Centang Perenang OKK 2023: Mereka Mengundurkan Diri.... (Part I)

Redaksi Suara Mahasiswa · 7 September 2023
8 menit

HATTA LEGENDA BERWARTA, tersebutlah pada bulan Agustus 2023, dua matahari bersinar di Depok. Satu matahari ciptaan Tuhan, yang satu ciptaan manusia. Matahari ciptaan Tuhan memberi panas dan memancarkan sinar, matahari ciptaan manusia juga memberi panas, tetapi alih-alih menyinari, matahari kedua ini menjadikan bulan Agustus tampak suram gelita, dan lebih suram lagi ketika dalam keadaan demikian itu, kita tak tahu ke batang hidung siapa telunjuk  kesalahan harus menuding.

Sebut saja matahari kedua ini, Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) UI  2023.

Berkas-berkas matahari kedua ini mulai bersinar saat kehidupan kampus belum benar-benar melek. Libur semester genap 2022/2023 masih berlangsung, tetapi sejumlah pintu kampus sudah lebih padat dari biasanya. Di Stasiun UI manusia menyemut. Halte-Halte Bikun dekat pintu-pintu masuk padat oleh anak-anak lulusan SMA yang tengah mongkok dadanya sebab diterima di kampus terbaik penyandang nama bangsa. Berbondong-bondong mereka masuk ke kampus disebabkan keharusan untuk mengikuti rangkaian orientasi tiga pekan: PKKMB, OKK UI, dan masa orientasi tingkat fakultas.

Dari serangkaian kegiatan itu, OKK UI menjadi yang paling ditunggu-tunggu karena puncak acaranya selalu menghadirkan pengisi acara ternama. Namun, di balik OKK yang dinantikan itu, siapa sangka bahwa OKK 2023 menghadirkan masalah yang diakibatkan intrik-intrik di batang tubuh kepanitiaan yang centang-perenang.

Suara Mahasiswa menelusuri senarai masalah OKK 2023, menembus sejumlah narasumber, dan secara eksklusif menyusunnya dalam serial “Centang-Perenang OKK 2023”. Sebagai pembuka cerita, kisah eksodus Divisi Keamanan kami pilih sebagai jalan masuk, yang dalam penelusuran awak redaksi kami telah berhasil menguak gunung es masalah internal kepanitiaan orientasi tingkat kampus itu.

Dari Sabda Affanda

Mantan Badan Pengurus Harian Divisi Keamanan OKK 2023, Pebrizal, menggelarkan duduk perkara yang menerpa tim kerjanya. Divisi dengan jumlah anggota terbesar di kepanitiaan itu sebenarnya mengarahkan persiapannya pada pengamanan Acara Puncak OKK 2023 yang diagendakan pada 14 Agustus 2023.

Namun, sebelum mengamankan Acara Puncak, tentu Divisi harus mempersiapkan kebutuhan yang dapat menunjang pelaksanaan acara puncak, antara lain lewat upgrading berupa pelatihan sinergis bersama divisi lain. Upgrading tersebut dilakukan beberapa kali, mulai dari upgrading bersama Divisi Medis untuk kedaruratan medis, hingga upgrading bersama PLK UI untuk cara penanganan keamanan.

Lautan masih teduh saat Divisi Keamanan mempersiapkan upgrading itu, hingga tibalah saat BPH Inti OKK meminta Divisi Keamanan untuk menyusun rancangan anggaran biaya (RAB). Menurut Pebrizal, divisinya saat itu diminta hanya mencantumkan barang-barang kebutuhan tanpa mencantumkan nominalnya, untuk kemudian diserahkan kepada Project Officer (PO), Affanda Hadi, untuk dibawa dalam bidding.

Sampai di latihan terakhir, barulah Pebrizal mengetahui harga barang-barang kebutuhan divisinya saat melihat proposal yang dibuat PO. Tertera dana Divisi Keamanan mencapai 50 juta rupiah untuk rencana optimis; 28 juta rupiah untuk rencana realistis; dan 16 juta rupiah untuk rencana pesimis. Setelah itu, Vice Project Officer (VPO) Eksternal dan Koordinator Operasional menginstruksikan kepada setiap divisi untuk membuat RAB final, tak terkecuali kepada Divisi Keamanan.

