Berani Tidak Disukai: Cara Temukan Kebahagiaan Diri

Redaksi Suara Mahasiswa · 12 Agustus 2022
5 menit

Judul: Berani Tidak Disukai
Pengarang: Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Penerjemah: Agnes Cynthia
Jumlah Halaman: 350 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2019

“Dusta kehidupan yang terbesar dari semuanya adalah tidak hidup di sini pada saat ini. Buanglah dusta kehidupanmu, dan tanpa merasa takut, arahkanlah lampu sorot yang terang benderang itu pada hidupmu di sini saat ini. Itu adalah sesuatu yang bisa kau lakukan” – Berani Tidak Disukai, 2019  (halaman 306).

Berani Tidak Disukai memiliki judul asli "The Courage to be Disliked: How to Free Yourself, Change Your Life and Achieve Real Happiness".  Buku karangan Ichiro kishimi dan Fumitake Koga ini telah terjual sebanyak lebih dari 3,5 juta eksemplar. Buku ini laris di pasaran hingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia. Berani Tidak Disukai merupakan buku yang berisikan dialog antara seorang filsuf dengan seorang pemuda. Dialog yang dilakukan selama lima malam ini, berisi percakapan dari seorang pemuda yang tidak puas dengan kehidupannya dan seorang filsuf yang mengajarkannya tentang bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan di dunia. Dialog-dialog tersebut dibingkai menjadi lima percakapan yang tiap percakapannya memuat satu inti menarik tentang hidup.

Dalam buku ini, pembaca akan merasakan bahwa seluruh rangkaian kata yang ada di dalam-nya seperti sebuah kutipan. Hampir semuanya berisikan makna indah dan membuat pembaca berpikir tentang bagaimana cara untuk berubah menjadi lebih baik. Berani Tidak Disukai membantu para pembaca untuk menggali kekuatan di dalam dirinya sebagai bekal meraih kebahagiaan yang diinginkan. Ada banyak hal baru yang akan membuat pembaca sadar bahwa beberapa hal seharusnya tidak dilakukan saat ini karena hal tersebut bisa saja menghambat kebahagiaan pada masa depan. Salah satu contohnya adalah mengenang trauma masa lalu dan menjadikan kehidupan orang lain sebagai standar kebahagiaan. Setelah membaca buku ini, pikiran pembaca menjadi semakin terbuka pada langkah baru untuk mengubah hidup menjadi lebih baik lewat tindakan berani untuk tidak disukai oleh orang lain. Bagian menarik dari buku ini ialah ketika seorang filsuf berbicara menurut pandangannya tanpa berusaha menggurui si pemuda. Namun, pandangan dari sang filsuf tersebut justru dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.

Perdebatan Antara Seorang Pemuda dengan Filsuf

Dialog yang ada di dalam buku ini dibawakan oleh seorang pemuda dan seorang filsuf. Sang pemuda merasa tidak puas dengan hidupnya, sedangkan sang filsuf menawarkan kebahagiaan yang bisa diperoleh hanya dalam sekejap mata. Pemuda dalam buku ini digambarkan sebagai seseorang yang tidak puas dengan pendapat dari sang filsuf. Awalnya pembaca akan merasa pendapat yang dikemukakan oleh si pemuda tersebut lebih rasional daripada sang filsuf sehingga pembaca akan merasa bahwa pendapat si pemuda lah yang benar. Namun, arti dari sebuah kebenaran adalah sesuatu yang abstrak. Justru dari ketidakrasionalan tersebut pembaca akan menemukan banyak hal tentang pemikiran-pemikiran baru dari sang filsuf.

Jawaban yang dikemukakan oleh sang filsuf sangat berbobot dan memiliki makna yang dalam. Pendapat yang dikemukakan tidak hanya berasal dari bualan opini semata, tetapi berisikan teori dan pandangan yang sesuai dengan nalar. Terkadang dialog dalam buku ini sulit dipahami, tetapi jika diperhatikan dengan lebih baik lagi pembaca dapat dengan mudah memahami setiap kata demi kata yang disampaikan oleh filsuf kepada si pemuda. Sang filsuf berbicara dengan rangkaian kata yang penuh makna. Pandangan hidup yang disampaikannya pun, sesuai dengan pengamatan dan teori keilmuan yang dipahaminya. Kebijaksanaan sang filsuf dalam buku ini memberikan pelajaran bahwa manusia dapat bahagia dan menemukan arah hidupnya sendiri tanpa memperdulikan dirinya tidak disukai oleh orang lain. Sang filsuf mengajarkan bahwa manusia bisa melakukan tindakan yang berisiko tidak disukai oleh orang lain demi mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

