Cibubur, Sehimpun Puisi Karya Mikail Arya

Redaksi Suara Mahasiswa · 20 Februari 2021
1 menit

Banjir

“Tuhan murka, Tuhan murka”
Kicau Sadikin si tetangga alim
Dilihatnya Rawa Badak tumpah ruah bekas hujan
Airnya coklat keruh bak kopi kondang remaja.
Bocah-bocah miskin tampak riang
Menyambut banjir yang meliburkan sekolah
Bermain air di waterboom dadakan
Tak peduli bangkai tikus atau wabah pula.

Cibubur

Bulan Cibubur kini nampak pemalu
Bagai gadis Madrasah akil balig
Menutupi jerawat pubernya dengan cadar
Yang tercipta dari kentut mesin-mesin kota sangar
Kentut mengepul-ngepul di tawang.

Mesin-mesin kota menumpuk padat di jalanan
Merayap lamban bak mengenjan  berak di jamban
Mesin-mesin kota dengan bising mengerang-ngerang
Dilengkapi cingcong klakson angkot butut
Serta suara parau para punk lampu merah.

Monyet-monyet Cibubur pastinya murka
Rumah hijaunya kini menjadi bumi terluka
Sedikit rumahnya pun digusur dan dirusak
Untuk mendirikan mal mewah bertarif parkir mahal.

Bumi Cibubur ingar-bingar ulah turunan Adam
Solusi tuk para monyet Cibubur hanyalah kup
Apa daya monyet adalah hewan pengecut
Kecil, berbulu, tak berdaya.

Monyet-monyet Cibubur hanya bisa  berharap
Kepada saudara jauhnya yang arogan
Manusia-manusia Cibubur yang serakah.

Hujan

Matahari Depok sang eksibisionis
Dengan mesum memancarkan ketelanjangannya
Tetiba Tuhan mengisyaratkannya
Untuk menutupi auratnya.

Awan pun menggulung-gulung
Makin rapat, makin gelap
Tetes menetes bak air mani
Yang menghidupkan dan suci.

Penulis: Mikail Arya J.M.
Editor: Nada Salsabila

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas