Untuk meningkatkan kepercayaan dan peran media dalam pemberitaan terkait pertahanan dan keamanan, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menggelar Media Day sebagai salah satu rangkaian kegiatan Misi Pegase 2024. Sebanyak 147 awak media menghadiri kegiatan yang terselenggara di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma pada Rabu (24/07) tersebut. Bersama rekan-rekan media lainnya, Suara Mahasiswa Universitas Indonesia (Suma UI) berkesempatan untuk menyaksikan dan mendokumentasikan secara langsung sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) milik AU Prancis (French Air and Space Force/FASF). Tidak hanya itu, Suma UI dan para perwakilan media juga mengikuti joy flight menggunakan pesawat angkut militer bersama para kru FASF.
Misi Pegase merupakan agenda tahunan Prancis berupa kunjungan ke negara-negara mitra di kawasan Indo-Pasifik. Sebagai salah satu negara mitra, Indonesia sudah menerima kunjungan Misi Pegase sejak tahun 2022. Pada kunjungan kali ketiganya ini, FSAF akan singgah di Jakarta selama delapan hari, mulai dari 20—27 Juli 2024.
Sehubungan dengan misi tersebut, FSAF memboyong sejumlah alutsista-nya ke Lanud Halim Perdanakusuma secara bertahap sejak 20 Juli lalu. Berdasarkan liputan Suma UI di Media Day kemarin, alutsista yang datang ke Indonesia berupa tiga jenis pesawat militer, yaitu pesawat tempur Rafale, pesawat angkut Airbus A400M Atlas, dan pesawat tanker Airbus A330 MRTT. Adapun ketiga jenis tersebut merupakan jenis yang sama dengan pesawat-pesawat militer yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, TNI AU dan FSAF menggelar Media Day agar dapat melibatkan media sebagai perwakilan masyarakat Indonesia untuk melihat lebih dekat dan mengetahui secara langsung ihwal penampilan dan kemampuan dari ketiga jenis pesawat tersebut.
Demi mencapai tujuan tersebut, TNI AU mewadahi keterlibatan awak media melalui beberapa kegiatan. Sebagai pembuka, media mendapatkan suguhan objek liputan berupa sebuah pesawat tanker A330 MRTT, dua buah pesawat tempur Rafale, dan tiga buah pesawat angkut Airbus A400M yang terparkir di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma. Setelah itu, salah satu pesawat tempur Rafale mengambil perhatian para undangan dengan melakukan taksi (taxiing) di landasan pacu.
Tidak sampai di situ, FSAF juga mengajak para awak media untuk lebih mengenal pesawat angkut Airbus A400M dengan melakukan “wisata keliling” di dalamnya. FSAF pun aktif berinteraksi dengan awak media, mulai dari memberikan penjelasan-penjelasan terkait pesawat angkut Airbus A400M, menjawab pertanyaan-pertanyaan, hingga mendampingi rekan-rekan media selesai berkeliling.
Dari semua itu, kegiatan yang paling berharga bagi para awak media adalah kesempatan untuk mengikuti joy flight bersama FSAF menggunakan pesawat angkut Airbus A400M. Kegiatan ini menjadi berharga karena hanya 30 rekan media terpilih yang dapat menjajal pesawat militer Prancis tersebut selama sekitar dua jam di ruang udara. Selain berpeluang mendapatkan objek foto yang menarik dari ketinggian, ketiga puluh orang itu juga dapat menyaksikan atraksi pesawat tempur Rafale yang bermanuver di sekeliling pesawat angkut Airbus A400M.
Misi Pegase: Sarana Latihan dan Proyeksi Kekuatan
Di sisi lain, ketika joy flight masih berlangsung di udara, FSAF dan TNI AU menggelar konferensi pers bersama awak media lainnya. Melalui konferensi pers tersebut, Guillaume Thomas selaku Brigadir Jenderal FSAF dan Komandan Misi Pegase 2024 menyebutkan bahwa Misi Pegase ke Indonesia secara khusus bertujuan untuk memperkuat kerja sama pertahanan udara ke udara (air to air) antara Prancis dan Indonesia. Secara umum, Thomas juga menyebutkan bahwa Misi Pegase bertujuan untuk menjalankan kerangka hukum internasional agar kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan stabil dapat terjamin.