RAB Divisi Keamanan disusun Wakil Penanggung Jawab Divisi Keamanan 2, yakni Ibrahim Azi, dan menyentuh angka 20 juta rupiah. Ibrahim mengungkap bahwa angka tersebut sangat rasional karena digunakan untuk pelatihan selama 3 hari dengan rincian 12 juta untuk biaya pelatihan, konsumsi peserta, dan perlengkapan lainnya. Pelatihan itu akan dilaksanakan bersama Divisi Medis dan 40 orang anggota PLK yang sedianya direncanakan menyampaikan 8 materi kepada Divisi Keamanan yang berjumlah 118 orang.

RAB final yang disusun dan diserahkan inilah yang memicu penolakan Affanda.

“Kami berdebat di grup chat karena kami merasakan penolakan. Beberapa penolakan yang gue masih ingat kayak, kenapa harus latihan sama PLK sebanyak itu, kenapa nggak latihan 1 PLK untuk melatih  40 orang, kenapa nggak 2 PLK untuk 118 orang,  kenapa harus sampai 40 PLK, kenapa nggak latihan sama Keamanan OKK tahun lalu, hingga Fanda pun bertanya, ‘Kenapa nggak cari di Google aja materi-materi pelatihan’,” ungkap Pebrizal.

Pusaran badai pun menghantam saat pelatihan bersama PLK dilangsungkan. Pelatihan yang semula dirancang 3 hari ternyata hanya dilaksanakan satu hari karena dana pelatihan belum tersedia. Di hari pelatihan, anak-anak buah Pebrizal hanya memperoleh 5.000 rupiah untuk konsumsi 1 orang peserta. Tak ayal, banyak dari peserta latihan yang jatuh sakit dan pingsan.

Affanda beralasan tak menyanggupi RAB final mengatakan bahwa OKK tidak punya uang.

Affanda menukas, ia hanya menyanggupi dana untuk Divisi Keamanan sebesar 3 juta rupiah. Tak terbilang kekecewaan Divisi Keamanan karena RAB final yang dibuatnya bahkan kurang dari separuh dana optimis yang tercantum di Proposal yang  dibuat PO. Ibrahim Azi pun tidak habis pikir dan terheran-heran, ke mana perginya uang sponsor hingga Affanda bisa-bisanya berkata bahwa dia tidak menyanggupi RAB final tersebut.

Tak dihargai sebagai komponen kepanitiaan dan tidak memperoleh dukungan finansial, maka pada malam hari, Rabu, 2 Agustus 2023, perwakilan Divisi Keamanan mengirimkan surat pengunduran diri kepada PO. Affanda, yang kami temui di kesempatan lain, menyatakan sempat memiliki itikad baik untuk memperbaiki hubungan dan mencari jalan keluar.

Sebagaimana yang dikatakannya, “...saya sudah memiliki itikad baik untuk mengajak mereka ketemu sebelum mereka keluar, tetapi mereka secara sepihak memutuskan untuk keluar dan saya sudah mengajak bertemu lebih dari satu kali dan responnya seperti itu”.

Divisi Keamanan memang sudah mengambil keputusan bulat dan itikadnya datang jauh terlambat untuk ditindaklanjuti, terutama karena pemahaman keduanya terlanjur berbeda. Ibrahim berucap yakin bahwa keputusan mundur ini bukanlah gegabah, bahkan Divisi sempat mengadakan voting.

Hasilnya, 65 orang memilih mundur dan 0 memilih untuk bertahan. Vonis yang jatuh tak butuh waktu lama untuk ditindaklanjuti. Satu divisi OKK meninggalkan gelanggang yang menjadikan mereka pekerja tanpa bayaran–istilah halus kecuali Anda setuju kata “budak” masih pantas kita pakai di abad ini.

SUC Melayang

Tak macam-macam permintaan Divisi Keamanan setelah memutuskan balik kanan dari kepanitiaan ospek kampus itu.

"Gue cuman minta: 1) SUC staff gue balik; 2)  Gue minta uang untuk pelatihan hari pertama dengan PLK itu dibayar; dan 3) Gue minta untuk konsep gue setidaknya tidak dipakai karena jujur, lu pahamlah dengan kenapa gue memberikan ketiga hal itu karena kan sebenarnya gue ngerasa di otak gue, mikirnya sakit hati banget kalau sampai konsep gue dipakai kayak gitu, lah, kasarnya," jelas Ibrahim Azi.

