Logo Suma

Bikun, Oh, Bikun: Saat Andalan (Tak) Selalu Sesuai Harapan

Redaksi Suara Mahasiswa · 3 Desember 2023
5 menit

Jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Matahari memang belum sepenggalah tingginya, tetapi hal itu tidak serta-merta menjadikan kampus Universitas Indonesia sepi. Geliat kampus dapat mulai rasakan sepanjang jalan: deru kendaraan memasuki tiap gedung perkuliahan UI, para mahasiswa berbondong-bondong ataupun sendirian berjalan ke fakultas masing-masing, sambil haha-hihi atau terbuai lamunan selagi mengumpulkan sekeping demi sekeping nyawa yang masih tercecer dari tempat tidur.

Di tengah keramaian itu, sebuah bus besar menepi ke kiri. Tepat saat pintunya dibuka, mahasiswa berjalan bergegas ke arahnya, seakan itulah bus terakhir yang akan lewat dalam berpuluh tahun. Tergesa dan berdesak—keduanya terpaksa mereka lakukan agar tidak perlu menunggu lama di halte dan terlambat memasuki kelas pagi.

Bus besar yang sudah beroperasi sejak Kampus Depok pertama kali dibuka pada 1987 itu berjuluk Bis Kuning atau Bikun, satu dari sejumlah moda transportasi umum andalan bagi civitas academica Universitas Indonesia untuk melakukan mobilitas intrakampus.

"Dulu aku mikirnya, Bikun itu kayak bis antar kota yang biasa kulihat di daerahku. Terus ketika aku di sini, ternyata jauh lebih bagus daripada yang aku kira. Gratis juga ternyata. Padahal awalnya, kukira berbayar gitu," ucap Rifda Galuh, mahasiswi FISIP 2021, sambil mengingat-ingat momen awalnya menggunakan Bikun.

Sejak mulai beroperasi hampir 40 tahun lalu, layanan Bikun terus mengembangkan fasilitasnya demi menjaga kenyamanan penumpang. Serangkaian perubahan karoseri bus juga dilakukan untuk mempercepat mobilisasi di lingkungan kampus.

Widdy Fatimah Azzahra, mahasiswi FIB 2022, menjadi saksi perubahan dalam desain Bikun. Ia menceritakan pengalaman awalnya dalam menggunakan Bikun desain lama dan membandingkannya dengan perubahan yang sekarang dapat dirasakan.

"Melampaui ekspektasi. Ada AC dan tempat duduknya juga sekarang enak. Dulu ‘kan pas awal-awal Bikun cuma satu jalur pintu masuk ya, sedangkan mahasiswa UI ada banyak, itu agak sulit dan memperlambat mobilisasi. Sampai akhirnya diperbarui dan ditambah pintu yang di tengah."

Bukan Tanpa Masalah

Meski keandalannya tidak diragukan, mutu layanan Bikun juga mempunyai ragam masalah,  mulai dari yang disebabkan penumpang, kondisi fisik Bikun beserta haltenya, serta jauhnya selisih waktu kedatangan antararmada. Galuh maupun Widdy mempunyai pengalaman dan pandangan yang sama dalam melihat masalah Bikun. Mereka berpendapat bahwa apabila Bikun mengalami overkapasitas, sudah seharusnya supir menghimbau agar penumpang tidak memaksakan masuk. Selain dapat memicu ketidaknyamanan, situasi ini membuat interior bus terasa sangat pengap, dan lebih parah lagi, rawan tindak kejahatan.

"Kadang tuh kalau rame kita sampe empet-empetan dan enggak distop. Kayak enggak dikasih batas masih boleh naik atau engga. Karena ga ada, tiap penumpang mepet-mepetan," tukas Galuh kepada Suara Mahasiswa.