Sebagai informasi, selain memiliki wilayah di benua Eropa (France métropolitaine), Prancis juga memiliki beberapa teritori di luar benua Eropa (France d’outre mer), seperti Pulau Reunion di Samudera Hindia, Guyana Prancis di Amerika Selatan, Kaledonia Baru di timur Papua Nugini, serta beberapa pulau lainnya di wilayah Karibia, Samudera Pasifik, dan Samudera Hindia.
Mayor Alban selaku perwakilan dari Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, Timor Leste dan ASEAN menambahkan bahwa giat Misi Pegase merupakan langkah bagi Prancis untuk melakukan proyeksi kekuatan (power projection), “... ada Prancis di area (Indo-Pasifik) ini. Oleh karena itu, [tujuan] Misi Pégase yang pertama itu power projection, di mana kami bisa kirim aset-aset di tempat-tempat seperti itu.”
Dalam sesi wawancara bersama Suma UI, Gerry Soejatman selaku pengamat penerbangan menyebutkan tujuan lain dari Misi Pegase 2024 ini, yaitu sarana latihan. Menurutnya, wilayah kedaulatan Prancis yang tersebar di berbagai belahan dunia menyebabkan militer Prancis harus dapat merespons dengan cepat jika ada serangan di salah satu wilayahnya.
“Itu (wilayah di luar Eropa) merupakan bagian integral dari negara Prancis. Jadi, bukan dibilang teritori koloni, tapi itu bagian dari negaranya. Mereka harus bisa memberikan pertahanan di situ. Kalau, misalnya ada indikasi agresi terhadap salah satu wilayah mereka, maka mereka harus bisa dengan cepat melakukan deployment ke sana,” jelas Gerry.
Tidak Sekadar Membeli, Indonesia Harus “Eksploitasi” Kemampuan Pesawat
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, pemerintah Indonesia telah melakukan pemesanan dua dari tiga jenis pesawat militer yang hadir dalam Misi Pegase 2024, yaitu 42 pesawat tempur Rafale dan sejumlah pesawat angkut Airbus A400M. Adapun pemesanan dalam jumlah besar tersebut merupakan langkah pemerintah untuk memodernisasi alutsista TNI AU.
Mengenai hal itu, Gerry berharap agar Indonesia tidak sekadar membeli, tetapi bisa menggunakan kemampuan pesawat-pesawat itu secara penuh, “Kita harus exploit kemampuan pesawat-pesawat yang kita miliki, ya. Jadi, jangan mentang-mentang kita baru beli, kita [hanya] jadiin [pesawat-pesawat itu sebagai] pajangan.
Lebih lanjut, Gerry memberikan beberapa contoh ihwal penggunaan alutsista secara efektif. Gerry menyarankan agar TNI AU dapat menggunakan pesawat angkut Airbus A400M dalam misi evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dan menggunakan pesawat tempur Rafale dalam misi mengitari Indonesia.
“Misalnya, ada misi evakuasi, kayak kemarin ada request untuk evakuasi WNI dari Bangladesh. Hal-hal kayak begitu bisa kita gunakan [pesawat angkut Airbus A400M]. Jadi, gak cuma pakai [pesawat] 737 [milik] TNI-AU yang range-nya cukup pendek. Kalau untuk Rafale sendiri, paling nggak, kita bisa melakukan deployment keliling indonesia, khususnya Indonesia bagian barat dan bagian timur,” jelasnya.
Sebagai penutup, Gerry juga berpesan agar pemerintah, terutama TNI, bisa memaksimalkan penggunaan seluruh alutsista baru yang dipesan, termasuk pesawat C-130J-30 Super Hercules yang baru tiba di Indonesia beberapa waktu lalu, “Karena ini pesawat bisa dibawa ke mana-mana, jadi gak harus ngandang (berdiam) di base-nya terus.”
Teks: Farhan Nuzhadiwansyah
Editor: Jesica Dominiq M.
Foto: Farhan Nuzhadiwansyah
Desain: Ferre Reza Putri
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!