Hati-Hati di UI: Penipu Mengaku sebagai Mahasiswa!

Redaksi Suara Mahasiswa · 10 Oktober 2024
4 menit

Berbekal taktik yang semakin cerdik, penipu kembali memburu civitas academica Universitas Indonesia (UI). Kali ini, pelaku melancarkan aksinya dengan menyamarkan dirinya sebagai salah seorang mahasiswa UI, lalu menghubungi sejumlah mahasiswa UI lainnya yang merupakan kenalan dari mahasiswa itu. Melalui aplikasi obrol (chat), pelaku menipu korban atas dalih meminjam uang atau meminta bantuan.

Mahasiswa berinisial AR dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI adalah salah satu korbannya. AR pernah menjadi narahubung Orientasi Kegiatan Kampus (OKK) UI 2024. Oleh karena itu, AR mengenal AD dan NA yang merupakan sesama narahubung OKK UI 2024. Berkaitan dengan kasus penipuan ini, AR menyatakan bahwa pelaku menyalahgunakan identitasnya untuk menipu AD. Pelaku menghubungi AD dan memintanya untuk mengirimkan uang kepada NA yang sedang membutuhkan dana karena sepupunya sakit.

PF, yang juga seorang mahasiswa FIB UI, turut pula mengalami kasus serupa. Ia mendapati namanya digunakan oleh pelaku untuk menipu teman-temannya. PF mengetahui hal tersebut setelah temannya yang berinisial NN menghubunginya.

"Pukul 11.06 WIB, saya dihubungi oleh teman saya [yang menjadi korban]. [Dia] menanyakan keberadaan saya [di kampus], padahal hari itu saya sama sekali tidak pergi ke kampus. Awalnya, saya mengira teman saya salah kirim pesan, tetapi tiba-tiba ia berkata 'Duit gue,' dan saat itu saya benar-benar bingung," jelasnya kepada Suara Mahasiswa UI.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, NN mengungkapkan bahwa dirinya telah mengirimkan sejumlah uang kepada seseorang yang mengaku sebagai PF.

“Dia meminta tolong untuk ditransfer dengan alasan membeli kue dan bunga. Jumlahnya berkala, mulai dari Rp400.000, Rp550.000, Rp1,1 juta, hingga Rp600.000 lewat QRIS,” ungkap NN.

Tak cukup menipu dengan identitas PF, pelaku kembali menghubungi NN dengan mengatasnamakan kakak tingkat (kating) NN untuk permintaan serupa.

“Lalu ada lagi yang menghubungi saya: seseorang yang berpura-pura menjadi kating dan mengatakan bahwa ia hendak memberikan kejutan kepada mahasiswa baru. Dia meminta transfer sebesar Rp600.000 melalui rekening dan meminta lagi Rp1,5 juta. Namun, saya mulai curiga karena permintaannya terus berulang dan terkesan memaksa,” cerita NN.

Ternyata, kasus penipuan yang berkedok penggunaan nama mahasiswa UI ini sudah lama terjadi. Sebelum kasus penipuan ini menjadi bahan perbincangan, mahasiswa FIB UI berinisial FS sudah menjadi korban terlebih dahulu. Sekitar pukul 7 pagi pada 19 September 2024, FS menerima pesan dari akun yang berpura-pura menjadi rekan kampusnya. Tidak hanya satu, pelaku menggunakan beberapa akun untuk memperkuat narasi penipuannya.

"Penipunya menggunakan tiga akun, dua melalui LINE dan satu melalui WhatsApp," ungkap FS.

Untuk memberikan kesan yang lebih meyakinkan korban, pelaku menggunakan nama anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB UI. Dalam ruang obrol (room chat), pelaku meminta FS membeli kue dan bunga untuk acara ulang tahun seorang Ketua BEM. FS, yang awalnya tidak curiga, menuruti permintaan tersebut.

"Asyam (akun palsu) meminta saya untuk membeli kue dan bunga. Katanya, [kue dan bunga] akan diambil oleh Nada (akun palsu lainnya) setelah saya membeli dan membayar senilai Rp1,8 juta," jelas FS.

"Setelah transfer, saya laporkan ke Asyam bahwa kuenya sudah dibeli. Tiba-tiba, Asyam bilang kalau Kabem suka dua kue. Jadi, [Asyam] minta saya beli [kue] lagi. Saat saya bilang itu mahal dan saya tawarkan beli di Holland Bakery, dia bilang, ‘Jangan, tidak laku’. Akhirnya, saya transfer lagi, tapi uang saya tidak cukup," tambahnya.

FS pun berusaha meminjam uang dari Nada, tetapi sebelum Nada merespons, toko kue memberikan diskon sehingga FL membayar tambahan Rp1 juta. Setelah beberapa saat, Nada menjawab, "Maaf, lagi nyetir. Butuh berapa?". Akan tetapi, pada saat itu, FS sudah menyadari ada kejanggalan.

"Setelah melihat grup BEM, ternyata ada yang bilang bahwa akun Asyam adalah akun penipu. Saya kaget dan segera lapor ke Nada, tetapi Nada mencoba menenangkan saya dengan mengatakan bahwa Asyam memang punya dua akun, satu untuk pribadi dan satu untuk BEM. Namun, saya tetap curiga," ungkapnya.

Kecurigaan FS terbukti benar ketika ia meminta Nada untuk mengirim foto kue dan bunga yang telah dibeli, tetapi Nada terus menghindar dengan berbagai alasan. Setelah melakukan pengecekan lebih lanjut, FS menyadari bahwa tidak hanya akun Asyam, tetapi akun Nada juga adalah palsu.

"Pada hari yang sama, ada tiga akun tipuan dari BEM, dan beruntungnya, akhirnya penipuan ini cepat terbongkar," tutup FS.

Sejumlah kasus penipuan tersebut menunjukkan bahwa taktik para pelaku semakin cerdik, yaitu dengan penyalahgunaan identitas diri dan manipulasi relasi. Oleh karena itu, civitas academica UI harus selalu berhati-hati dan memverifikasi setiap komunikasi, terlebih yang terkait dengan permintaan bantuan yang mencurigakan.


Teks: Dela Srilestari

Editor: Jesica Dominiq M.

Desain: Mauliza Fadiyah

Ilustrasi: Mauliza Fadiyah


Pers Suara Mahasiswa UI 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas!