalu abadi di dalam ingatan. Namun sebelum membubarkan diri, massa aksi tak lupa memanjatkan doa untuk Yap Yun Hap dan para korban lainnya yang telah gugur dalam menyuarakan keadilan.

BEM FT UI Tuntut Adanya Memorial bagi Yap Yun Hap

Fachriza, Ketua BEM FT UI 2025 menjelaskan bahwa Yap Yun Hap merupakan sosok yang membuat mahasiswa dapat berjuang dengan keras. Ia menambahkan banyak pengorbanan yang harus dikeluarkan sampai nyawa menjadi taruhannya.

“Yap Yun Hap adalah sosok yang bisa memberikan contoh tersebut bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Kita tidak akan pernah menyerah pada keadilan yang belum ditegakkan walaupun nyawa menjadi taruhannya,” tutur Riza dalam wawancara bersama Suara Mahasiswa UI (24/09).

Riza menilai aksi simbolik ini penting diadakan untuk menjaga nama Yap Yun Hap agar tetap abadi dalam ingatan. Ia mengakui bahwa nama Yap Yun Hap belum banyak dikenal di kalangan mahasiswa UI maupun  FT UI. “Dari hal tersebut, akhirnya BEM FT UI mengajak teman-teman Aliansi BEM se-UI dan alumni FT UI untuk hadir dalam aksi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Riza menegaskan bahwa BEM FT UI juga menuntut kepada Dekan FT UI untuk membangun sebuah memorial agar mimpi Yap Yun Hap terus dikenang. “Terlebih apabila nantinya akan ada memorial yang terbentuk untuk mengenal Yap Yun Hap, aksi simbolik ini harus tetap berlanjut karena akhirnya kita punya tempat yang khas,” ujarnya.

Riza berpesan bahwa masyarakat harus melawan lupa terhadap apa yang terjadi dalam Tragedi Semanggi II. Ia juga menambahkan masyarakat harus tetap ingat bahwa perjuangan pernah hadir dari mereka yang berjuang dan gugur. “Perjuangan ini menjadi sebuah tanda bahwa kita, sebagai mahasiswa dan masyarakat, harus tetap berjuang walaupun hal-hal yang menghalangi cukup besar,” pungkas Riza.

Teks: Alya Putri Granita

Editor: Dela Srilestari

Foto: Naswa Dwidayanti K.

Desain: Naila Shafa

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Lugas, Independen, Berkualitas!