Eksplorasi Rumpun Soshum: Dari Isu Kesehatan Mental hingga Ikrar Kekerasan Seksual

Redaksi Suara Mahasiswa · 11 Desember 2023
12 menit

Usai melakukan eksplorasi di rumpun Saintek pada Senin lalu, Rabu (06/12) ketiga pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2024 berpindah titik penjajakan ke rumpun Soshum yang berlokasi di Gedung X Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Berdasarkan jadwal yang tertera pada unggahan akun Instagram @pemiraikmui, eksplorasi tersebut akan dimulai pada pukul 15.00 WIB. Namun, tak dapat dipungkiri, hujan yang turun saat itu menghambat para peserta eksplorasi untuk hadir tepat waktu. Maka dari itu, eksplorasi baru saja dimulai pada pukul 17.08 WIB.  

Sama seperti eksplorasi lalu, masing-masing pasangan calon berupaya menunjukkan keunggulan dari rancangan kerja mereka secara bergantian. Kegiatan ini mulanya diawali dengan pemaparan Grand Design dari masing-masing pasangan calon yang berisi perkenalan, visi misi, serta gagasan dan isu yang akan dibawa pada kepengurusan BEM UI 2024.

Memasuki sesi tanya-jawab, peserta Pemira hanya diberi waktu 30 detik untuk memikirkan jawaban yang akan dikemukakan.

Pada term 1, pertanyaan dibuka oleh Ibra, Prodi Arkeologi FIB UI 2021. Ibra melontarkan beberapa pertanyaan yang juga ia akui sebagai pertanyaan titipan dari teman-temannya. Ibra merasa bahwa dalam waktu satu tahun, 17 pilar Sustainable Development Goals (SDGs) mustahil untuk diraup semua. Ia kemudian mempertanyakan apa saja yang akan para pasangan calon bawa dalam mengimplementasikan SDGs pada program kerja kepengurusan BEM UI 2024 nanti.

Pada pertanyaan tersebut, pemandu kegiatan mempersilakan Pasangan Calon (paslon) nomor urut 1 untuk menyampaikan gagasannya terlebih dahulu. Naufal Ammar Motota, selaku Calon Wakil Ketua BEM UI 2024 menuturkan bahwa terdapat delapan pilar yang akan dibawa dalam program kerja mereka, di antaranya yaitu energi, kesetaraan gender, pendidikan berkualitas, dan pemberdayaan komunitas. Ia menambahkan bahwa pendidikan berkualitas dapat diimplementasikan melalui program pengabdian masyarakat, salah satunya, yaitu Gerakan UI Mengajar (GUIM).

Lain halnya dengan Paslon nomor urut 1, Taffi Hensan Kurniawan yang merupakan Calon Ketua BEM UI 2024 dengan nomor urut 2 menuturkan bahwa mereka berencana untuk membawa tiga pilar SDGs, yaitu pilar ketiga, keempat, dan ketiga belas mengenai kesehatan, pendidikan, dan lingkungan (iklim). Dalam isu kesehatan, paslon nomor urut 2 akan berfokus kepada isu kesehatan di lingkungan sekitar Universitas Indonesia, seperti Kukusan Kelurahan (Kukel), Kukusan Teknik (Kutek), dan Margonda. Mengenai isu yang kedua, yaitu pendidikan melalui gerakan pengabdian masyarakat berupa GUIM dan juga Rumah Belajar (Rumbel) yang rutin berkegiatan di Pusgiwa sebagai penunjang perwujudan SDGs. terakhir, mengenai isu iklim, Paslon Taffi–Anissa memiliki dua aksi nyata terhadap lingkungan, yaitu program kerja Jakarta Sadar Sampah (JSS) dan UI Youth Environmental Action (UIYEA).

