Dalam rangka membedah gagasan para Kandidat Wali Kota Depok Periode 2024–2029, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) bersama Pusat Kajian Politik (Puskapol) UI dan Muda Kawal Pilkada 2024 mengadakan town hall meeting pada Jumat (8/11) lalu. Kegiatan yang terselenggara di Auditorium Mochtar Riyadi tersebut menghadirkan kedua pasangan calon (paslon) Wali Kota Depok, yaitu Imam Budi Hartono-Ririn Farabi Arafiq dan Supian Suri-Chandra Rahmansyah.
Semiarto Aji Purwanto selaku Dekan FISIP UI membuka town hall meeting ini. Dalam sambutan pembukanya, Aji berharap agar warga Depok dapat bertumbuh dengan baik dan mendapat pemimpin sesuai cita-cita bersama. Selanjutnya, pertemuan ini terbagi ke dalam dua sesi, yaitu sesi pertama untuk Imam dan Ririn selaku paslon nomor urut satu dan sesi kedua untuk Supian dan Chandra selaku paslon nomor urut dua.
Imam-Ririn untuk Depok yang Berkarya dan Sejahtera
Imam dan Ririn membuka sesi pemaparannya dengan mengacungkan tangan masing-masing yang menunjukkan bentuk huruf d kecil dan simbol oke secara sekaligus dari formasi jari-jari tangannya. Imam mengungkapkan bahwa huruf d kecil tersebut merupakan representasi dari Depok. Representasi itu digabungkan dengan simbol oke sehingga bermakna “Depok OK”.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan, “ [Simbol cetak] oke itu sendiri berwarna jingga dan kuning yang merujuk pada warna Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Golongan Karya (Golkar). Nah, itu melambangkan visi kami, yaitu Depok berkarya, sejahtera untuk semua”.
Bukan sekadar lambang dari partai pengusungnya, “berkarya” dan “sejahtera” menunjukkan banyaknya karya yang sudah dilakukan oleh Imam-Ririn. Dari sisi pembangunan, mereka telah melakukan pelebaran trotoar, pembangunan alun-alun, dan pengadaan layanan posyandu di setiap Rukun Warga (RW). Dari sisi kesehatan, Imam-Ririn menyinggung predikat Universal Health Coverage (UHC) yang diraih oleh Kota Depok pada masa pemerintahan Imam. Pencapaian itu memungkinkan masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan hanya dengan memakai Kartu Tanda Penduduk (KTP) Depok, tanpa kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan maupun Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Selanjutnya, diskusi berlangsung tanpa panelis untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi semua orang untuk berpartisipasi dalam pemaparan Imam-Ririn. Ada empat isu yang dibahas pada sesi pertama ini, yakni pendidikan, anak muda, sampah, dan pendidikan politik.
Di bidang pendidikan, Imam-Ririn menginisiasi program Satu Keluarga Satu Sarjana. Program tersebut berupa pemberian beasiswa bagi salah satu anggota keluarga dari masa kanak-kanak hingga lulus perguruan tinggi. Program tersebut menimbulkan pertanyaan dari salah satu peserta mengenai kualifikasi keluarga yang menjadi sasaran untuk beasiswa tersebut. Dengan mempertimbangkan banyaknya jumlah lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan biaya kuliah yang begitu mahal serta jumlah keluarga yang masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial, Imam menjawab bahwa program tersebut akan memprioritaskan keluarga yang belum memiliki anggota keluarga yang menjadi sarjana. Jika memungkinkan, Imam-Ririn akan memperluas sasaran bagi masyarakat yang berprestasi.
Tak hanya di jenjang pendidikan tinggi, Imam-Ririn juga berkomitmen di bidang pendidikan dasar dan menengah dengan menambah pembangunan sekolah negeri. Misi pembangunan ini lahir sebagai jawaban dari tuntutan ratusan orang tua terhadap kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berbasis zonasi dan ketersediaan kursi di sekolah negeri yang amat terbatas. Mereka mengaku telah memetakan daerah-daerah yang akan menjadi lokasi pembangunan sekolah baru, seperti Jatijajar, Sukamaju Baru, dan Curug.
Menanggapi pertanyaan tentang literasi, Imam-Ririn menyebutkan bahwa mereka akan mewujudkan program literasi melalui kurikulum dan sesi membaca di sekolah-sekolah. Sehubungan dengan rencana perwujudan kota Depok menjadi smart city, Imam-Ririn akan menempel barcode-barcode yang berisikan buku digital di setiap kendaraan umum dan taman bacaan untuk memperluas budaya membaca. Rencana ini sejalan dengan program Imam-Ririn lainnya, yaitu pemasangan wi-fi gratis yang tersebar di berbagai titik di Depok.
Perwakilan dari Kota Bergerak mengkritisi program pemasangan wi-fi gratis tersebut. Mereka skeptis terhadap wawasan digital masyarakat untuk memaksimalkan kebermanfaatan wi-fi gratis tersebut. Imam meresponsnya dengan menjelaskan rencana mereka untuk memasukkan imbauan mengenai hal tersebut ke dalam pembelajaran sekolah mengenai cara menjadikan alat komunikasi agar efektif dan bermanfaat untuk kehidupan.
Sementara itu, menyikapi data pengangguran di Kota Depok, Imam-Ririn menawarkan program magang di dalam dan luar negeri untuk memperbesar peluang kerja. Ada program pelatihan keterampilan untuk warga, seperti servis AC, servis las, dan tata boga. Selain itu, ada juga program pemberdayaan perempuan untuk melanjutkan wirausaha baru, pemberian modal usaha bagi perempuan pengusaha maupun orang tua tunggal (single parent), program penguatan kesehatan keluarga, hingga program lansia sejahtera.
Berkaitan dengan anak muda, Imam-Ririn menjamin partisipasi kaum muda melalui Youth Center sebagai modifikasi dari Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikembangkan dan disesuaikan kembali dengan minat anak muda sekarang. Ririn menyepakati pentingnya melibatkan anak muda dalam proses pengambilan kebijakan karena anak muda adalah bagian dari masyarakat Kota Depok yang tentu perlu didengar pula aspirasinya.
Terkait pelibatan itu, Imam mengungkit Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Anak yang sudah ada di Kota Depok hingga upaya menempatkan anak muda di staf ahli pemerintahan. Ia menyadari bahwa anak muda hidup di dunia yang eranya berbeda dengan para pemangku kebijakan saat ini sehingga penting untuk diserap aspirasinya. Ada lima peran pemerintah yang dijanjikan Imam untuk anak muda, yaitu pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, dan pemberian modal.
“Lo jual, gue beli,” dorong Imam agar anak muda menyampaikan aspirasinya melalui berbagai platform yang mereka berdua sediakan kelak.
Sehubungan dengan isu anak muda, perwakilan Forum Generasi Berencana (GenRe) Kota Depok mempertanyakan program atau rencana Imam-Ririn dalam meningkatkan ketahanan remaja. Mengingat bahwa fase remaja masih harus melibatkan peran sejumlah pihak, Ririn menyorot pentingnya bimbingan dan konseling serta seminar mengenai ketahanan keluarga dari guru, dokter, maupun psikolog. Imam menambahkan bahwa ketahanan remaja berhubungan dengan kesehatan remaja. Untuk mewujudkan remaja yang sehat, Imam-Ririn akan menjalankan berbagai program yang mendukung kesehatan fisik dan mental remaja, seperti memberikan insentif bagi guru rohani dan menyediakan layanan konsultasi.
Imam-Ririn juga menyinggung upaya mereka untuk mewujudkan kota yang ramah disabilitas. Secara khusus, mereka berencana untuk membangun trotoar di Margonda bagi penyandang tunanetra serta menyediakan lift dan toilet bagi penyandang disabilitas sesuai amanat peraturan daerah (Perda).