Solusi dua pintu secara otomatis menambah keberadaan tangga di halte-halte Bikun. Akan tetapi, tangga tersebut dirasa kurang aman, apalagi jika antrean penumpang di halte cukup padat. Tak jarang, ia mendapati mahasiswa memadati tangga yang pegangannya sudah tidak dalam kondisi optimal.

Sedangkan menurut pemaparan Galuh, alas untuk menaiki Bikun yang terdapat di bawah pintu depan berpotensi membuat mahasiswa terpeleset, sebab alas maupun pegangan yang ada ternyata tidak sekokoh kelihatannya. Apabila masalah-masalah tadi dibiarkan dan tak kunjung diperbaiki, hal tersebut tentu dapat mempersulit mahasiswa terutama penyandang disabilitas untuk menggunakan Bikun.

Efektivitas Si Pelacak

Tidak selamanya keluhan akan pelayanan Bikun ditanggapi dengan respons yang konkret dan memuaskan oleh kampus. Untuk itu, pada awal 2023, Instagram ristek.csui mengunggah pengumuman layanan website yang memudahkan warga UI memprediksi estimasi waktu tiba Bikun bernama Bikun Tracker, yang dapat diakses melalui http://bikun.ui.ac.id.

Bikuntracker merupakan hasil kolaborasi beberapa mahasiswa dari dua fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Komputer. Suara Mahasiswa berkesempatan mewawancarai dua mahasiswa Fakultas Teknik, Ariq Pradipta Santoso dan M. Naufal Faza, keduanya mahasiswa FT 2020.

Menurut Ariq dan Naufal, ide pembuatan Bikun Tracker diinisiasi proyek akhir mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Ariq dan Naufal tergerak untuk mengatasi permasalahan mahasiswa UI mengenai jam datang Bikun yang tidak terjadwal, sehingga mahasiswa merasa kesusahan dalam menentukan waktu tunggu.

Pada saat bersamaan, beberapa mahasiswa dari Fasilkom UI juga berkeinginan membuat hal yang sama. Terbentuklah kerja sama pembuatan Bikun Tracker, dengan tim terbagi menjadi dua, yakni tim development dan tim management.

Pengerjaan Bikuntracker membutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan, lengkap dengan perencanaan dan birokrasi akhir. Perencanaan dimulai pada Oktober 2022 dan dirilis Februari 2023. Mekanisme pencocokan waktu tiba bikun mempergunakan sebuah GPS yang terpasang di tiap armada Bikun. GPS tersebut akan memberikan sinyal yang akan menampilkan letak dan koordinat titik Bikun di situs Bikuntracker. Naufal juga menjelaskan jika terdapat Bikun yang tidak terlacak atau tidak muncul dalam website dikarenakan GPS yang dimiliki armada tersebut rusak, atau bisa juga armada tersebut sedang terkendala sinyal.

Menjaga Bikuntracker tetap dalam kondisi optimal juga sangat penting. Karena masih baru, untuk saat ini, pengecekan Bikuntracker masih melalui pelaporan yang diterima Tim. Potensi masalah yang diantisipasi sejak awal tersebut membuat website Bikuntracker disertai form pelaporan, yang akan ditindaklanjuti setelah koordinasi tim dilakukan di grup internal.

Bikuntracker akan memperbarui posisi Bikun setiap 5 detik sekali, sehingga Ariq dan Naufal berani memastikan bahwa data yang tersedia di website mereka pastilah akurat. Ariq mengakui ketidaktepatan waktu di website dengan real time kadang terjadi, terutama karena pelacakan Bikun saat ini tidak menggunakan algoritma buatan sendiri yang dimulai dengan mengukur jarak dan mengukur kecepatan rata-rata Bikun.

Meski belum sempurna, kehadiran aplikasi Bikuntracker mendapatkan sambutan yang hangat warga UI. Galuh, mahasiswi FISIP 2021, menilai Bikuntracker sangat memudahkan untuk melihat jadwal karena, “....Kita bisa tau kapan bis kuning dateng, jadi kita juga bisa memperkirakan waktu jalan kaki dari kost, biar waktu sampe halte ga perlu nunggu lama.”

Sependapat dengan Galuh, Widdy menceritakan saat awal peluncuran Bikuntracker “Waktu awal-awal, Bikuntracker beneran bisa ngebantu kita, soalnya dari yang awalnya jam bikun ga terjadwal, sekarang jadi bisa prediksi kedatangan Bikun.”

Kepuasan itu nyatanya tak bertahan lama. Menurut Widdy, “Bikuntracker akhir-akhir ini enggak sesuai kenyataan sama website. Kayak misalnya Bikun belok ke kanan dan lurus, di Bikuntracker tulisannya belok kanan, tapi yang dateng Bikun yang lurus”.

Keluhan serupa juga dirasakan Galuh, yakni nomor Bikun pada aplikasi dan nomor Bikun yang datang sering mengalami perbedaan. Walaupun masalah ini tampak sepele, cukup membingungkan bagi orang awam karena mereka takut jika salah menaiki Bikun.

Rata-rata mahasiswa UI belajar menggunakan Bikuntracker tanpa panduan, sehingga beberapa fitur yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pemakaian aplikasi tidak dimanfaatkan dengan baik, seperti fitur pelaporan yang ada di aplikasi.

Dengan fitur yang kurang bermanfaat karena tak diketahui itu, Tim Pengembang Bikuntracker diharapkan melakukan sosialisasi penggunaan Bikun tracker bagi seluruh warga UI lewat poster cara penggunaan, video, maupun sosialisasi langsung, seperti yang dilakukan saat pelaksanaan OKK 2023.

Mereka Berharap

Sebagai pengelola, Naufal berharap aplikasi Bikuntracker ke depan dapat berkembang lebih baik, seperti mengetahui kapasitas penumpang dalam satu armada. Jika cita-cita ini bisa terealisasi, niscaya tidak akan ada masalah kelebihan dan kekurangan penumpang di dalam setiap armada Bikun. Selain itu, Naufal juga menghimbau para pengguna Bikuntracker untuk memanfaatkan fitur pelaporan yang telah tersedia, khususnya apabila pengguna menemukan masalah, sehingga pengelola lebih cepat mengetahui dan memperbaikinya.

Sebagai penumpang, Galuh dan Widdy sangat menyarankan agar kampus bersedia mengerahkan lebih banyak armada pada jam-jam ramai penumpang seperti pukul tujuh pagi dan empat sore, serta mempersempit selisih waktu kedatangan tiap armada bus. Hal ini dapat mengurangi potensi overkapasitas dan memadatnya mahasiswa di halte-halte Bikun.

Galuh juga berharap agar pengembangan fitur pengingat keamanan tidak mangkrak di tengah jalan. Fitur keamanan Bikun memang membaik, tetapi potensi kasus kejahatan seperti pencopetan dan kekerasan seksual masih ada.

Ketika kasus kejahatan sedang marak, sopir selalu mengingatkan penumpang untuk berhati-hati atau menjaga barang bawaannya. Namun ketika situasinya sudah terkendali, para sopir tak lagi mengingatkan penumpang. Bagi Galuh, keadaan tersebut berpotensi membuat kasus kejahatan berulang.

Ia menyarankan, apabila mungkin, akan lebih baik jika peringatan dimasukkan ke dalam voice over yang ada di Bikun. Tentu, setiap penumpang juga harus selalu waspada dan melakukan usaha-usaha preventif untuk menjaga dirinya sendiri.

“Kita tahu Bikun itu ramai, jadi kita perlu waspada. Jaga barang bawaan dan jangan banyak main HP juga,” pungkas Widdy.

Teks    : Chika dan Farras
Kontributor : Zahra

Editor : Chris Wibisana
Ilustrator : Kejora Sava

Pers Suara Mahasiswa UI 2023
Independen, Lugas, Berkualitas!