Fenomena GameStop: Saat Harga Menjadi Tidak Rasional, Market Jadi Ajang Spekulasi?

Redaksi Suara Mahasiswa · 6 Maret 2021
5 menit

Berawal dari pernyataan seorang pengajar finansial di perusahaan asuransi MassMutual, yaitu Keith Gill, pada pertengahan 2019 melalui forum Wallstreetbets, terdapat sebuah saham yang memiliki potensi bagus dan prospektif untuk ke depannya. Hal ini dibuktikan dengan aksinya menempatkan $53,000 pada saham GameStop dengan harga pembelian $4,61. Selama tahun 2020, saham GameStop bergulir di harga rata-rata $20. Artinya, Keith Gill telah memegang potensi keuntungan hingga 400%, tetapi masih menjadi pertanyaan bagi para anggota forum Wallstreetbets terhadap strategi yang diambil oleh Keith Gill dengan tidak menjual sahamnya di waktu tersebut. Pada 8 Desember 2020, perusahaan GameStop membukukan rugi hingga $63 juta, yang pada keesokan harinya harga saham GameStop turun 20% ke posisi $13,66.

Akibat dari performa indeks yang kurang baik, penunjukan tiga Direksi baru, salah satunya Alan Attal  yang merupakan mantan petinggi e-commerce Chewy di awal tahun 2021, dijadikan sebagai langkah penyelamatan perusahaan GameStop. Dua hari setelah itu, harga saham GameStop naik hingga lebih dari 50%, ditutup dengan harga $31,40. Kenaikan ini memunculkan banyak asumsi dari para anggota forum Wallstreetbets dan mulai melirik kembali postingan Keith Gill, karena jika dilihat secara fundamental harga ini dinilai tidak rasional. Akhirnya, investor muda mulai menduga-duga adanya aksi hedge fund yang ingin menjatuhkan saham GameStop.

Citron Research adalah hedge fund yang dikenal di pasar finansial memiliki gaya investasi short selling pada saham-saham yang dianggap memiliki harga yang tidak sesuai dengan harga fundamentalnya (overvalue). Melihat fenomena ini, dia menyebutkan, “Pembeli saham GameStop suckers, harga akan turun hingga $20”. Ujaran tersebut menimbulkan reaksi panas dan menjadi perbincangan di Wallstreetbets, serra membenarkan dugaan bahwa adanya hedge fund yang ingin menghancurkan saham tersebut. Selain Citron Capital, terkuak juga hedge fund lain yang terlibat dalam para pembuat pasar melalui praktik short selling-nya, yaitu Melvin Capital. Oleh karena itu, beberapa pihak menyerukan investor retail secara crowd membeli saham GameStop dengan tujuan menaikan harga dan mematahkan strategi para hedge fund merauk keuntungan dari praktik short selling tersebut. Pada 22 januari lalu, harga saham naik 50% dan ditutup pada harga $65,01. Saat pasar tutup hingga pre-opening, harga semakin naik dan pada 25 Januari dibuka di harga $9,73.

Pada 26 Januari, keadaan kembali dihebohkan melalui cuitan Elon Musk di akun Twitter-nya, “Gamestonk!!”, dan juga mencantumkan alamat forum Wallstreetbets. Selain itu, ada seorang Ventur Kapitalis Chamat Palihapitiya yang menyatakan bahwa ia juga telah membeli saham GameStop—memicu kembali kenaikan harga sahamnya menjadi $354,83. Dapat dikatakan bahwa dalam satu bulan harga saham GameStop naik hingga 1000%. Akhirnya, pada 27 Januari, Citron Capital dan Melvin Capital menyatakan akan menutup posisi short mereka dan membukukan loss 100% dan 53% dari modal mereka.

Robinhood dan broker lain mengambil tindakan dengan membekukan transaksi pada saham GameStop. Dikatakan pula bahwa keputusan ini diambil akibat permintaan jaminan deposit oleh lembaga kliring yang naik hingga 10 kali lipat. Pada kondisi seperti ini, publik tidak percaya hingga berpikir adanya konspirasi bahwa Robinhood ingin menolong para hedge fund. Harga bergerak sangat “lincah” hingga mencapai $483. Isu ini terdengar oleh Senator Alexandria Ocasio-Cortez dan Ted Cruz yang berkomentar bahwa perbuatan Robinhood tidak bisa diterima dan akan dimintai penjelasannya. Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) berjanji akan bertindak bila terjadi pelanggaran untuk melindungi investor retail. Menteri Keuangan Janet Yellen juga berjanji untuk membahas ini lebih lanjut bersama regulator untuk tindakan berikutnya yang diperlukan. Setelah komentar itu, harga saham GameStop secara bertahap turun dari 50% ke harga $140,76. Kemudian, pada 4 Februari, saham dibuka di harga $91,19 lalu ditutup di harga $53,33 per lembar.