Terakhir, untuk mengatasi sampah sebagai isu yang paling banyak dikeluhkan oleh warga, Ririn menggagas sistem pengolahan sampah terpadu dengan menggunakan dua insinerator yang sudah ada. Kedua insinerator yang dapat melelang sampah hingga 300 ton per hari itu akan mulai beroperasi pada tahun 2025. Tak hanya itu, Imam-Ririn akan menyediakan insentif untuk pengelola sampah di tingkat Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) yang besarnya sesuai dengan kesanggupan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok. Pengelolaan sampah ini disebut ‘berbasis masyarakat’ karena sampah dianggap sebagai permasalahan bersama.
Sebagai penutup, Imam-Ririn memaparkan hal-hal yang sudah mereka lakukan selama Masa Kampanye Pilkada 2024. Mereka memastikan bahwa segala proses tersebut bukanlah hanya demi kemenangan, melainkan juga menjadi upaya pencerdasan politik bagi para warga agar tidak terjebak pada praktik kampanye negatif, seperti black campaign, hate speech, dan misinformasi. Berdasarkan pemaparan Ririn, pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut satu ini telah melakukan kampanye selama lebih dari enam bulan dengan berbagai pendekatan, mulai dari sosialisasi program unggulan, turun ke masyarakat secara langsung, dan melakukan diskusi. Imam juga mengajarkan politik dengan santai kepada warga agar dapat mengikuti dinamika Pilkada 2024 ini tanpa adanya stigma ‘politik yang seram’ di benak masyarakat.
Depok Maju Bersama Supian-Chandra
Sesi kedua adalah sesi presentasi dan diskusi paslon wali kota dan wakil wali kota nomor urut dua, yaitu Supian Suri dan Chandra Rahmansyah. Dengan menggunakan pakaian serba biru muda, Supian-Chandra menyerukan visi-misi dan menyampaikan jawaban atas pertanyaan dari rekan-rekan diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD) yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Supian mengawali pemaparan visi-misinya dengan menceritakan latar belakang pencalonan dirinya menjadi wali kota Depok. Supian berkata bahwasannya ia memang sudah terlahir dari rahim birokrasi dan sudah menjabat di berbagai posisi selama berada di lingkungan pemerintahan. Dalam perjalanan karirnya itu, Supian menyadari salah satu alasan kota Depok belum berkembang pesat adalah kurangnya kebersamaan. Oleh karena itu, Supian-Chandra menawarkan solusi dengan melibatkan kebersamaan mereka untuk memajukan Kota Depok.
Selanjutnya, Supian menegaskan keberaniannya untuk menyelesaikan permasalahan. Baginya, tidak mudah untuk menyelesaikan program-program besar jika tidak ada keberanian. Hal itulah yang Supian yakini sebagai salah satu alasan yang mengakibatkan Depok belum juga menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumahnya, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga pengubahan Jalan Raya Sawangan yang menjadi jalan nasional.
Berangkat dari latar belakang itu, Supian-Chandra menyatukan visi di bawah slogan Bersama Depok Maju. Untuk mencapai visi tersebut, mereka memiliki empat misi, yaitu peningkatan produktivitas masyarakat secara inklusif melalui pembangunan yang merata, percepatan pembangunan infrastruktur yang maju dan ramah lingkungan, pengembangan ekonomi kreatif berbasis teknologi, serta transformasi pelayanan publik.
Beralih ke pemaparan terkait isu-isu khusus, Supian dan Chandra membahas rencana program di segi kesehatan dan pendidikan. Dari segi kesehatan, Supian-Chandra menyorot kurangnya jumlah puskesmas di setiap kelurahan di Depok yang menyebabkan terkendalanya masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Kemudian, dari segi pendidikan, Supian-Chandara menyorot banyaknya orang tua yang masih kesulitan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Berkaitan dengan pendidikan, pertanyaan pertama muncul dengan membahas data mengenai kasus pendidikan di Kota Depok. Data tersebut menunjukkan bahwa banyak pelajar di Depok yang tidak berkuliah di UI, padahal universitas tersebut berada di Depok. Lebih lanjut, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok tahun 2024 itu menunjukkan bahwa persentase penduduk yang berusia di atas 15 tahun yang bekerja dan menamatkan perguruan tinggi hanya 30%. Menanggapi kasus ini, Supian-Chandra menawarkan beasiswa gratis kepada 10.000 siswa yang ingin masuk ke perguruan tinggi sebagai upaya pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan pendidikan bagi masyarakat Depok.
“Salah satu harapan kami adalah anak tidak boleh putus sekolah. Di sinilah peran pemerintah harus hadir untuk melayani masyarakat,” ucap Supian.
“Jadi, kami pertegas bahwa kami ada beasiswa dan bantuan kuliah gratis buat anak-anak yang berprestasi, tapi gak punya biaya. Yang gak bisa masuk [kuliah], kita berikan beasiswa. Yang gak mampu [secara finansial], kita berikan bantuan kuliah gratis. Oleh karenanya, kami ingin memastikan bahwa gak boleh lagi ada anak di Kota Depok yang gak bisa kuliah gara-gara gak punya biaya,” tambah Chandra.
Tidak hanya pada jenjang kuliah saja, Supian-Chandra juga berfokus pada masalah penerimaan siswa baru di jenjang SD, SMP, dan SMA melalui jalur murni. Supian mengatakan proses penerimaan siswa baru di sekolah negeri harus transparan.
“Jadi, orang akan tahu bahwa memang saya [calon peserta didik baru, red] gak diterima karena memang gak masuk zonasi, gak masuk prestasi, dan akan terlihat siapa nama-nama [calon peserta didik baru] yang masuk di situ [sekolah tujuan calon peserta didik baru, red]. Jadi, tidak ada ‘nama titipan’,” harap Supian.
Pembahasan selanjutnya mengenai permasalahan sampah yang ada di Kota Depok. Menurut Supian, solusi untuk mengatasi masalah sampah yang belum memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat Depok adalah dengan memberikan dukungan kepada kelompok masyarakat yang mengolah sampah-sampah tersebut. Selain itu, Supian menyarankan cara lain untuk menyelesaikan residu dari sampah-sampah plastik, seperti menggunakan solusi yang ramah lingkungan tanpa menggunakan insinerator.
Berikutnya, menanggapi arah pembangunan dan penjenamaan kota (city branding), Supian menginginkan semua ruang hobi dan kreasi benar-benar disiapkan oleh masyarakatnya. Bagi Supian, peran pemerintah sangat penting untuk membangun penjenamaan Kota Depok yang lebih baik untuk ke depannya.
“Peran pemerintah bisa hadir untuk mengapresiasi semua kalangan. Kita ingin pemerintah hadir untuk bisa memberikan empati kepada semua pihak sehingga semua merasa menjadi bagian dari keluarga kota ini,” jelasnya menutup sesi pertanyaan tersebut.
Dalam perjalanan kampanyenya, pasangan Supin dan Candra sudah bertemu dengan salah satu yayasan gagal ginjal, yaitu Yayasan Gagal Ginjal Indonesia. Melalui pendekatan ini, Supian-Candra melihat langsung kondisi para penderita gagal ginjal yang saat ini cenderung didominasi oleh masyarakat usia muda. Supian-Chandra merasa peran pemerintah harus hadir untuk mendukung orang-orang yang saat ini sedang berjuang dari penyakit gagal ginjalnya. Bagi Supian, upaya ini adalah salah satu bentuk pelayanan nyata agar legitimasi, kewenangan, dan alokasi pemerintah benar-benar terasa kehadirannya oleh masyarakat.
Pada akhir diskusi, Chandra mengajak teman-teman muda untuk mengawal Pilkada di Kota Depok agar tidak terjadi kecurangan, politik uang, dan fitnah yang bertebaran. Menurut Chandra, dengan proses Pilkada yang bersih, proses perwujudan Kota Depok menjadi kota yang maju serta pancasilais, nasionalis, dan religius akan berjalan dengan lancar.
“Ya, kita bisa mewujudkan Kota Depok sesuai dengan tujuan dari Pancasila itu sendiri, yaitu kota Depok yang memberikan keadilan sosial bagi seluruh warganya,” tutup Chandra.
Teks: Naswa Dwidayanti K. dan Tri Handayani
Editor: Jesica Dominiq M.
Desain: Nabilah Sipi Naifah
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!