Tak jauh berbeda dengan paslon nomor urut 2, Verrel Uziel, Calon Ketua BEM UI 2024 sebagai paslon nomor urut 3 menuturkan dua pilar yang sama, yaitu 4, 13, dan yang membedakan hanya pada pilar 16 mengenai perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh. mengenai pilar ke-16 ini, Verrel menuturkan bahwa IKM UI perlu mengawal kelembagaan melalui pergerakan sosial dan politik yang nanti akan dibersamai oleh kajian-kajian dan jika akhirnya mengharuskan turun ke jalan, maka ia menyatakan akan menyuarakan.

Meniti Masa Depan Isu Kekerasan Seksual di UI

Perkara kekerasan seksual dapat terjadi di mana pun, tak terkecuali di lingkungan kampus. Siapa pun memiliki potensi untuk melakukan tindak kekerasan seksual bahkan Paslon sekali pun. Barangkali itu yang mendorong Olivia Magdalena Apriani, mahasiswa FH 2020, untuk menuntut pernyataan sekaligus ikrar terkait kekerasan seksual kepada ketiga Paslon, yang salah satu di antaranya pasti akan memimpin BEM UI di tahun mendatang.

“Yang pertama, gue mau minta tolong nanti sebelum teman-teman menjawab, bisa menyatakan dulu kalau teman-teman tidak pernah melakukan tindakan kekerasan seksual maupun menyatakan komitmen teman-teman semua kalau teman-teman tidak akan melakukan tindakan kekerasan seksual,” tukas Olivia.

Lepas pernyataan itu dilakukan, Olivia meminta ketiga Paslon untuk memberikan evaluasi terkait penanganan kekerasan seksual di lingkungan UI. Hasilnya, semua Paslon merefleksikan keraguan terhadap eksistensi payung hukum kekerasan seksual, yang dirasa tak menjamin kejelasan dan kelancaran pengimplementasiannya. Lantas, para Paslon harus merajut langkah ke depan agar pengejawantahan kebijakan terkait kekerasan seksual nyata hadir di tengah mahasiswa UI.

Bagaikan simbol representasi mahasiswa yang haus akan kejelasan rancangan masa depan pemimpinnya, Olivia hadir memantik diskusi isu kekerasan seksual di lingkup universitas. Dalam eksplorasi rumpun soshum Rabu lalu, Olivia mendorong ketiga Paslon untuk menggaungkan rencana strategisnya mengenai aliansi kekerasan seksual, baik di Sospolnet maupun Adkesmaling.

Pada sesi tanya jawab ini, hanya dua Paslon yang menjawab pertanyaan Olivia secara utuh, yaitu Paslon nomor urut 2 dan 3.

Paslon nomor urut 2 menawarkan pemecahan fokus terhadap Sospolnet dan Adkesmaling. “Nah sebenarnya ke depannya itu seperti apa, kita pasti pengen kalaupun misal memang punya satu concern yang sama, kita pendekatannya tadi yang beda. Mungkin juga sudah gue dan Taffi sebutkan bahwasanya yang satu mungkin pendekatannya secara personal dan yang satu di ranah kebijakan. Nah, kalau memang dua pintunya berbeda pasti perlu pemantauan gitu … kita juga akan terang gitu, kaya kita satu dari salah satu koorbid kemahasiswaan, satu untuk adkesmaling, dan satu juga di sospolnet. Yang harapannya nanti event itu akan istilahnya dapet dua cabang manfaatnya akan lebih besar tetapi tetap koordinasinya juga jalan gitu,” tutur Anissa.

Selaras dengan itu, Pasangan Verrel-Iqbal juga memaparkan rencana yang serupa. Verrel selaku Calon Ketua BEM UI nomor urut 3 menjelaskan bahwa adkesmaling dapat difokuskan ke arah pendekatan dan komunikasi dengan cara adkesmanya. Adapun Sospolnet lebih berfokus pada pergerakan sosial politik untuk memberi penekanan terhadap kemapanan aturan-aturan hukum yang menjadi dasar penegakkan kasus kekerasan seksual.