Buku ini memuat banyak teori Alfred Adler yang merupakan seorang ilmuwan terkenal pada abad ke-19. Teori psikologi dari Alfred Adler digunakan untuk mendefinisikan bahwa luka batin atau trauma dari masa lalu tidak menyebabkan ketidakbahagiaan seseorang saat ini. Teori Adler ini berbeda dengan teori dari pandangan Freud yang mengungkapkan bahwa trauma masa lalu seseorang dapat menyebabkan ketidakbahagiaan seseorang saat ini. Dalam kata lain, Freud berkata bahwa luka masa lalu seseorang berpengaruh bagi keberlangsungan hidup seseorang. Namun, teori Adler menolak alasan tersebut. Adler justru berpendapat bahwa pengalaman masa lalu seseorang dapat membentuk kepribadian seseorang dan mempengaruhi kekuatan seseorang. Adler berpendapat bahwa kebahagiaan seseorang pada masa kini ditentukan oleh apa yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pengalaman seseorang tidak menentukan arah hidup seseorang. Adler lebih menekankan cara menyikapi sesuatu daripada melihat apa yang telah terjadi karena menurutnya peristiwa yang sudah terjadi hanyalah sebuah masa lalu. Namun, sikap saat ini adalah penentu peristiwa yang akan datang. Terperangkap dalam ketidakbahagiaan yang ada pada masa lalu hanya akan membuat seseorang terjerembab dalam ketidakbahagiaan pada masa kini dan sulit untuk melangkah ke masa depan untuk memperoleh kebahagiaan. Oleh karena itu, Adler berpendapat bahwa akan lebih efektif jika manusia menata hidupnya saat ini dan melakukan yang terbaik untuk masa depan daripada terperangkap pada luka masa lalu dan terus-menerus menjadi tidak bahagia.

Tak hanya itu, Adler juga mengajarkan bahwa kebahagiaan akan sulit didapat jika seseorang hanya terpaku dengan kehidupan orang lain dan menjadikan kehidupan orang lain sebagai patokan kebahagiaan untuk hidupnya. Buku ini mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kehidupan dengan jalan yang berbeda. Apabila seseorang terus menerus menjadikan kehidupan orang lain sebagai standar untuk kebahagiaan hidupnya, maka orang itu tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Oleh karena itu, untuk mencapai kebahagiaan itu seseorang harus mencintai dirinya sendiri dan menetapkan standar kebahagiaannya sendiri tanpa menjadikan kehidupan orang lain sebagai standar untuk kebahagiaannya.

Kebahagiaan tidak hanya didapat melalui pengendalian diri pada hal-hal yang sudah terjadi atau berhenti menjadikan kehidupan orang lain sebagai standar kebahagiaannya, tetapi kebahagiaan juga bisa didapatkan lewat mencintai diri sendiri dan berhenti berekspektasi pada orang lain. Dengan mencintai diri sendiri, seseorang akan lebih menghargai dirinya sendiri. Selain itu, dengan berhenti memenuhi ekspektasi orang lain, seseorang akan dapat melakukan berbagai hal hanya untuk dirinya sendiri. Mengejar sesuatu dalam hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain hanya akan membuat seseorang seperti dikendalikan oleh orang lain dan membuat hidup menjadi tidak bahagia. Oleh karena itu, untuk memperoleh kebahagiaan sebaiknya seseorang tidak melakukan sesuatu hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

Seseorang dapat menjalani hidupnya sendiri dengan melakukan sesuatu yang membuatnya bahagia dan memilih jalan hidup yang menurutnya adalah jalan hidup terbaik. Seseorang dapat mengabaikan luka masa lalunya dan mulai mengendalikan perasaannya saat ini untuk memperoleh kebahagiaan pada masa kini dan masa yang akan datang. Cara ini mungkin membuat seseorang tidak disukai orang lain, tetapi dengan keberanian seseorang yang memiliki prinsip hidupnya sendiri tanpa peduli dengan ekspektasi orang lain terhadapnya dan tidak menjadikan kehidupan orang lain sebagai standar dalam hidupnya akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Hal ini lah yang buku ini ajarkan, menjadi berani untuk tidak disukai orang lain. Buku ini memberikan pembelajaran bagi pembacanya agar berani menentukan sikapnya sendiri tanpa mau dikendalikan oleh masa lalu, standar kebahagiaan orang lain, dan ekspektasi orang lain.

Berani Tidak Disukai dikemas dengan sangat apik dan menjadi salah satu buku self improvement yang tepat untuk direkomendasikan kepada orang-orang yang tengah merasa kurang atau bahkan tidak bahagia saat ini. Namun, buku yang bagus bukanlah buku tanpa kekurangan. Seperti buku-buku bagus lainnya, buku ini memiliki kekurangan yang justru membuatnya tampak normal. Buku ini memiliki alur yang cukup cepat sehingga pembaca terkadang harus membaca ulang agar dapat memahami maksud cerita. Selain itu, bahasan dari suatu permasalahan juga tidak dibahas secara mendalam. Membaca ulang buku ini untuk memahami isi cerita mungkin harus dilakukan untuk membuat pembaca memahami maksud dan makna yang hendak disampaikan oleh penulis.

Teks: Dwiky Febyanti
Editor: Dimas Rama S. W.
Foto: Istimewa

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!