GeNose dan Kontroversinya: Solusi atau Asumsi?

Redaksi Suara Mahasiswa · 18 Februari 2021
5 menit

GeNose adalah salah satu alat pendeteksi Covid-19 yang baru saja diperkenalkan kepada publik. Alat ini dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelum pandemi terjadi, GeNose digunakan sebagai alat pendeteksi zat narkotika yang terdapat di dalam tubuh.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat ini, GeNose pada akhirnya berhasil mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 26 Desember 2020 setelah melakukan uji profiling (kalibrasi) menggunakan 600 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di Yogyakarta, dan berlanjut ke tahap uji diagnostik (uji klinis) yang dilakukan di 9 rumah sakit mitra, salah satunya adalah RSUP Dr. Sardjito.

Dilansir dari ugm.ac.id, menurut pemaparan salah satu Peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra, cara kerja GeNose adalah dengan mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang dapat terbentuk karena adanya infeksi Covid-19. VOC ini keluar bersama napas melalui embusan napas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya, diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence). Alat GeNose ini memiliki keakuratan dalam mendeteksi Covid-19 sebesar 93-95%, dengan keakuratan sensitivitas pengetesan 89-92%, dan tingkat keakuratan spesifitas sebesar 95-96%.

GeNose sudah mulai beroperasi di beberapa rumah sakit, seperti RS Bhayangkara Yogyakarta, RSUP dr. Sardjito, RSA UGM, RS DKT Dr. Soetarto, RSPAU dr. S. Hardjolukito, dan RS Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro Bantul. Selain itu, PT KAI juga menambah fasilitas layanan pemeriksaan GeNose ini di 8 stasiun, yaitu Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tugu Yogyakarta, Stasiun Gambir, Solo Balapan, Bandung, Cirebon, Semarang Tawang, dan Surabaya Pasar Turi.

Dikutip dari laman Kompas, Dian Kesumapramudya Nurputra selaku salah satu perwakilan Tim Pengembangan GeNose UGM berpendapat bahwa GeNose yang digunakan sebagai alternatif tes terbilang murah, tidak invasif, dan mudah. Hal ini dinilai membuat kasus lebih cepat terdeteksi yang mempermudah penanganan selanjutnya. Tes dengan GeNose memang cukup terjangkau, karena untuk sekali tes GeNose dibandrol dengan harga Rp20.000, lebih murah jika dibandingkan dengan harga sekali tes rapid antigen dan tes PCR yang mencapai Rp105.000.

Hal ini juga diungkapkan oleh masyarakat yang menggunakan GeNose untuk melakukan pengecekan terhadap Covid-19. Ditemui pada hari Senin (15/2/2021), Veni Febriani, salah satu penumpang kereta api tujuan Jakarta dari Bandung, mengaku telah melakukan tes menggunakan GeNose. Ia mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang ia rasakan dari tes yang sebelumnya ia lakukan, yaitu tes rapid antigen.

“Perbedaan yang saya rasakan mungkin dapat dilihat dari durasi keluarnya hasil tes dan proses dari tes itu sendiri. Karena bagi saya tes melalui GeNose ini lebih nyaman dibandingkan dengan tes lain karena tesnya hanya berupa mengembuskan napas ke dalam kantong khusus yang telah disediakan oleh petugas,” tuturnya ketika ditanya mengenai perbedaan yang ia rasakan saat melakukan tes lain sebelum tes GeNose. Menurutnya, bentuk tes lainnya yang mengharuskan kita untuk diambil sampel darahnya dan memasukkan alat tes melalui rongga hidung yang terkadang terasa agak sedikit menyakitkan.

Ketika ditanya mengenai kelebihannya, Veni menjelaskan bahwa kelebihan dari tes GeNose dapat dilihat dari segi biaya dan proses dari tes itu sendiri. “Untuk tes GeNose saya merasa harga yang dipatok cukup ekonomis dibandingkan tes yang lainnya. Selain itu juga, proses pengambilan sampel lebih nyaman dibandingkan tes lainnya,” ujarnya.

Adanya berbagai kelebihan dari tes GeNose, bukan tidak mungkin tes tersebut masih memiliki kekurangan. Menurut Veni, hingga saat ini jumlah stasiun yang sudah menyediakan tes GeNose masih terbilang kurang dan melihat harga tes GeNose yang lebih murah dibandingkan tes lainnya, seharusnya dapat memangkas biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Veni juga berharap untuk kedepannya alat GeNose bisa diperluas lagi keberadaannya melihat harganya yang lebih ekonomis dan klaim yang dikatakan lebih efektif untuk mendeteksi Covid-19.

Pro dan Kontra Akurasi GeNose
Terlepas dari itu semua, ternyata masih banyak pro-kontra tentang kemampuan dan keakuratan dari GeNose. Banyak ahli yang mengkhawatirkan tentang penggunaan GeNose sebagai alat uji screening.