Selain merugikan kedua hedge fund, fenomena ini juga merugikan investor retail yang berujung pada tertahannya saham mereka di kisaran harga $100–$200. Namun, tetap ada hedge fund yang meraih keuntungannya hingga ratusan juta dollar. Dalam menanggapi hal ini, regulator di AS lebih sadar terhadap peran media sosial yang memiliki pengaruh besar. Untuk itu, mereka lebih menertibkan publikasi media sosial yang dapat berpengaruh terhadap pasar, karena setelah saham GameStop ini, bermunculan saham-saham lain yang dicari para investor retail yang dijadikan alat oleh hedge fund untuk mempermainkan pasar.

Dampak terhadap pasar modal Indonesia secara sistemik memang tidak banyak terpengaruh, tetapi memberikan dampak kepada perilaku para pelaku pasar yang menganggap berinvestasi saham menjadi ajang spekulasi. Bukan tidak mungkin hal itu juga bisa terjadi di Indonesia, walaupun transaksi short selling di pasar modal Indonesia tidak sebebas di Amerika, karena pasar modal Indonesia sangat mengatur ketat dan membatasi transaksi short selling ini. Tentu, Bursa Efek Indonesia perlu mempersiapkan landasan regulasi yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi, tanpa melupakan mitigasi risiko dari regulasi yang diambil. Terlebih investor retail milenial di Indonesia yang pada masa pandemi ini jumlahnya naik signifikan, tetapi tidak diiringi dengan pemahaman terhadap mekanisme pasar dan landasan fundamental yang baik. Hal ini sangat mengkhawatirkan terhadap kesiapan investor pemula apabila bersinggungan dengan risiko yang mungkin terjadi. Selain itu, masih banyak anggapan bahwa pasar modal atau berinvestasi saham adalah salah satu cara cepat untuk menggandakan uang secara instan. Tentunya, ini merupakan pengaruh dari sumber-sumber informal yang mereka pelajari, seperti media sosial. Pada kenyataannya, memang investor milenial sangat dekat dengan teknologi, transaksi perdagangan secara elektronik, dan agresif menanggapi setiap tren ekonomi yang terjadi. Dalam menanggapi hal tersebut, diharapkan Bursa Efek Indonesia dapat menyediakan produk-produk investasi yang sesuai dengan perilaku investor muda.

Dari fenomena tersebut, dapat ditarik pelajaran bahwa kita harus lebih bijak dalam berdagang. Hindari melibatkan emosi berlebih sehingga tidak mudah termanipulasi oleh orang lain atau diri sendiri. Tentunya, dengan terus mengedukasi diri sendiri dan orang lain untuk memahami lebih jauh tentang analisis fundamental, teknikal, serta profil risiko masing-masing, kita harus mengatur ekspektasi untung-ruginya setelah kita bisa mengevaluasi saham dengan baik. Jika mempercayai dana kita ditempatkan pada instrumen mutual fund, pilihlah broker yang dalam sisi permodalan kuat dan disiplin terhadap aturan dan kebijakan yang mereka tawarkan. Apabila tidak menghiraukan hal tersebut, akan menjadi potensi masalah di sisi investor.

Sebagai seorang milenial yang berkecimpung di dunia pasar modal, harus memiliki tujuan yang jelas serta manajemen investasi yang baik dan yang terpenting didasarkan pada sumber dana investasi yang cukup. Program gagasan Bursa Efek Indonesia, yaitu “Yuk Nabung Saham”, merupakan himbauan bagi investor, khususnya pemain baru, untuk berinvestasi dengan cara menabung (sedikit demi sedikit) sesuai dana yang dimiliki dan berorientasi jangka panjang. Sangat dilarang melakukan investasi yang dananya bersumber dari pinjaman, serta kurang dianjurkan bertransaksi di pasar modal untuk jangka pendek, apalagi menjadi seorang trader scalper yang dapat merusak kesehatan pasar dan landasannya hanya mengikuti tren. Untuk menghindari risiko kerugian secara bersamaan, lakukan diversifikasi investasi dengan tidak menempatkan dana kita hanya di satu jenis produk investasi. Bagi yang belum memulai, mulailah dengan pemahaman yang baik. Hauslah akan informasi yang benar agar tujuan finansial kita tercapai.

~Maju terus Pasar Modal Indonesia. Happy Learning and Happy Investing, Millennials!!~

Catatan: Tulisan ini adalah hasil kontributor dan belum tentu mencerminkan sikap Pers Suara Mahasiswa UI 2021.

Teks: Nunny Chania Wardah (Chairman of Capital Market Student Club Vokasi UI)
Ilustrasi: Emir Faritzy
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!

Referensi:
Hotradero, P. (27 Februari 2021). Robinhood and Gamestop, Apa yang sebenarnya terjadi?. Dalam Sharing Session Panin Sekuritas bersama PT. Bursa Efek Indonesia.
Safitri, K. (1 Februari 2021). “Fenomena Meroketnya Saham Gamestop Bisa Saja Terjadi di Indonesia, Jika…” . Kompas.com. Diakses pada 27 Februari 2021 melalui https://money.kompas.com/read/2021/02/01/140500826/fenomena-meroketnya-saham-gamestop-bisa-saja-terjadi-di-indonesia-jika-?page=all