Kendati demikian, semua Paslon memiliki concern dan rancangan umum yang patut disorot oleh IKM UI. Misalnya, berangkat dari tidak meratanya sumbangsih nyata semua fakultas di UI terhadap penyelesaian kekerasan seksual, rencana pasangan Verrel-Iqbal terkait gerakan kolektif lahir. Paslon nomor urut 3 itu mengungkap bahwasanya gerakan kolektif berupa UI Gerak Bersama memang telah hadir. Akan tetapi, ketidakserupaan effort menjadi masalah utama sehingga effort harus disamaratakan ke depannya.

“Bagaimana? tentunya kita akan melakukan sesuatu bangunan komunikasi, jaringan komunikasi dua arah secara intensif ke setiap fakultas yang ada. Mulai dari pencerdasan, hingga akhirnya nanti diskusi publik sebagai bagian dari pencerdasan tersebut, ataupun upaya advokasi secara vertikal maupun horizontal,” jelas Verrel.

Selanjutnya, Ammar mengemukakan rencana yang tak jauh berbeda dengan rencana pasangan Verrel-Iqbal. Calon Ketua BEM UI nomor urut 1 itu menerangkan bahwa bentuk instrumental pencerdasan sekaligus pemutusan rantai kekerasan seksual seperti UI Gerak Bersama ialah hal konkret yang harus dilakukan dan dioptimalkan di tahun mendatang. “Karena itu sangat membantu apalagi dalam mencerdaskan masyarakat-masyarakat UI, IKM-IKM UI, ataupun civitas akademikanya tentang apa itu KS, bentuknya apa saja, dan apa saja yang tidak boleh dinormalisasikan,” tambah Ammar.

Sementara itu, pasangan Taffi-Anissa mengemukakan rencana mereka dengan landasan ilmu kesehatan masyarakat, yang digeluti oleh Anissa selaku mahasiswa FKM. Anissa menerangkan bahwa menurut ilmu kesehatan masyarakat terdapat tiga hal yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan, yaitu edukasi, diskusi publik, dan pemberdayaan.

“Yang pertama edukasi, edukasi ini bisa kita lakukan dengan melakukan pencerdasan-pencerdasan. Lalu yang kedua, kita bisa melakukan diskusi publik, membuka ruang-ruang diskusi publik buat temen-temen mahasiswa supaya balik lagi ke pencerdasan itu, nggak cuma sebatas kita tahu, tetapi kita juga mengerti. Yang ketiga, pemberdayaan, nah proker-proker pemberdayaan mungkin temen-temen BEM FH itu punya 16 HAKTP, menurut gue dan Taffi itu adalah salah satu proker yang bisa memberdayakan gitu akan kesadaran terkait kekerasan seksual,” terang Anissa.

Kesehatan Mental: Urgensi dan Strategi

Eksistensi persoalan kesehatan mental rasanya amat lekat dan dekat di lingkup dunia kampus.

Maka, pembukaan isu kesehatann mental oleh Kirana Farraas Khairunnisa, mahasiswa Fakultas Psikologi, cukup mendapat atensi yang baik dalam eksplorasi Rabu lalu. Isu ini dibuka oleh Kirana dengan pertanyaannya terkait pandangan ketiga Paslon terhadap isu kesehatan mental di UI.

Pandangan pertama diungkapkan oleh Taffi selaku Calon Ketua BEM UI nomor urut 2. Taffi mengungkap penanganan atau pencegahan kesehatan mental di UI dapat dikatakan belum terlalu baik. Pernyataan itu dilandasi oleh jarak yang jauh antara pendaftaran dengan penanganan konseling di Klinik Makara, belum adanya payung hukum, dan Badan Kesehatan Mental (BKM) yang belum aktif bahkan tidak ada di beberapa fakultas.

Paslon nomor urut 1 menyoroti minimnya kesadaran terkait kesehatan mental di beberapa fakultas. Ia menjadikan FMIPA sebagai contoh, di fakultas itu fasilitas konseling telah ada tetapi mahasiswa enggan memanfaatkannya. “Ada yang concern dan ada yang less concern akan hal itu. Dan itu sebenarnya yang paling PR-nya, untuk lebih menaikkan awareness tentang kesehatan mental,” ungkap Ammar.

