Danau UI, Ladang Pemancing yang Kini Berubah menjadi Danau Konservasi

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 November 2022
5 menit

Tidak sedikit yang menyeret nama Universitas Indonesia (UI) jika berbicara tentang kampus-kampus terluas di Indonesia. Menempati wilayah seluas 320 hektare, kampus utama UI yang berada di kota Depok ini menjadi salah satu kampus yang dilengkapi banyak fasilitas tambahan. Namun, dari jumlah total luas kampus UI Depok tersebut, hanya 25% dari total luas wilayahnya yang digunakan sebagai sarana akademik. Sementara, sisanya merupakan kawasan hijau hutan kota.

Tak hanya hutan kota yang luas, UI juga memiliki banyak danau di sekitar lingkungan kampus. Keberadaan danau-danau yang tersebar di lingkungan Kampus Kuning turut menjadi poin khas yang ada di UI. Terdapat enam danau yang huruf depan dari setiap namanya membentuk kata kampus, yaitu Danau Kenanga, Aghatis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam. Tiap danau pun memiliki luas yang variatif, seperti Danau Ulin seluas 55.341 meter persegi sebagai danau terluas dan Danau Puspa yang memiliki luas terkecil dengan ukuran 20.162 meter persegi.

Selain menjadi pemandangan tersendiri bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar, enam danau ini juga digadang-gadang menjadi kawasan konservasi. Hal ini tidak mengherankan, sebab, luas keseluruhan danau yang ditaksir lebih dari 269 meter persegi ini berperan bagi tempat resapan air terbesar bagi wilayah Jakarta dan Depok. Bahkan, keenam danau ini turut menjadi tempat penampungan air di kedua wilayah tersebut saat musim kemarau.

Perlindungan Mutlak Danau Konservasi

Danau UI sendiri dibangun sebagai konservasi sumber daya air yang dimaksudkan untuk memelihara keberadaan air serta keberlanjutan keadaannya dengan sifat dan berbagai fungsinya. Manfaatnya antara lain adalah menjaga keseimbangan alam, ketersediaan air, mencegah bencana alam, dan menjamin kelestarian daerah aliran sungai (DAS). Demi mempertahankan ekosistem dan konservasi danau, hampir setiap tahunnya mahasiswa baru UI diajak untuk melakukan penebaran bibit ikan pada kegiatan Program Cinta Kampus. Tidak hanya itu, danau UI juga digunakan untuk tempat penelitian para mahasiswa untuk mata kuliah terkait.

Demi mempertahankan kelestarian danau UI agar tetap terjaga, terdapat aturan ketat mengenai pemanfaatan danau, salah satunya larangan memancing di danau UI. Unit Pelaksana Teknis Pengamanan Lingkungan Kampus (UPT-PLK) UI memiliki Tata Tertib di Kawasan Danau UI yang mengatur hal-hal sebagai berikut:

  1. Untuk melakukan kegiatan di kawasan danau UI, maka harus mendapatkan ijin dari DPPF UI, yang diketahui oleh UPT PLK dan UPT K3L.
  2. Setiap kegiatan yang diadakan di kawasan danau UI, harus memperhatikan aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut, seperti:
  3. Memberikan penjelasan tentang bahaya/risiko, atau potensi kecelakaan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, seperti tercebur ke danau, dll.
  4. Melaporkan setiap kejadian bahaya dan kecelakaan yang terjadi saat pelaksanaan kegiatan kepada pihak terkait, seperti satpam atau UPT PLK UI.
  5. Dilarang memancing di kawasan danau UI.
  6. Menjaga kebersihan kawasan danau UI.

Tidak berhenti sampai pada regulasi, pihak UI pun mengimplementasikan aturan tersebut dengan mengawasi berbagai kegiatan yang dilakukan di sekitar danau-danau di UI. Spanduk peringatan dilarang memancing sudah terpasang di sekitar danau. Bahkan, peringatan perihal larangan ini memuat ancaman bagi para pelanggarnya dengan Pasal 365 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang tindak pidana pencurian.


Sebelum dilarang, aktivitas memancing memang sempat diperbolehkan oleh pihak UI. Hal ini disampaikan oleh Surya, salah seorang petugas kebersihan danau UI. Menurut Surya, terdapat aktivitas-aktivitas di sekitar danau UI yang kadang mencemari danau, sebelum akhirnya aturan larangan tersebut diresmikan.

“Dulu memang sempat boleh mancing, semenjak banyak yang kejadian-kejadian seperti mahasiswa meninggal di danau, ada yang pacaran, ada juga yang buang sampah, bahkan buang bayi, dsb., makanya aturannya diperketat, termasuk dipasang plang gak boleh mancing. Kecuali aktivitas mahasiswa seperti penelitian, sama kita para pekerja kebersihan gitu,” ujarnya menuturkan.

Panorama Lain Lanskap Danau UI dari Para Pemancing

Menariknya, selain sudut pandang danau UI sebagai sarana konservasi, fenomena para pemancing di danau UI menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Kebiasaan memancing oleh masyarakat sekitar di danau-danau UI seperti sudah menjadi rahasia umum, baik itu bagi sivitas akademika maupun masyarakat sekitar. Sebagai pekerja yang cukup lama bekerja di wilayah UI, Surya menganggap hal ini terjadi karena warga sekitar merasa memiliki hak untuk memancing di danau-danau UI. Menurut keterangan para pemancing yang disampaikan kepada Surya, jauh sebelum UI berdiri, masyarakat sekitar sudah memancing di rawa-rawa yang sekarang menjadi kawasan kampus UI.

