Logo Suma

Grand Launching Pemira 2021: Rayakan Demokrasi, Majukan Integritas

Redaksi Suara Mahasiswa · 20 November 2021
4 menit

Pemilihan Raya IKM Universitas Indonesia 2021 telah resmi dibuka dalam acara “Grand Launching Pemira 2021” yang diselenggarakan pada Jumat malam, 19 November 2021 pukul 19.00 WIB, melalui telekonferensi Zoom Meeting. Pembukaan kontestasi elektoral tingkat kampus itu menandai dimulainya rangkaian Pemilihan Raya 2021 bagi seluruh mahasiswa Universitas Indonesia yang akan berlangsung hingga 10 Desember 2021 mendatang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemira IKM UI 2021 dilaksanakan untuk menemukan mahasiswa terbaik yang dapat dipercaya dan sanggup mengemban aspirasi seluruh IKM UI sebagai Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Anggota Independen Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Majelis Wali Amanat UI Unsur Mahasiswa (MWA UM) tahun jabatan 2022.

Acara Grand Launching yang dipandu Vanesa Maharani dan Fatimah Az-Zahra tersebut dibagi ke dalam beberapa sesi, yakni pembukaan, penayangan profil Pemira IKM UI 2021, sesi gelar wicara bersama Ketua KPU RI dan Ketua BEM UI 2021, penayangan profil kontestan, dan penutupan. Seluruh acara yang dilakukan secara virtual berdurasi 180 menit itu dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Pelaksana Pemira UI 2021, Ketua Komisi Pengawas Pemira, Perwakilan DPM UI, dan Ketua Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia.

Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Pemira 2021, Nur Izzah Maulidiena yang akrab disapa Dena, menyatakan bahwa Pemira menjadi awal merayakan demokrasi bersama untuk UI yang lebih baik. Senada dengan Dena, Ketua Direktorat Kemahasiswaan UI, Dr. Badrul Munir, M.Sc, turut mengapresiasi dan mendukung penuh pelaksanaan Pemira yang independen, dan berharap yang terbaik dari sisi pelaksanaan, voting, maupun calon-calon yang bertanding. “Berdemokrasi adalah proses yang dinamis, berkembang terus, dan karena itu organisasi harus bertransformasi. Inilah tantangan di level UI dan fakultas untuk selalu memperbarui pola-pola organisasi dan pengkaderan,” pungkas Munir menutup sambutannya

Bukan Sekadar Coblosan

Mengusung nilai-nilai integritas, transparansi, dan proaktif, puncak Grand Launching Pemira 2021 diisi dengan acara gelar wicara bertemakan “Democracy With Integrity” yang dipandu oleh Belinda Azzahra, dengan menghadirkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, Ilham Saputra, dan Ketua BEM UI 2021, Leon Alvinda Putra. Gelar wicara yang berlangsung selama 90 menit tersebut dibawakan dalam suasana yang santai, tetapi kedua narasumber secara komprehensif mengelaborasi berbagai gagasan tentang demokrasi elektoral, khususnya di lingkungan kampus.

Dalam pemaparannya tentang demokrasi dan integritas, Ilham mengenang masa-masanya sebagai mahasiswa FISIP UI yang mengamati berbagai dinamika kekuatan politik UI, yang baginya, sangat menarik. Di luar persaingan mendapatkan dukungan dari seluruh elemen mahasiswa, kontestasi memperebutkan kursi Ketua dan Wakil Ketua BEM juga menjadi kesempatan agar mahasiswa dapat membuktikan tanggung jawabnya terhadap demokrasi, dengan memilih calon yang sekiranya dapat merealisasikan aspirasi IKM UI. “Demokrasi yang berintegritas dimulai dari penyelenggaraan (Pemira—red) yang profesional, independen, dan tidak berpihak,” tegas Ilham.

Lebih lanjut, menurut pria kelahiran Aceh ini, mahasiswa dapat menjadikan Pemira sebagai ancang-ancang mempersiapkan diri menjadi pemilih yang cerdas dalam perhelatan Pemilihan Umum tingkat nasional maupun daerah. “Pemilih harus rasional, kritis, dan berkontribusi. Anda punya hak memilih, maka gunakanlah, sehingga kandidat yang terpilih sungguh-sungguh karena aturan dan bukan bermain kecurangan dalam segala bentuknya!” ujarnya.

Leon sebagai Ketua BEM UI petahana pun menimpali gagasan Ilham tersebut, “Demokrasi yang berintegritas membutuhkan kerja sama dan partisipasi dari seluruh pihak. Artinya, kalau penyelenggara sudah berintegritas, tetapi calonnya tidak atau malah pemilihnya tidak berintegritas, maka (pemilihan ini—red) tidak ada artinya,” imbuh Leon.

Leon mengakui bahwa pelaksanaan pemilihan umum virtual bukannya tanpa kendala, antara lain partisipasi dan animo pemilih yang berkurang, pengawasan jalannya pemungutan suara dari para saksi setiap calon, serta keamanan peladen yang rentan terkena serangan digital. Akan tetapi, Leon menekankan agar seluruh IKM UI tetap terlibat dalam pemilihan ini, “Awasi dan  kritisi. Jangan mula-mula enggan terlibat, tetapi tidak puas ketika calon yang terpilih tidak sesuai harapan dan gagal memenuhi tuntutan kita sebagai mahasiswa.”