Adapun Paslon nomor urut 3 melihat bahwa isu kesehatan mental sangat penting karena mental yang sehat adalah awal yang paling fundamental untuk akhirnya berbicara hal lain.

Selanjutnya, sesi tanya jawab diwarnai oleh concern mahasiswa lain terkait isu kesehatan mental. Aina, Ketua BEM Fakultas Psikologi 2023, yang turut hadir di eksplorasi rumpun soshum mempertanyakan tingkat urgensi kehadiran isu kesehatan mental bagi ketiga Paslon.

Dari skala 1 sampai 6, seluruh Paslon kompak menyatakan bahwa urgensi isu kesehatan mental ada di angka 6. Penetapan skala ini tentu tak lepas dari tingkat stres mahasiswa. Secara spesifik, pasangan Ammar-Fatur menjelaskan bahwa urgensi kesehatan mental ada di skala 6 karena pelonjakan tingkat stres mahasiswa pasca pandemi, “Kalau misalkan kita lihat pasca pandemi, setelah pembelajaran tatap muka 100%, tingkat stress mahasiswa itu naik 50% … dan itu sangat berdampak untuk kesehatan mental masing-masing mahasiswa karena tekanan akademiknya banyak, dan itu didasarkan di mungkin diri sendiri dan teman-teman sendiri rasain lah tekanan akademis gimana.”

Urgensi yang tinggi harus diikuti oleh langkah yang strategis pula. Maka, untuk menindaklanjuti pembahasan ini, Aina dan Kirana pun telah menanyakan upaya apa yang akan dilakukan oleh tiga Paslon terkait isu kesehatan mental.

Demi terwujudnya penanganan kesehatan mental yang lebih baik maka Paslon 2 merencanakan perwujudan payung hukum kesehatan mental. Pada eksplorasi Rabu lalu, terlihat bahwa Taffi-Anissa sangat menyadari betapa pentingnya kehadiran payung hukum. Menurut Anissa, payung hukum menjadi landasan yang fundamental. Taffi menambahkan bahwasanya BEM UI 2024 yang lingkup hukumnya bukan lagi per fakultas, tetapi se universitas, ialah lembaga yang tepat untuk mendorong perwujudan pembentukan payung hukum kesehatan mental di UI.

Upaya yang ditawarkan Paslon nomor urut 1 dalam membawa isu kesehatan mental BEM UI 2024 ialah penerapan mekanisme kesehatan mental MIPA ke lingkup yang lebih besar, yaitu UI. Menurut Ammar, strategi ini agaknya menjadi kelebihan mereka dibandingkan Paslon lain. Sebab, ketika pasangan lain masih menginstrumenkan, di FMIPA sendiri sudah hadir BKM, silabus kesehatan mental, dan teknisi ataupun pekerja profesional kesehatan mental.  Selain itu, wakilnya mengatakan akan mengoptimalkan basis pelayanan advokasi yang responsif. “Ini bisa dibawa ke dalam advokasi yang di kita lakukan apabila kita terpilih di awal tahun nantinya. Bagaimana SK pengeluaran, SK tentang prioritas perihal masalah kesehatan mental, dan bagaimana langkah-langkahnya, seperti itu,” ujar Fatur.

Serupa dengan dua Paslon lain, Paslon nomor urut 3 pun mengatakan bahwa belum adanya peraturan isu kesehatan mental yang jelas ialah satu hal yang harus diperjuangkan. Selain itu, ada dua upaya lagi yang ditawarkan oleh pasangan Verrel-Iqbal, yaitu penulisan kajian, propaganda, dan digencarkannya kerjasama dengan pihak eksternal. Verrel mengatakan bahwa penulisan kajian yang didasari data penting untuk dilakukan agar ke depannya terdapat landasan yang akan disuarakan. Selanjutnya, diperkuat dengan propaganda pencerdasan ke tingkat UI bahkan dapat pula ke skala nasional. Dan terakhir, membuka kolaborasi dengan pihak eksternal, seperti Teduh.  

