Berkontribusi untuk Meningkatkan Pendidikan Bangsa Melalui Kampus Mengajar

Redaksi Suara Mahasiswa · 1 September 2021
4 menit

Kampus Mengajar merupakan salah satu bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Diresmikan pada 9 Februari 2021 oleh  Nadiem Makarim, program ini merupakan kegiatan mengajar di sekolah dengan memberdayakan mahasiswa. Kampus Mengajar memanggil para mahasiswa untuk berkontribusi membangun ketertinggalan pendidikan selama masa pandemi terutama di sekolah dasar  daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) di Indonesia atau sekolah dasar yang memiliki akreditasi C.

Kampus Mengajar dapat menjadi lahan pengabdian bagi mahasiswa sebagai calon penerus bangsa, untuk turut mengatasi masalah pendidikan di Indonesia agar murid-murid sekolah dasar mendapat kesempatan belajar yang optimal. Melalui program ini, mahasiswa dapat ikut serta membantu guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah disusun, membantu administrasi, dan adaptasi teknologi.

Tentunya program ini akan memberikan hubungan mutualisme antara mahasiswa dan sekolah dasar. Mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman mengajar, mengasah kemampuan interpersonal, kreativitas, inovasi, dan  melatih leadership. Dari segi siswa sekolah dasar, mereka mendapat kesempatan untuk berinteraksi dan terinspirasi oleh mahasiswa pengajar dan mendapatkan pembelajaran yang efektif.

Selain itu, dilansir dari laman situs resmi Kampus Mengajar, mahasiswa dapat memperoleh keuntungan, yaitu konversi hasil belajar hingga 20 SKS per semester, pemotongan UKT hingga 2,4 juta, uang saku Rp700.000 per bulan, serta sertifikat peserta program Kampus Mengajar.

Adapun kriteria bagi mahasiswa yang ingin mendaftar, antara lain, mahasiswa harus berada di jenjang S-1 dan duduk di semester 5, memiliki IPK minimal 3 dari skala 4, dan diprioritaskan mahasiswa yang memiliki prestasi dan pengalaman mengajar dan organisasi.

Saat ini program Kampus Mengajar sudah berjalan sebanyak 2 angkatan. Kegiatan Kampus Mengajar angkatan 1 sudah berakhir bulan Juni 2021 lalu, adapun angkatan 2 yang melakukan penugasan sejak 15 Agustus hingga 17 Desember 2021.

Kontribusi Mahasiswa dalam Program Kampus Mengajar

Sebelum diterjunkan ke lapangan, mahasiswa yang dinyatakan lolos seleksi akan diberikan pembekalan materi dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak Kampus Mengajar. Wagiran selaku Ketua Program Kampus Mengajar, menerangkan koordinasi antara pihak-pihak tersebut. Ketika seorang mahasiswa dinyatakan lolos untuk mengajar di sekolah tertentu, selanjutnya mahasiswa diharuskan datang ke Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota dengan didampingi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk memberikan izin dan melakukan monitoring yang kemudian akan diarahkan ke sekolah sasaran.

Lanjut, Wagiran mengatakan, tugas mahasiswa dalam program Kampus Mengajar terbagi menjadi 3 poin utama dan 3 poin pendukung. 3 poin utama dimulai dengan membantu kegiatan belajar mengajar. Contoh kegiatan membantu tersebut adalah menyiapkan bahan ajar, mengajar dengan pengawasan guru terkait atau berkolaborasi dengan guru, dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar luring, daring, dan juga kunjungan ke rumah siswa.

Tugas kedua adalah adaptasi teknologi, contohnya adalah pembuatan meeting room di Zoom dan Google Meet, membuat online quiz interaktif, dan juga mengolah data menggunakan Excel. Tugas terakhir adalah membantu administrasi dan manajerial sekolah sehingga mahasiswa mengetahui pengolahan data Dapodik. Tugas lainnya juga berjumlah 3, yaitu melakukan sosialisasi dan promosi materi profil pelajar pancasila, menjadi duta perubahan perilaku di masa pandemi, dan sosialisasi kebijakan dari dikti.

