Rangkaian eksplorasi para pasangan calon (paslon) Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) 2025 masih berjalan. Setelah bereksplorasi di Rumpun Sosial dan Humaniora (Soshum) pada hari pertama (3/12), eksplorasi berlanjut ke Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) dan Program Vokasi.
Dengan bertempat di Ruang Sidang Lantai 1 Fakultas Farmasi (FF) UI, Eksplorasi RIK-Vokasi pada Rabu (4/12) ini menghadirkan ketiga paslon secara lengkap. Ketiga paslon itu adalah Rendy-Azzam selaku paslon nomor urut 1, Atan-Farrel selaku paslon nomor urut 2, dan Agus-Bintang selaku paslon nomor urut 03.
Mencalonkan Diri, Arahan dari Siapa?
Tidak jauh berbeda dengan agenda Eksplorasi Rumpun Soshum, Eksplorasi Rumpun RIK-Vokasi ini juga mengadakan sesi tanya jawab antara para paslon dan audiens yang hadir. Setelah sesi flooring berakhir, seorang mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UI bernama Alexander melontarkan pertanyaan.
“Apakah semua calon di sini maju atas kemauannya sendiri atau berdasarkan arahan dari orang tertentu?” tanya Alex yang menghebohkan suasana ruangan.
Menanggapi pertanyaan Alex, para paslon memberikan jawaban yang cukup beragam. Atan-Farrel menyatakan bahwa mereka maju atas kesadaran pribadi terhadap keresahan-keresahan yang terjadi. Di sisi lain, Rendy-Azzam dan Agus-Bintang mencalonkan diri karena pengalamannya selama tiga tahun di UI.
“Apabila ditanya, ‘saya maju atas arahan atau bukan?’, ya, saya maju atas arahan. [Akan] tetapi, atas arahan diri saya sendiri, atas keresahan saya. Farrel pun begitu,” jawab Atan yang sekaligus mewakili jawaban Farrel.
“Saya maju karena tiga hal. Pertama, saya niatkan maju karena lembaganya, bukan semata-mata untuk diri saya pribadi. Kedua, saya maju dalam niat mengembalikan marwah BEM UI. Ketiga, saya maju dengan niat sebagai bentuk giving-back saya kepada BEM UI.
“Mengapa disebut ‘giving-back’? Selama tiga tahun, saya dan Azzam belajar di BEM UI, dari kader, sospol, staf, BPH, sampai kami tahun 2024 berproses dengan jalannya masing-masing. Saya perlu kembali pulang ke BEM UI sebagai bentuk giving-back kami kepada BEM UI,” jawab Rendy.
“Apakah maju karena arahan tertentu? Iya, karena arahan hati nurani. [Selama] Tiga tahun menjalani kegiatan di UI, [saya] berfokus pada kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat. Setiap akhir kegiatan tersebut, ada ucapan dan titipan hak-hak masyarakat. Itu yang kami coba suarakan karena saya percaya bahwa UI tidak jauh dari masyarakat,” jelas Agus.
Permasalahan Jalur Ekstensi Vokasi dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Eksplorasi RIK dan Program Vokasi tentu tidak afdal jika tidak ada pembahasan mengenai permasalahan seputar kesehatan dan program Vokasi itu sendiri. Penerapan kawasan tanpa rokok (KTR) dan permasalahan Jalur Ekstensi Vokasi pun menjadi fokus dari pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan RIK dan Vokasi.
Terkait dengan masalah Jalur Ekstensi Vokasi, paslon nomor urut 2 menawarkan jalan keluar melalui upaya koordinasi antara BEM UI dengan para pihak terkait, dari tingkat fakultas hingga tingkat universitas.
“Kami akan membantu teman-teman fakultas, membersamai teman-teman fakultas juga. Pada akhirnya, [kami] mengadvokasikan dan mencoba membangun hubungan dengan stakeholder tingkat UI terkait dengan isu ekstensi ini,” ucap Farrel.
Di sisi lain, paslon nomor urut 3 akan menangani isu ini melalui program kerja Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM UI, yaitu Sekolah Informal Advokasi (SIAK).
“SIAK itu adalah program kerja dengan tujuan mengasah skill advokasi dari teman-teman BEM Fakultas untuk bisa membikin masalah-masalah yang ada di IKM UI, khususnya isu ekstensi ini,” jelas Bintang.
Menanggapi keresahan mengenai kawasan tanpa rokok, Atan-Farrel dan Agus-Bintang sama-sama berencana untuk menyelesaikannya dari internal BEM UI. Tidak hanya akan menyosialisasikan peraturan terkait, Atan-Farrel juga akan menanamkan logika kepada fungsionaris BEM UI bahwa larangan merokok adalah upaya untuk memberikan hak seseorang bebas dari asap rokok.
Berkaitan dengan Peraturan Merokok di Lingkungan UI, Rendy mengakui bahwa realisasi Surat Keputusan (SK) Rektor UI nomor 1805/SK/R/UI/2011 tentang KTR di UI masih kurang di berbagai fakultas. Menurut Rendy, hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi dan konsistensi terkait SK tersebut.
“Ini menjadi concern kami juga supaya benar-benar SK ini berjalan lebih baik dalam [penyelesaian] Permasalahan 10 PR UI,” lanjutnya.
Senioritas dan Pembersamaan terhadap Mahasiswa Non-Jabodetabek
Terlepas dari permasalahan seputar kesehatan dan program Vokasi, audiens juga menyorot masalah yang sedang hangat di kalangan mahasiswa UI, yaitu senioritas. Salah satu mahasiswa yang mengangkat isu itu adalah Sultan dari Vokasi UI.
Terkait dengan isu senioritas, ketiga paslon memiliki keberagaman pandangan. Meskipun begitu, mereka semua sepakat bahwa senioritas seharusnya dijalankan secara bijaksana untuk memajukan kampus dan membangun karakter yang baik di kalangan mahasiswa.
Fatih dari FH juga turut buka suara. Dia menyinggung program kerja para paslon yang belum menyentuh Paguyuban di UI.
“Dari ketiga calon tersebut, dalam prokernya, tidak ada sama sekali yang menyinggung Paguyuban. Apakah calon Kabem dan Wakabem berkomitmen untuk melanjutkan atau membuat program baru [untuk Paguyuban]?”
Menanggapi hal tersebut, Rendy-Azzam mengakui bahwa mereka memiliki keresahan terkait minimnya keterlibatan mahasiswa daerah di BEM UI. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk melakukan riset terhadap Paguyuban dan menciptakan program baru berdasarkan hasil riset tersebut.
“Kami akan melakukan riset [terhadap] masing-masing paguyuban. Itu menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Rendy-Azzam,“ janji Rendy.
Sementara itu, Atan-Farrel berkomitmen untuk menampung aspirasi dan membuka ruang kolaborasi yang lebih luas bagi Paguyuban di UI.
“Terkait paguyuban, tentunya kami akan terus berkoordinasi dengan mahasiswa- mahasiswa yang berasal dari daerah. … Komitmen kami kepada anak anak daerah bahwa mereka dapat berkontribusi untuk melakukan decision making dalam BEM UI,” ujar Atan dan Farrel.
Berbeda dengan kedua paslon lainnya, Agus-Bintang menanggapi pertanyaan Fatih dengan memperkenalkan program inovasi miliknya, yaitu UI Volunteer Club. Melalui program itu, mereka akan berkolaborasi dengan Paguyuban di UI.
Lagi, Tanggapan Ketiga Paslon Dinilai Sebatas Normatif
Tidak membuahkan hasil yang berbeda dari eksplorasi sebelumnya, lagi-lagi sejumlah mahasiswa menilai gagasan dan tanggapan dari ketiga paslon Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2025 kurang memuaskan dan hanyalah bersifat normatif.
“Sempat ada [jawaban] yang oot (out of the topic) gitu dan beberapa ada yang menurutku kurang mengesankan, ya, cuma selebihnya udah cukup normatif dan cukup optimis,” kesan Aulyne dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK).
Alexander yang menjadi salah satu penanya juga menyoroti adanya beberapa pertanyaan yang belum terjawab secara konkret. Meskipun begitu, Alex berharap para paslon dapat menyerap dan mempertimbangkan dengan serius berbagai pertanyaan dari IKM UI yang hadir pada eksplorasi hari kedua ini.
Teks: Anita Theresia dan Widdy Fatimah
Editor: Jesica Dominiq M.
Foto: Widdy Fatimah
Desain: Nabilah Sipi Naifah
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!