"Menurut saya itu juga bisa menjadi salah satu kerjasama yang mutualisme antara dua pihak, pihak Teduh membutuhkan Customer, kita juga membutuhkan pihak yang profesional dalam hal penanganan kasus kesehatan mental. Setidaknya itu sih pandangan kami dan upaya yang akan kami lakukan untuk menangani isu kesehatan mental,” jelas Verrel.

Apapun Janji Manis Kalian, Cuma Satu Pertanyaan. Apakah Sanggup Membuka Pintu Kutek Selama 24 Jam?

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Ibra mengenai concern mahasiswa terkait pintu Kukusan Teknik (Kutek.) Ia beranggapan bahwa tak adil rasanya apabila mahasiswa yang tinggal di Kutek pulang malam lepas berkegiatan dari proker BEM, tetapi mereka harus pulang melewati Srengseng akibat terbatasnya jam pintu Kutek. Ia menyatakan bahwa selain boros bensin, mereka juga boros dalam hal waktu, sebab saat itu bisa saja mereka tidur dan beristirahat untuk mempersiapkan diri di perkuliahan esok hari, tetapi sayangnya, waktu itu terbuang hanya untuk memutar jalan.

Menjawab pertanyaan itu, ketiga pasangan calon menyuarakan hal yang sama. Mereka menyatakan bahwa sebenarnya bukan tanpa alasan pintu Kutek tidak dibuka untuk mahasiswa selama 24 jam. Hal itu dilakukan sebab banyak faktor, salah satunya mencegah tindakan kriminal yang kemungkinan besar terjadi di waktu malam hingga pagi hari. Hal itulah yang menjadi concern UI, yaitu mengenai keselamatan. Taffi mengungkap bahwa setelah jam 00.00 WIB, Petugas Lingkungan Kampus yang berjaga akan berkurang setengah, sebagian sudah tidak berkeliling dan akan berjaga di posnya masing-masing. Untuk mengatasinya, ketiga paslon pun menyatakan bahwa nantinya mereka akan mengusahakan dengan mengadvokasikan hal tersebut.

“Kita mencoba untuk mencari goalsnya, bukan akhirnya 24 jam, bukan akhirnya satpam yang menang, tapi kita mencoba untuk mencari titik tengahnya. Kita coba adil, kita coba setiap hal-hal itu bisa merata, setiap hal itu adil untuk satpam, untuk teman-teman mahasiswa, pun kalau misalnya pintu Kutek bisa dibuka lebih dari jam 12, bukan akhirnya teman-teman berkegiatan tanpa makna, tapi ada hal juga yang perlu kita perhatikan, yaitu terkait dengan keselamatan keamanan teman-teman dan mungkin salah satu bentuk antisipasinya adalah menutup pintu Kutek dan kalau ternyata memang urgen, silakan menunjukkan identitas hingga akhirnya nanti akan diberi izin untuk keluar melalui pintu Kutek tersebut,” tutur Iqbal, Calon Wakil Ketua BEM UI 2024 yang merupakan pason nomor urut 3.

Parkiran Mobil yang Mengular Sepanjang Jalan FTl–FEB

Sesi pertanyaan kedua diisi oleh pertanyaan Mabel. Ia mengeluhkan adanya mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalan antara FT–FEB. Menurutnya, hal itu cukup mengganggu pengguna jalan lainnya. Ia kemudian mempertanyakan bagaimana pandangan para pasangan calon terhadap permasalahan itu dan bagaimana problem solving yang ditawarkan oleh mereka.

Menjawab pertanyaan tersebut, Verrel dan Iqbal selaku paslon nomor urut tiga beranggapan bahwa secara pribadi, mereka sama-sama merasa terganggu dengan permasalahan tersebut. Iqbal menuturkan bahwa ada hak-hak teman mahasiswa yang tidak dipenuhi secara maksimal yang berakibat pada perlambatan mobilitas. Menurutnya, efek domino dari kasus ini tampak nyata, mulai dari kemacetan yang mengakibatkan keterlambatan hingga akhirnya mahasiswa tidak mendapatkan ilmu secara utuh dan baik.