“Kampus Mengajar merupakan salah satu gerakan dengan slogan belajar sambil memberi dampak kemajuan. Sebetulnya Kampus Mengajar ada untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, seperti keluar kampus kemudian menyelesaikan masalah riil di lapangan,sehingga dari situ akan muncul berbagai macam keterampilan yang tumbuh, ”

“Seperti peningkatan kemampuan berkomunikasi, leadership, problem solving, berpikir kritis, dan publikasi,” tambahnya.

Ketua program Kampus Mengajar itu juga menyampaikan pesan bagi mahasiswa untuk mengikuti program ini sebab ini merupakan wahana yang sangat luas bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan di luar kampus, melihat lapangan yang nanti akan dihadapi setelah lulus.

“Jangan ragu-ragu lagi untuk mengikuti program ini. Ayo bersama-sama menciptakan sejarah, mahasiswa yang peduli, mahasiswa yang berkontribusi terhadap generasi berikutnya,” tuturnya.

Cerita Mahasiswa yang Tergabung dalam Program Kampus Mengajar

Di antara banyak mahasiswa yang turut ambil bagian dalam program Kampus Mengajar angkatan 1, Febriani Putri Milenia, mahasiswa program studi Rusia angkatan 2017 merupakan salah satunya.

Febriani mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang ia dapatkan dari program Kampus Mengajar. “Upgrading softskill, karena melatih kerja tim yang bener-bener kerja tim karena adanya perbedaan universitas dan kesibukan harus dipaksa jadi satu. Relasi juga sangat penting, Upgrading knowledge juga kayak bagaimana mendidik anak karena mereka secara psikologis berbeda dengan anak-anak SMP dan SMA,” jelasnya.

Tak hanya itu, pengalaman yang Febriani dapatkan ketika mengajar di sekolah dasar yang bermayoritas ABK (anak berkebutuhan khusus) memberi kesan tersendiri. “Aku ngerasa beruntung dapetin pengalamannya karena bukan cuman menganalisa, tapi bagaimana menyelesaikan masalah yang mereka sebabkan kayak menjelaskan berkali-kali dan itu ga gampang karena melatih kesabaran banget tapi disini sabar udah nomor 1 harus diprioritaskan karena mereka tipe anak yang gak bisa dibentak malah gak mau belajar lagi maka di sini diuji banget,” ujarnya.

Mahasiswa angkatan 2017 ini menjelaskan, selama kegiatan ia mendapatkan tugas untuk membantu guru dalam belajar mengajar, membantu teknologi dalam pembelajaran, dan administrasi sekolah.

“Cara ngeprint, buat ppt, desain grafik, dan disini kita yang ngebantu. Kalo bantuin administrasi, seperti bebenah perpustakaan sebab perpus SD tuh gak terawat, kemudian penambahan buku bacaan dengan cara open donasi untuk sekolah, dan membenahkan uks agar steril dan bersih,” ujar Febriani.

Adapun kesulitan yang dihadapi Febriani dalam mengajar via daring adalah masalah yang timbul seperti orang tua murid yang kurang paham teknologi dan terbatasnya kuota. “Orang tua gak paham cara mengaksesnya padahal sudah dijelaskan secara rinci melewati tulisan tapi tetap aja bertanya, yang gak bisa ikut daring dikasih tugas aja sebab gak semua orang tua bisa beli kuota karena ada kendala dalam ekonomi,” jelasnya. Sementara dalam pembelajaran luring, murid-murid kerap kali tidak memakai masker dan enggan duduk berjarak.

Selain Febriani, salah satu mahasiswa UI yang sudah mengikuti kegiatan Kampus Mengajar adalah Salsa Hanifa. Ia merupakan mahasiswa angkatan 2017 program studi Arkeologi.

Salsa menyatakan hal senada dengan Febriani terkait manfaat yang ia dapatkan selama mengikuti program Kampus Mengajar. “Kalo benefitnya buat aku banyak juga kok, nambah pengalaman dan menghadapi realita mengajar online yg super sulit, menambah relasi dari berbagai universitas, aku tuh dapet temen-temen  kelompok yang baik-baik dan seru-seru, terus aku kan ngedesain, edit video juga nah buat aku itu karya-karyaku digunain tuh seneng aja,  nambah portofolio dan mengasah skill juga dan nambah uang saku juga,” tuturnya.

Teks: Salma Aulia

Kontributor: Hanief, Rizqy Harnanda, Hanifah Basirah

Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!