Walau Hanya Sepasang

Memasuki sesi tanya jawab, Suara Mahasiswa berkesempatan mengajukan pertanyaan kepada Leon tentang iklim kompetisi dalam Pemira 2021 tingkat kampus yang hanya diikuti oleh sepasang calon tunggal. Secara mantap, Leon menegaskan bahwa ia tetap optimis dan IKM UI akan tetap mengkritisi jalannya Pemira, meskipun iklim kontestasinya akan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana Pemira diikuti dua-tiga pasangan calon.

“Perbedaan ide, track-record, di tahun-tahun sebelumnya bisa dibandingkan antara satu calon dan calon lain, sementara jika hanya satu, akan menjadi lebih sulit. Akan tetapi, sekalipun hanya satu paslon, keterlibatan IKM UI sangat dibutuhkan dan menjadi tugas penyelenggara untuk membumikan proses Pemira, melalui publikasi dan penayangan kegiatan eksplorasi yang memungkinkan IKM UI berpartisipasi penuh.”

Ilham pun tidak ingin ketinggalan memberi komentarnya. Dalam sistem pemilihan umum di Indonesia, calon tunggal pun memang dimungkinkan. “Yang terpenting, pemimpin harus punya visi-misi yang jelas. Mau ente bawa ke mane IKM UI ini?” ujar Ilham dengan gaya berseloroh. “Ketua BEM yang terpilih, betul-betul harus merepresentasikan dirinya sebagai ‘agent of change’, yang peduli pada kepentingan rakyat banyak. Pemimpin yang baik dapat memastikan aspirasi tersampaikan dan terealisasi dengan baik!”

Pemimpin Tanpa Sekat

Suasana interaktif yang berhasil dihadirkan oleh moderator selama gelar wicara berlangsung mencairkan suasana sehingga waktu 90 menit berlalu tanpa terasa. Mengunci seluruh rangkaian acara, Panitia menayangkan video profil calon tunggal Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2022, Bayu Satria Utomo dan Arinny Shafira Khairunisa yang memperoleh nomor urut 1, serta profil calon tunggal MWA UI UM 2022, Muhammad Taqyuddin Abdurrosyid yang juga memperoleh nomor urut 1 dalam Pemira tahun ini.

Sebagai calon tunggal, Bayu dan Arinny mengusung cita-cita agar BEM UI dapat menjadi organisasi yang melebur dan tidak tersekat dari masyarakat, tetapi tetap mampu menjadi wadah aktualisasi bagi mahasiswa UI. Oleh karena itu, BEM harus responsif dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, bersinergi dan berkelindan dengan kepentingan masyarakat. Untuk itu, Bayu dan Arinny menetapkan nilai organisasi BEM yang “Apresiatif dan Adaptif” apabila terpilih.

Tidak hanya ingin melebur dalam masyarakat, mahasiswa juga harus menyadari tugasnya untuk tidak diam dan mementingkan diri sendiri. Itulah gagasan yang hendak diperjuangkan oleh Taqyuddin, yakni agar mengoptimalisasi seluruh pengetahuan, ide, dan keterampilan mahasiswa sebagai lokomotif perubahan.

Bagi Taqyuddin, refleksi keterbukaan itulah yang ia kemas dalam nilai-nilai kepemimpinannya, yaitu dekat dan bisa dijangkau dan dipercaya dalam tugas-tugasnya; dapat diandalkan dalam proses pengambilan kebijakan agar semakin berpihak pada kepentingan mahasiswa; serta teguh menjaga kredibilitas sehingga penyampaian aspirasi dan keresahan akan semakin efektif dan berdampak. “Sebab tanpa resah, tidak akan ada yang berubah,” tandas Taqyuddin mengakhiri video profilnya.

Menjadi harapan bagi segenap IKM UI bahwa kontestasi elektoral ini dapat membawakan angin segar di tengah hawa sumpek demokrasi Indonesia yang carut-marut dengan penyalahgunaan kekuasaan. Meski hanya satu calon tunggal, yang berarti tidak ada lawan yang potensial selain kotak kosong, perayaan demokrasi dan semangat memajukan integritas tetap harus terjaga.

Bukan masalah jika kita menaruh harapan bahwa perayaan demokrasi elektoral akan menghadirkan pemimpin yang bersedia mendengarkan aspirasi dan merumuskannya dalam kebijakan. Akan tetapi, sesungguhnya tugas segenap IKM UI adalah mengawal agar rezim calon tunggal yang akan memimpin kelak bukan sekadar perpanjangan suara pihak-pihak berkepentingan, melainkan hanya dan sungguh-sungguh menjadi penyambung lidah seluruh mahasiswa UI.

Teks: Chris Wibisana
Foto: Chris Wibisana
Editor: Nada Salsabila

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, Berkualitas