Verrel beranggapan bahwa solusi masalah parkir adalah dengan meningkatkan kesadaran untuk memaksimalkan transportasi umum yang ada di lingkungan UI. Namun, di sisi lain, dirinya sedikit pesimis akan hal tersebut. Menurutnya, kita tak dapat memaksa mahasiswa untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. oleh karena itu, ia menambahi bahwa perlu adanya upaya untuk mengadvokasikan perihal penambahan lahan parkir.

“Emang harus ada lahan. Kita tahu, UI masih banyak lahan. Kita tahu, membangun lahan parkir juga tidak murah, tetapi layak untuk kita advokasikan. Pembangunan lahan parkir pun saya lebih memilih dibangun secara vertikal, ke atas gitu karena saya kira dengan lahan yang minim, nantinya akan bisa menampung lebih banyak kendaraan,” tuturnya.

Berbeda dengan hal tersebut, Taffi mengungkap bahwa pandangannya bertolak belakang dengan paslon nomor 3. Ia menyebut bahwa penambahan lahan parkir bukanlah suatu solusi karena bertentangan dengan apa yang mereka perjuangkan, yaitu terkait pengurangan emisi.

“Dan untuk solusinya, pengoptimalan kendaraan umum memang tepat,” ungkapnya.

Solusi lain yang ia tawarkan adalah dengan pendorongan kebijakan. ia bercerita bahwa tahun 2005 ke bawah, mahasiswa baru dilarang menggunakan kendaraan pribadi.

“Jadi, mulai dari OKK tahun segitu, enggak ada tuh namanya UI penuh gara-gara kendaraan pribadi karena adanya larangan itu. Bukan berarti mau mendiskriminasi mahasiswa baru, tetapi budaya untuk menggunakan transportasi umum memang sebaiknya sudah kita implementasikan ke teman-teman mahasiswa baru. Dengan adanya dua solusi itu, rencananya akan kita kawal lewat kebijakan serta pendorongan untuk penggunaan transportasi umum,” tambahnya.

Nissa pun juga memberikan tanggapan yang selaras dengan Taffi. ia juga menambahkan bahwa proses optimalisasi penggunaan kendaraan umum diperlukan penanaman kesadaran yang dilakukan secara konsisten.

“Istilahnya adalah proses penanaman kesadaran diri. Kalau misalnya dalam Kesehatan Masyarakat itu namanya proses promosi yang salah satunya adalah lewat pendidikan. Nah, hal itulah yang bisa kita optimalkan karena membangun kesadaran diri itu memang enggak butuh cuman sehari, dua hari, tiga hari, tetapi secara berkelanjutan,” ujarnya.

Beralih pada paslon nomor urut 1, Ammar menuturkan bahwa ia juga kontra dengan gagasan paslon nomor urut 3 mengenai penambahan lahan parkir.

“Tapi penambahan parkir itu sejatinya berkontradiksi dengan kelestarian lingkungan, dimana penambahan parkir berarti berimplikasi pada pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan pada volume emisi CO2 yang nantinya malah memperparah keadaan iklim dan keadaan lingkungan,” tukas Ammar.

Paslon Ammar-Fatur sepakat bahwa gagasan solusi yang mereka tawarkan adalah dengan pendorongan transportasi publik yang setidaknya dilakukan dalam satu bulan sekali untuk meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi, khususnya mobil.

Tindak Diskriminatif terhadap LGBT dan Self Determination Papua Barat

Mahasiswa Fakultas Hukum, Olivia Magdalena Apriani, memantik sesi tanya jawab dengan persoalan yang cukup besar di Indonesia. Ia mempertanyakan pendapat ketiga Paslon terkait tindakan diskriminatif terhadap LGBT dan hak Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri. Menurut Olivia, arah pandangan tiap Paslon terhadap isu-isu tersebut ialah hal yang penting, “Kenapa sih gue tanya soal isu-isu tadi? karena jujur menurut gue kita semua di sini mahasiswa UI perlu tahu bagaimana nantinya kalian ngebawa gerakan sosial politik kalian yang akan mempengaruhi stand mahasiswa UI juga.”