Seperti yang dikutip dari Kompas, seorang Epidemiologi dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa ia mengapresiasi teknologi besutan anak bangsa dalam menanggapi pandemi. Namun, hal itu tidak menahan kritikan guna mengukuhkan riset dalam mengembangkan alat ini. Optimisme masyarakat terhadap inovasi GeNose diharapkan tidak berlebihan agar masyarakat tetap memperhatikan anjuran pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebaran.

Pandu Riono, Epidemiolog Universitas Indonesia menambahkan, pemanfaatan alat pendeteksi (GeNose) yang terlalu cepat akan berbahaya. Apalagi, klaim akurasi GeNose yang mencapai 90% itu belum meyakinkan. Uji coba terhadap sampel belum optimal jika mengacu pada angka masyarakat yang terinfeksi virus corona di Indonesia. Pandu pun membagikan cuitan dalam akun Twitter-nya yang menyebutkan bahwa ketua peneliti GeNose, Prof. Kuwat Triyana, belum menepati janjinya mengenai laporan final GeNose. Ia juga mengkritik tentang data yang dikirimkan ke Kementerian Kesehatan, pihak peneliti UGM mengatakan bahwa data tersebut belum final, sedangkan di judul tertulis “Laporan Final”.

Selain kekurangan tersebut, limbah plastik bekas tes GeNose juga dapat menjadi masalah lingkungan. Terkait hal itu, tim pengembang GeNose Universitas Gadjah Mada mensyaratkan instansi pengguna tes GeNose ini agar bekerja sama dengan pengelola sampah untuk menangani limbah sampah medis yang tidak bisa sembarangan diolah tersebut.

GeNose memang menawarkan berbagai kelebihan, seperti waktu dalam mendeteksi yang terbilang singkat dan hasilnya keluar tak terlalu lama, kemudian cara penggunaan alatnya yang lebih mudah jika dibandingkan dengan tes lainnya, dan biaya yang dikeluarkan lebih terjangkau. Namun, GeNose juga tidak lepas dari berbagai kritik, seperti penggunaan GeNose yang masih dikhawatirkan oleh banyak ahli dan juga limbah bekas tes GeNose yang berdampak ke lingkungan. Meskipun begitu, GeNose dapat menjadi salah satu solusi yang efektif dalam mendeteksi Covid-19 di Indonesia, dan yang terpenting kita tidak bisa semata-mata langsung mempercayai keakuratannya tanpa menjaga kesehatan diri dan mematuhi protokol kesehatan.

Teks: Violina Maharani, Mohamad Farhan Fitriadi, Magdalena Handrica, Luhtfi Sadra
Kontributor: Siti Sahira Aulia
Foto:  Mohamad Farhan Fitriadi
Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!

Daftar Referensi

Ika. 2021. “GeNose UGM Bisa Deteksi Covid-19 Hanya dalam 80 Detik”. Diakses pada 13 Februari 2021, melalui https://ugm.ac.id/id/berita/20120-genose-ugm-bisa-deteksi-covid-19-hanya-dalam-80-detik

Satria. 2021. “GeNose UGM Dapatkan Izin Edar dan Siap Dipasarkan”. Diakses pada 13 Februari 2021, melalui https://ugm.ac.id/id/berita/20551-genose-ugm-dapatkan-izin-edar-dan-siap-dipasarkan

Admin. 2021. “Cara Kerja GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM yang Dapat Izin Edar”. Diakses pada 13 Februari 2021, melalui https://mipa.ugm.ac.id/2020/12/cara-kerja-genose-alat-deteksi-covid-19-buatan-ugm-yang-dapat-izin-edar/

CNN Indonesia. 2021. “GeNose Bisa Deteksi Covid-19, 2 Hari Setelah Terpapar”. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210203142542-199-601770/genose-bisa-deteksi-covid-19-2-hari-setelah-terpapar

Satria. 2021. “GeNose Segera Hadir di Berbagai Rumah Sakit”. Diakses melalui https://ugm.ac.id/id/berita/20730-genose-segera-hadir-di-berbagai-rumah-sakit

Kumparan. 2021. “Tanggapan Tim Peneliti GeNose Soal Ahli Wabah Tagih Laporan Final Uji Validasi. Diakses pada 17 Februari 2021, melalui https://kumparan.com/kumparannews/tanggapan-tim-peneliti-genose-soal-ahli-wabah-tagih-laporan-final-uji-validasi-1vCALmHsFCE

Ellyvon Pranita. 2021. “Epidemiolog: Optimisme Berlebih pada GeNose Justru Menjerumuskan Kita”. Diakses pada 17 Februari 2021, melalui https://www.kompas.com/sains/read/2021/01/30/100000623/epidemiolog--optimisme-berlebih-pada-genose-justru-menjerumuskan-kita?page=all.