Logo Suma

Janji dan Realitas Tak Sejalan, BEM se-UI Serukan #CukupSatuTahun

Redaksi Suara Mahasiswa · 21 Oktober 2025
2 menit

Pada Senin (20/10), teriknya sinar matahari tak mampu memadamkan semangat ratusan massa aksi Universitas Indonesia (UI). Mereka turun ke jalan untuk memperingati satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran lewat aksi bertajuk  #CukupSatuTahun: Penderitaan dan Penindasan terhadap Rakyat. Aksi yang diinisiasi oleh Aliansi BEM se-UI ini bertujuan untuk mengembalikan demokrasi kepada rakyat.

Pukul 12.00 WIB, massa aksi UI mulai berkumpul di Lapangan FISIP UI untuk melanjutkan perjalanan ke Patung Kuda dan Istana Negara. Namun, keadaan justru tidak berpihak. Langkah mereka terhenti di depan gedung BSI, akibat barikade ketat aparat kepolisian yang menghalangi massa untuk mencapai lokasi sesuai rencana.

Meski dihadang oleh aparat, berbagai orasi tetap menggema. Salah satunya dari Vito Jordan, mahasiswa FIA UI, yang menyatakan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintahan Prabowo-Gibran. “Sangat jauh dari harapan semua orang. Bahkan di bawah harapan itu masih ada bare minimum-nya, dan itu pun masih jauh dari bare minimum-nya,” ujar Vito.

Menurutnya, kondisi pemerintahan saat ini tidak hanya gagal memenuhi ekspektasi, tetapi juga menunjukkan ketimpangan yang semakin nyata antara rakyat dan penguasa. “Sangat merugikan semua pihak yang ada di barisan rakyat dan hanya menguntungkan mereka yang punya kekuasaan,” lanjutnya.

Sementara itu, Diallo Hujanbiru selaku Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI turut menilai bahwa setahun pemerintahan Prabowo-Gibran justru dipenuhi kontradiksi antara janji dan realitas, serta diperparah oleh kinerja para pejabat yang tidak maksimum.

“Banyak sekali masalah-masalah itu disebabkan oleh orang-orang yang tidak tepat di pos jabatan tersebut,” tuturnya.

Sepanjang jalannya aksi, keadaan sekitar dipenuhi oleh berbagai poster dan spanduk yang mengekspresikan kekecewaan terhadap pemerintahan. Mereka menyoroti sejumlah persoalan seperti kasus keracunan program Makanan Bergizi Gratis (MBG), menyempitnya lapangan kerja, eksploitasi sumber daya alam, hingga meningkatnya tindakan represif dan militerisasi lembaga negara. Semua dianggap sebagai bukti kegagalan pemerintahan dalam mensejahterakan rakyat.

Namun, hingga pukul 18.30 WIB, tak satu pun perwakilan pemerintah muncul untuk mendengarkan aspirasi massa. Aksi pun terpaksa dihentikan demi keselamatan bersama, tanpa sempat mencapai titik utama di Patung Kuda dan depan Istana Negara.

Dalam aksi kali ini, Aliansi BEM se-UI membawa delapan tuntutan utama, diantaranya:

1. Hentikan represifitas dan kriminalisasi terhadap seluruh rakyat Indonesia, serta bebaskan semua massa aksi;

2. Cabut komando teritorial TNI dan laksanakan Reformasi POLRI;

3. Wujudkan sistem ekonomi yang progresif dan pro rakyat;

4. Wujudkan demokrasi sejati yang sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat;

5. Wujudkan reforma agraria sejati dan hadirkan ekososialisme yang berkelanjutan;

6. Wujudkan pendidikan gratis yang berkualitasCabut kebijakan anti-rakyat dan tegakkan hukum berkeadilan.

7. Ciptakan sistem kesehatan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat; dan

8. Cabut kebijakan anti-rakyat dan tegakkan hukum berkeadilan.

Teks: Putu Sekarasri Upadani

Editor: Dela Srilestari

Foto: Dimas Azizi

Desain: Kania Puri A. Hermawan

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!