Secara garis besar, semua paslon menolak tindak diskriminatif terhadap kelompok LGBT. Landasan penolakan Paslon nomor urut 1 dan 3 ialah Hak Asasi Manusia (HAM). Baik Ammar-Fatur maupun Verrel-Iqbal berpikir bahwa tiap manusia, tak terkecuali teman-teman LGBT, memiliki hak atas dirinya sendiri. Paslon Nomor urut 3 pun sangat menolak tindak diskriminatif terhadap teman-teman LGBT. Sebab, menurut Taffi-Anissa pengambilan hak yang dimiliki seseorang akibat pilihannya merupakan tindakan yang melanggar moral.

Terkait persoalan self determination Papua Barat, Taffi selaku Calon Ketua BEM UI nomor urut 2 mengungkap bahwa pembahasan ini agak tricky. Sebab, sepengetahuan Taffi, terdapat tiga syarat self determination dalam hukum internasional, tetapi tak ada satu pun yang dipenuhi oleh Papua Barat.

“Yang pertama merupakan wilayah jajahan, yang kedua merupakan wilayah perwalian, dan yang ketiga itu wilayah yang pernah berpemerintahan sendiri. dan menurut gue tiga-tiganya Papua masih belum masuk ke dalam 3 syarat itu. Walaupun seperti itu, gue di sini tidak pernah sekalipun mendukung agresi-agresi maupun tindakan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua sekarang,” tegas Taffi.

Sejalan dengan itu, Iqbal, Calon Wakil Ketua BEM UI nomor urut 3 mengatakan bahwa untuk bebas dan berdiri sebagai suatu negara, Papua Barat tidak memenuhi aspek-aspek yang ada. Namun, menurut pandangan Iqbal, pelanggaran berat yang lahir dari persoalan ini tidak boleh dinormalisasikan. Sebab, masyarakat sipil dapat terdampak.

Paslon nomor urut 1 pun vokal terhadap isu ini. Menurut Ammar, self determination Papua barat ialah hak mereka sendiri dan agresi militer tidak boleh dilakukan. Namun, pada kenyataannya pengambilan tanah kerap dilakukan secara sembarangan, padahal ada payung hukum yang mengatur, “Secara implementasinya itu selalu dilakukan dengan sewenang-wenangan padahal ada hukum agraria tahun 1960 yang mengatur kalau misalnya tiap negara itu punya tanahnya masing-masing, tapi itu nggak bisa diimplementasikan dengan baik. Maka dari itu, perlu diadakannya RUU pertanahan.”

Secercah permasalahan yang menjadi concern IKM UI telah rampung dibahas bersama langkah-langkah strategis ketiga Paslon. Lantas, usai eksplorasi banyak harapan dan sejuta tanda tanya akan penerapan janji manis calon terpilih di tahun mendatang.

Secara tidak langsung, Olivia menaruh harapan terhadap keberlangsungan BEM UI 2024. “Kenapa gue tanya orang-orang di balik kalian? karena gue pengen nantinya ngejamin gerakan-gerakan kalian itu tidak terhambat gitu dalam memberi kebermanfaatan bagi UI dan Indonesia karena orang-orang di balik kalian,” jelas Olivia.

Kendati prosesi eksplorasi yang memakan waktu dan pikiran, Nathan, mahasiswa FIA 2022, mengungkapkan kepuasan dan harapannya usai eksplorasi berakhir. “Eksplorasi hari ini bagus audience-nya juga lumayan banyak, dan gua harap hari ini kita semua bisa menitipkan harapannya untuk calon-calon yang akan memimpin UI kedepannya, dan gua harap hari ini akan menjadi landasan kita untuk memilih siapa yang terbaik untuk UI,” ucap Nathan.