Setidaknya hal inilah yang kiranya membuat status danau-danau di UI sebagai danau konservasi tidak terlalu dihiraukan pemancing. Kendati demikian, pihak UPT-PLK UI terus menegur dan mengimbau untuk tidak memancing di kawasan danau UI.

“Dulu sebelum 2017—2018, (pemancing–Red) dibawa ke PLK. Orangnya dibawa, barang buktinya diambil, terus disuruh bikin surat pernyataan. Dua tahun kemari (belakang–Red), hilang tuh peraturan itu kayaknya. Mungkin masih ada, tapi gak ketat,” ujarnya. Surya pun menambahkan, pihak keamanan kampus sudah berusaha menegur para pemancing meskipun hal yang sama kerap terulang.

Menurut penilaiannya, skala pemancing saat pandemi meningkat lantaran aturan yang melonggar. Hal ini terjadi tidak lain karena minimnya mahasiswa yang datang ke kampus sehingga membuat masyarakat lebih leluasa untuk datang. “Wah, yang mancing banyak udah kayak pemancingan tuh di sini. Ada yang pakai jaring, ada yang pakai apa,” tutur Surya.

Hanya saja, ketika kegiatan perkuliahan sudah berangsur normal, penertiban pemancing kembali dilakukan. Menurut pengakuan pekerja tersebut, satuan TNI sempat turun untuk menertibkan kawasan danau dari para pemancing. Diakuinya, hal itu berdampak besar pada intensitas kedatangan pemancing. “Ini udah dua minggu ini nih sepi. Kenapa? Tadinya security yang ngomelin, mungkin security gak kena, ada ABRI kemarin turun.”

Latar Belakang Pemancing

Daya tarik memancing di danau-danau UI seperti sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar. Mengingat ikan yang melimpah, masyarakat seperti menemukan ladang untuk menuangkan hobi atau alasan lain. Hal itulah yang diakui oleh Ahmad (nama disamarkan-read), salah seorang warga masyarakat yang datang untuk memancing di UI. Ia mengaku datang memancing untuk mencari ikan gabus yang digunakannya untuk pengobatan.

“Untuk penyakit dalam, biasanya buat abis operasi caesar atau saya ‘kan punya penyakit kencing batu. Bukan buat pengobatan utama sih, cuma buat alternatif. Tapi, pakai gabus emang bisa berpengaruh,” tutur Ahmad. “Banyak, sih (jenis ikan–Red). Ada patin, gabus, nila, mujair. Tapi yang saya cari sih gabus aja,” tambahnya.

Di sisi lain, Ahmad mengaku tidak rutin memancing di UI, hanya jika kesiangan. Meskipun begitu, ia juga mengetahui adanya larangan memancing di danau UI. “Sebenarnya enggak boleh, jadi diam-diam saya,” katanya, “pernah sih kena tegur, cuma yang lain masih pada suka turun lagi, jadi lanjutin aja,” ungkap Ahmad.

Tak hanya sampai di situ, fenomena lain juga didapati terjadi di danau UI. Masyarakat yang “berkunjung” ke danau-danau UI tidak hanya sebatas memancing dengan pancingan seperti yang dilakukan Ahmad. Surya pun menyampaikan bahwa beberapa di antaranya melakukan kegiatan lebih ekstrem, yakni dengan menjaring, bahkan menembak ikan. “Dia ngejala nih, sekena-kenanya itu ikan apaan aja ada. (Ikan–Red) sapu-sapu sama dia gak dibuang lagi ke danau, dibuangnya di pinggiran, itu cukup mencemari danau” ujarnya.

Hal ini sangat memprihatinkan bagi Surya dan petugas kebersihan UI lainnya, sebab, ikan yang dibuang sembarangan akibat tidak menjadi tujuan penjala itu mati sia-sia. Selain mengurangi populasi ikan, hal tersebut juga berdampak pada kebersihan lingkungan danau. Tidak lain karena bau anyir yang menguar dari ikan-ikan yang tergeletak tersebut.

“Rata-rata sih orang nyarinya kalau yang duduk itu biasanya mujair, kalau yang jalan, bawa tembakan itu nyarinya gabus. Kenapa? Karena, satu, mahal. Kedua, dia jualnya gampang. Sama satu lagi, di kampung dia ada yang habis operasi, terus dia jago jadi dia yang cariin,” Surya menambahkan.

Kelestarian danau di wilayah kampus UI harus terus dijaga. Wilayah perkotaan besar seperti kota Jakarta dan Depok membutuhkan konservasi air seperti danau-danau UI mengingat salah satu kapasitasnya sebagai penampung air hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Kerusakan wilayah danau UI dan ekosistem di dalamnya dalam jangka panjang tentu bukan hanya tentang kesadaran para pemancing di UI, namun tentang seluruh masyarakat di sekitar danau. Menjaga kelestarian ekosistem alam dan fungsinya merupakan tugas kita bersama.

Teks: Siti Sahira Aulia, Anggi Nurafianto
Kontributor: Aisha Afdhanty Ferkin
Editor: Ninda Maghfira

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!