Ibrahim menambahkan bahwa ia sudah berkali-kali menghubungi Affanda terkait masalah ini, tetapi Affanda selalu berkelit dengan alasan bahwa SUC akan dikembalikan setelah dana dari Dirmawa cair.

Ibrahim pun menjelaskan, berapa harga dirinya begitu terinjak-injak sebab permintaan penjelasan akan pengembalian SUC ditanggapi Affanda dengan berkata bahwa Ibrahim Azi layaknya penangguk piutang yang mengancam. Balasan lebih merendahkan pun tak ragu dilontarkan Affanda sebagai berikut:

Rencana Berantakan

“Bahkan gue udah mikirin kalau OKK itu jadi tempat demo yang kemarin yang diadakan, itu tuh sempat gue pikirin itu. Sampai sejauh itu gue mikirin: misalkan [OKK] jadi tempat demo politik, tempat orang untuk koar-koar orasi, tempat anak-anak untuk masuk," kisah Ibrahim saat menceritakan persiapan Divisi Keamanan sebelum akhirnya memilih mengundurkan diri.

Setali tiga uang, dan mohon tuan-puan tidak menganggap ini memuji diri sendiri, Pebrizal menyatakan bahwa divisinya dapat dikatakan merupakan divisi dengan persiapan yang paling matang. Dalam urusan internal, Divisi Keamanan memiliki 3 BPH, yakni Penanggung Jawab yang dipegang Pebrizal Alrizqan; Wakil Penanggung Jawab 1, Jhere Octavian, dan Wakil Penanggung Jawab 2, Ibrahim Azi. Dua wakil tersebut memiliki perbedaan tugas. WPJ 1 itu bertanggung jawab untuk urusan internal, sedangkan WPJ 2 bertanggung jawab atas kebutuhan eksternal divisi.

Di dalam Divisi sendiri terdapat 7 regu dengan 13 orang staf ditempatkan per regu, lengkap dengan pengaturan disposisi setiap regu berdasarkan pos-pos yang telah dibuat, yakni pos balairung, pos Pondok Cina, pos Gerbatama, pos Kukusan Teknik dan Kukusan Kelurahan, pos Guest Star, pos Border, dan pos mobilisasi balairung. Penempatan-penempatan ini pun telah direncanakan akan dilakukan 2 shift.

Setiap BPH bertanggung jawab dan ditempatkan di titik-titik berbeda dengan tujuan mobilisasi Maba saat hari-H berjalan. Rencana yang mulai diatur Pebrizal dan timnya antara lain upaya mencegah peserta OKK turun di depan Balairung, dan dialihkan di pos-pos pintu masuk UI. Hal ini karena Divisi Keamanan sudah mengantisipasi kepadatan di Balairung seandainya Maba diperkenankan drop-off di depan Balairung.

Koordinasi intensif tak lupa dikerjakan dengan seluruh stakeholders keamanan di UI. Ibrahim Azi bahkan sudah bekerja sama dengan pihak pengelola armada Bis Kuning (Bikun) untuk mengubah jalur bikun saat hari-H OKK sehingga Maba dapat mempergunakan fasilitas Bikun untuk bisa datang ke Balairung.

Sesampai di parkiran Balairung, Maba akan diperiksa barang bawaannya sebelum diperkenankan masuk. Di dalam Balairung, Divisi Keamanan juga siaga membantu mengarahkan tempat duduk dan menjaga area tetap kondusif saat narasumber memaparkan materi.

Rapi tersusun semua rencana itu, hingga badai menghantam pada 2 Agustus 2023. Ratusan orang yang melakukan eksodus serempak memicu riak mengalun ombak pada pelaksanaan Acara Puncak, 14 Agustus 2023. Tanpa pelatihan memadai, Divisi Keamanan pengganti yang dipersiapkan tergesa-gesa memacakkan tonggak kerunyaman demi kerunyaman yang kemudian tercipta.

Terjadilah Semuanya....

Jarum jam tak bisa diputar mundur. Dengan waktu pelaksanaan Acara Puncak yang semakin dekat, dan tak ada lain bagi Affanda dan timnya selain berprinsip the show must go on, maka 118 orang yang memilih mundur daripada tersiksa segera digantikan orang baru. PJ Divisi Keamanan yang menggantikan Pebrizal, Emir Rakha, bahkan menemui Pebrizal satu hari sesudah eksodus terjadi.

Dalam perbincangan itu, menurut Pebrizal, Emir telah mengaku bahwa Affanda dan BPH Inti OKK telah mendekatinya menjadi pengganti Pebrizal sebagai PJ Divisi Keamanan. Pebrizal mendengar pula bahwa Emir dibayar sebesar 2 juta rupiah dan staf-staf baru akan mendapat bayaran sebesar 50 ribu rupiah. Saat ditanya oleh salah satu teman Pebrizal, Amanda, Emir mengaku ia tidak dibayar, tetapi membenarkan bahwa staf-staf baru di bawah arahannya adalah benar mendapatkan 50 ribu rupiah.

"Secara logis, menurut gua sangat tidak mungkin ketika staf yang lu ajak dibayar, tapi lu sebagai BPH nggak dapat apapun. Jadi, ya, gue bisa bilang itu bullshit sajalah," tukas Ibrahim Azi spontan.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Staf-staf Divisi Keamanan yang baru tidak mendapatkan persiapan layak seperti pendahulunya yang sempat dilatih PLK UI. Berbagai laporan dan kritik disampaikan terkait kinerja mereka di Acara Puncak 14 Agustus, mulai dari kebingungan akan plot mobilisasi hingga divisi lain terpaksa turun tangan menertibkan Maba, hingga staf yang mangkir dari pekerjaan saat acara berjalan atau beristirahat di waktu yang tidak tepat.

Mengapa, Affanda?

Salah satu sikap BPH Inti yang amat disayangkan perwakilan Divisi Keamanan adalah tabiat menyepelekan agenda maupun rancangan teknis Divisi Keamanan yang disusun seksama. Sikap ini tampak ketika PO dengan gaya merendahkan, mempertanyakan teknis lapangan dan menganggap beberapa persiapan bisa dilakukan dengan cara yang lebih ‘mudah’, ‘murah’, dan ‘praktis’, ketika Divisi dengan tanggung jawab sebesar mengamankan ribuan mahasiswa baru sejatinya membutuhkan persiapan matang sebagai disusun di agenda oleh pimpinan divisi.

Hal yang membuat Divisi Keamanan kian dongkol ialah Affanda tak pernah hadir atau terlibat langsung memantau berjalannya agenda Divisi Keamanan, sehingga sanggahan-sanggahan tersebut jelas-jelas tidak berdasar selain ketidaktahuan akan kebutuhan konkret divisi.

Suara Mahasiswa menemukan sejumlah kesaksian yang menguatkan bahwa tidak hanya Pebrizal dan awak divisinya, perangai semacam ini pun juga dirasakan divisi lain. Mereka harus melakukan banyak improvisasi serta penyesuaian demi berjalannya peran dan tanggung jawab mereka selama acara, bahkan terpaksa mempergunakan beberapa fasilitas yang kurang layak.

Tak satupun orang melarang Affanda bertolak pinggang bagai panglima yang memutuskan menjauh dari detail tugas divisi-divisinya, sekalipun ini tidak hanya dirasakan oleh Divisi Keamanan, melainkan juga divisi-divisi lain.

Khilaf memanglah watak manusia. Tertampar di malam eksodus 2 Agustus, BPH Inti baru tersilap untuk mendekatkan diri sesudah nasi jadi bubur basi yang tak tertolong biar dikecapi satu kuali.

Suara Mahasiswa berusaha menjangkau dan berupaya meluruskan hal ini dengan Affanda, namun karena satu dan lain hal, permohonan wawancara kami tidak ditanggapi. BPH Inti pun seakan telah dikondisikan untuk bungkam dan menolak diwawancarai.

Banyaknya koordinasi yang kurang jelas, penyusunan proposal yang sumir, serta masalah komunikasi yang terjadi di lapangan, pada akhirnya, memicu senarai pertanyaan bagaimana BPH Inti semacam itu bisa terpilih melaksanakan acara kampus sebesar OKK UI 2023, dan bagaimana manajemen dan sinergi terjadi di batang tubuh kepanitiaan yang hanya menampakkan episode kekacauan demi kekacauan saat dilihat dari permukaan.

(Bersambung....)

Teks : Vilda Zahra dan Ross Roudhotul
Kontributor : Intan Shabira
Editor : Chris Wibisana
Foto : Istimewa

Pers Suara Mahasiswa UI 2023
Independen, Lugas, Berkualitas!