BEM UI Harus Berterima Kasih kepada Ade Armando

Redaksi Suara Mahasiswa · 29 Juni 2021
2 menit

Sebagai salah seorang yang pernah berkecimpung di BEM, saya paham betul bagaimana repotnya dalam membuat konten kritik berbentuk infografis. Sebelum membuat konten, kita perlu terlebih dahulu untuk melakukan pembacaan situasi bersama, brainstorming, mengumpulkan bahan literatur, menulis, hingga mengeditnya untuk dikemas dalam bentuk infografis. Pekerjaan yang cukup merepotkan tersebut kadang kala kurang mendapat perhatian luas akibat sebaran yang terbatas.

Beberapa hari lalu, BEM UI dan Brigade UI berhasil menyita perhatian luas akibat infografis yang mereka buat. Pekerjaan untuk menyebarluaskan infografis propaganda tersebut, dengan senang hati, dibantu oleh Ade Armando yang merupakan salah satu dosen UI sekaligus pegiat media sosial dengan puluhan ribu followers. Cuitan Ade Armando di twitter telah menyita perhatian nasional dan secara langsung turut bekerja untuk menyebarluaskan infografis propaganda yang dibuat oleh Brigade UI.

Dalam membantu menyebarkan infografis, Ade Armando tidak mengomentari isi dari konten tersebut. Matanya lebih tertarik melihat gambar Pak Jokowi dengan mahkota di kepala. Mengutip artikel berita Suma UI berjudul Imbas Kritik Jokowi, UI Panggil Fungsionaris BEM UI dan DPM UI (2021), Ade Armando mengatakan bahwa kritik yang dilontarkan oleh BEM UI tidak substansial. Beliau khilaf bahwa kritiknya yang dilontarkan itulah yang tidak substansial, alih-alih membantah atau mengomentari isi konten, Ade Armando memilih untuk mencela dengan mengatakan pandir kepada pembuat konten. Atau mungkin beliau juga menyadari bahwa isi infografis tersebut benar adanya dan tidak bisa dibantah. Kalaupun bisa dikomentari, menurut saya, dengan menambahkan daftar ucapan Pak Jokowi yang tidak sesuai dengan realitas.

Hal berikutnya adalah mata kita semua menjadi terbuka melihat bagaimana watak kampus hari ini. Setelah Ade Armando membantu menyebarluaskan infografis dan ramai di media sosial, para pejabat kampus seperti Ketua BEM UI, Wakil Ketua BEM UI, Koordinator Bidang Sosial dan Politik BEM UI, Kepala Kantor Komunikasi dan Informasi BEM UI , Kepala Departemen Kajian dan Strategis BEM UI,  Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, Ketua DPM UI, serta Wakil Ketua DPM 1 dan 2 dipanggil oleh pihak kampus. Pemanggilan ini dilakukan dengan penting dan segera sesuai yang tertulis dalam surat undangan. Sangat terlihat bagaimana kampus seperti “kebakaran jenggot”, padahal kita tahu saat ini virus Covid-19 telah bermutasi dan lebih mudah menyebar. Bila hanya ingin mendapat informasi, pihak kampus cukup menghubungi dan menanyakan lewat WhatsApp atau saya sarankan menggunakan Google Meet jika penggunaan Zoom dirasa perlu memakai biaya. Atau mungkin ternyata pertemuan langsung dilakukan agar dapat melakukan bujuk rayu agar konten infografis dapat di take down dan menyarankan mahasiswa agar tidak lagi melakukan kritik terhadap Presiden dan Negara. Dari sini setidaknya kita mengetahui bahwa situasi demokrasi kampus sedang tidak baik-baik saja tidak seperti yang diucapkan Ade Armando ketika Debat Terbuka yang diadakan oleh Blok Politik Pelajar pada Senin, 28 Juni 2021.

Situasi yang ramai ini saya rasa telah menjadi pemantik untuk kembali melakukan kritik keras terhadap rezim yang telah menciptakan suasana seperti sekarang dan semakin tidak berpihak pada rakyat kecil. Bara yang sudah menyala tinggal disundut pada konsolidasi-konsolidasi untuk menyalakan api perlawanan hingga membesar dan terus membesar. Oleh karena itu, rasa terima kasih saya rasa tidak berlebihan untuk diucapkan BEM UI—atau bahkan kita semua—kepada Ade Armando yang telah membantu dalam memantik kembali kesadaran akan situasi yang sedang tidak baik-baik saja.

Catatan: Tulisan ini adalah hasil kontributor dan belum tentu mencerminkan sikap Pers Suara Mahasiswa UI 2021.

Teks: Rifaldi Apinino
Ilustrasi: Berliana Dewi R.
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!