Logo Suma

Dewan Guru Besar FK UI Kritisi Kebijakan Kolegium Baru

Redaksi Suara Mahasiswa · 17 Mei 2025
2 menit

Menindaklanjuti surat terbuka yang telah dikirim oleh Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (DGB FK UI) kepada Presiden Prabowo Subianto, pada Jumat (16/05), sekitar 70 guru besar berkumpul di aula Kampus FKUI Salemba untuk menyuarakan keresahan mereka terkait sistem kolegium baru yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Surat yang ditandatangani oleh lebih dari 150 guru besar FK UI tersebut memuat lima poin keresahan dan empat poin harapan terkait masa depan pendidikan kedokteran dan iklim praktik profesi kedokteran.

Salah satu guru besar FK UI, Jose Roesma menyampaikan bahwa muatan surat didasarkan pada rasa kepedulian dan tanggung jawab moral para guru besar yang terikat sumpah kedokteran. Ia juga menuturkan bahwa penerapan kebijakan ini dapat mengakibatkan degradasi kualitas medis dan hilangnya kepercayaan publik terhadap profesi kedokteran.

Dalam konferensi tersebut, Ketua Dewan Guru Besar UI, Harkristuti Harkrisnowo menyayangkan kebijakan yang diambil tanpa dialog dengan staf ahli demi pencapaian target politik dan kepentingan populisme.

“Ketika kita melihat bahwa ada kebijakan di bidang pendidikan kesehatan yang tidak lagi melibatkan para intelektual di bidang kesehatan, tentu kami sangat merasa resah dan juga gelisah. Mau dibawa ke mana ilmu kedokteran kita itu? Mau dibawa ke mana plan kesehatan pada masyarakat?” tanyanya.

Ari Fahrial Syam selaku Dekan FK UI juga menyatakan bahwa ia beserta rekan-rekannya di bidang kedokteran tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan kebijakan terkait, bahkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR yang secara khusus menangani isu-isu di bidang kesehatan. Menurutnya, pengambilan keputusan yang bersifat sepihak dan diskusi yang berjalan secara monolog justru berisiko merusak ekosistem dunia medis yang selama ini telah terbangun secara bertahap dan kolaboratif.

Lebih lanjut, Ari menjelaskan bahwa dalam sistem pendidikan dokter spesialis terdapat tiga komponen utama yang terlibat, yaitu institut pendidikan (seperti FK UI), pemerintah (melalui rumah sakit atau universitas), dan kolegium. Kolegium ini merupakan kumpulan para pakar yang terdiri dari ketua-ketua program studi dan bertanggung jawab atas perumusan standar kurikulum pendidikan dokter spesialis.

Siti Setiati, salah satu guru besar FK UI, menjelaskan peran kolegium melalui analogi proses memasak. “Kolegium itu yang membuat resep, kemudian kokinya adalah institusi pendidikan, dan wahananya yaitu rumah sakit pendidikan,” tuturnya.

Menurutnya, kolegium berperan penting dalam menyusun standar pendidikan dan kompetensi dokter, mengatur kurikulum, menjaga mutu lulusan, serta menjalakan sistem sertifikasi profesi.

“Kolegium itu kemudian dimakzulkan, tidak punya peran apapun. Kemandirian itu yang kami takutkan. Kemandirian dalam pendidikan, menjaga mutu dan standar pendidikan itu menjadi terganggu dengan situasi yang ada sekarang,” ujar Siti.

Kekhawatiran ini muncul sejak diterbitkannya surat keputusan Menteri Kesehatan yang baru, yang secara signifikan mengubah struktur tersebut. Dalam keputusan itu, kolegium kini ditempatkan di bawah Kementerian Kesehatan, menghilangkan independensinya dalam menetapkan standar pendidikan.

Sejalan dengan kekhawatiran itu, Dewan Guru Besar FK UI mendesak pemerintah untuk menjaga independensi serta memperkuat sinergi antar institusi, lembaga, dan kementerian.

Mereka menuntut agar regulasi yang mengatur profesi dan sektor kesehatan disusun berdasarkan kajian para ahli di bidangnya, bukan melalui proses yang memperumit birokrasi dan menghambat komunikasi antarpemangku kepentingan. Alih-alih memperkaya ekosistem medis, kebijakan yang tidak inklusif justru dapat menurunkan mutu pendidikan kedokteran yang pada gilirannya berdampak langsung pada kualitas pelayanan kesehatan.

Sebelum mengakhiri konferensi, Budi Wiweko yang tergabung dalam DGB FK UI menyampaikan harapannya agar DGB UI dapat melakukan dialog dengan Presiden Presiden Prabowo untuk membahas terkait perbaikan sistem.

“Kita berharap ini adalah continuous improvement sehingga akses, pelayanan, kualitas pelayanan semakin baik, [juga] keselamatan pasien [dan] kesejahteraan pasien. Saya kira itu target kita ya, karena kita negara yang besar dan kesehatan itu hal yang penting,” pungkasnya.

Teks: Grace Terenesya, Jeromi Mikhael Asido

Editor: Dela Srilestari

Foto: Jeromi Mikhael Asido

Desain: Nabilah Sipi Naifah

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!