Kampus Merdeka: Bukan Hal Baru di UI

Redaksi Suara Mahasiswa · 3 Mei 2021
4 menit

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tahunnya, sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas dan menyadarkan urgensi pendidikan di Indonesia. Di Indonesia sendiri, sistem pendidikan memiliki jalinan yang kuat dengan sistem kurikulum. Semenjak awal tahun 2020, hadir kurikulum baru bagi jenjang pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu Kurikulum Kampus Merdeka. Memperingati Hari Pendidikan Nasional ini, kami menyusun artikel mengenai implementasi kurikulum baru ini di UI.

Kurikulum Kampus Merdeka telah memasuki semester kedua di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Pada semester pertama di UI, implementasi dari kurikulum baru ini diterapkan dan cukup mendapatkan sambutan yang baik dari para dosen maupun mahasiswa.

Kurikulum Kampus Merdeka adalah program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Dilansir dari Kompas.com, Nadiem mengatakan konsep Merdeka Belajar berasal dari filsafat Ki Hadjar Dewantara, yaitu kemerdekaan dan kemandirian. Program ini dicanangkan di awal tahun pembelajaran 2020-2021 dan banyak menarik atensi publik. Kampus Merdeka dirancang untuk menjawab tantangan global terhadap perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan kemajuan teknologi di era industri 4.0. Perubahan tersebut dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang beralih menjadi online, mulai dari kegiatan di bidang pendidikan hingga dunia kerja.

Melalui program ini, perguruan tinggi dituntut dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa tidak hanya memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi juga keterampilan yang optimal dalam bidangnya masing-masing serta relevan untuk dunia pasca kampus mereka nantinya.

Implementasi Kampus Merdeka di UI
Lalu, apa sebenarnya Kurikulum Kampus Merdeka? Andrinof Chaniago, dosen Ilmu Politik FISIP UI mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan reorientasi pendidikan dengan lebih berbasis pada potensi individu untuk berkembang. Selain itu, Kampus Merdeka juga memiliki gagasan untuk menyempurnakan metode belajar dan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan.

Salah satu implementasi Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka adalah memberikan hak belajar tiga semester di luar program studi kepada mahasiswa sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020. Hak tersebut tertuang dalam delapan bentuk kegiatan pembelajaran yang ditawarkan: (1) pertukaran pelajar, (2) magang/praktik kerja, (3) asistensi mengajar di satuan pendidikan, (4) penelitian/riset, (5) proyek kemanusiaan, (6) kegiatan wirausaha, (7) studi/proyek independen, (8) membangun desa/kuliah kerja nyata tematik. Dengan adanya kurikulum ini, mahasiswa diharapkan dapat membangun pengetahuan dan keterampilan dari sumber-sumber pengetahuan di mana pun, tidak terikat pada satu tempat saja.

Bagi UI, implementasi kurikulum Kampus Merdeka bukanlah hal baru. Menurut Untung Yuwono, Ketua Prodi Indonesia, UI telah menerapkannya pada kurikulum terdahulu dengan mengadakan mata kuliah pilihan yang dapat diambil oleh mahasiswa tidak hanya di prodi atau fakultas asal mahasiswa itu, tetapi juga di prodi lain dan fakultas lain. Tak hanya dalam kampus mata kuliah pilihan ini dapat diakses oleh universitas lain, termasuk luar negeri melalui program pemerolehan credit earning. Jadi, kehadiran Kampus Merdeka akan meningkatkan cakupan wilayah dari kurikulum terdahulu.“Istilah UI ‘menerobos sekat-sekat pengetahuan’ yang pada masa lalu hanya bersumber pada satu program studi atau, dengan kata lain, belajar di prodi sendiri atau di fakultas sendiri. Dengan kurikulum Merdeka Belajar, kesempatan menerobos sekat-sekat pengetahuan itu diperluas lagi,” tegas Untung Yuwono.Rifky Arif Yuliantono, mahasiswa FT UI angkatan 2019, juga menyadari bahwa UI telah menerapkan kurikulum terdahulu yang serupa dengan kurikulum Kampus Merdeka. Pada semester lalu, ia mencoba mengambil mata kuliah di fakultas lain, tetapi gagal karena kehabisan kuota.

“Setahu gue kan Kampus Merdeka itu kayak kita boleh ngambil mata kuliah jurusan lain walaupun bukan jurusan kita. Dan itu sebenernya udah ada di UI sejak dulu, kita namanya matkul belanja dan gue pun pernah ngambil matkul psikologi kemaren. Cuma ya gagal juga sih karena kuotanya udah penuh,” jelas Rifky saat dihubungi via pesan singkat. Menurutnya, secara tidak langsung UI sudah merdeka sejak sebelum adanya konsep Kampus Merdeka.

Evaluasi Kampus Merdeka
Meskipun UI telah lama menerapkan kemerdekaan dengan memberikan kesempatan untuk memilih mata kuliah di luar program studi, kemerdekaan ini sering kali tidak dapat dinikmati dengan tenang. Pasalnya, mahasiswa harus memperebutkan mata kuliah yang diinginkannya karena kuota tiap kelas sangat terbatas. Itu pula yang dikeluhkan oleh Aulia Nur Fadhilah, mahasiswa Fasilkom UI angkatan 2020.

“Nggak, belom pernah (mengambil mata kuliah eksternal—red) nggak kebagian pas siak war kemaren, lagian kuotanya juga dikit banget,” ujar Aulia.

Pihak kampus dan para pengajar menyadari masih banyak hal yang harus dibenahi agar tujuan Kurikulum Kampus Merdeka tercapai. Untung Yuwono mengatakan pihak kampus dan para pengajar akan melakukan evaluasi. Ia menambahkan, hasil dari Kurikulum Kampus Merdeka baru akan terlihat 4-5 tahun lagi.

“Tentu ini akan kami evaluasi, apa-apa yang kurang akan dibenahi. Sementara hasil kurikulum baru bagi pemangku kepentingan baru akan terlihat 4-5 tahun ke depan setelah ada lulusan yang dihasilkan dari kurikulum baru dan berkarya di institusi pemangku kepentingan.”

Pendapat senada dikemukakan Andrinof Chaniago, ia mengatakan bahwa dalam suatu kebijakan publik terdapat tahap awal untuk fase uji coba. Suatu kebijakan tentunya tidak langsung berlaku final, melainkan harus dijadikan uji coba lalu dievaluasi untuk disempurnakan.

“Tidak jarang juga kebijakan itu ditarik kembali, ada juga, bisa terjadi. Bisa juga disempurnakan dan yang disempurnakan itu paling sering. Nggak ada itu ide yang jalan lalu seterusnya jalan seperti ide awal, biasanya ada evaluasi dan setelah diuji cobakan itu ada temuan-temuan baru.”

Program Kampus Merdeka ini banyak mendapat respons positif dari kalangan mahasiswa. Harapannya mereka tidak hanya mendapat pengetahuan, tetapi juga dapat mengasah soft skill dan mengeksplor diri lebih lagi dengan adanya kurikulum ini.

“Jujur gue seneng banget sih liatnya kayak berkembang dan beda aja gitu dari sebelumnya, gue bahkan belum ngeliat sisi negatif dari programnya jadi masih excited banget.” Selanjutnya, Rifky juga berpendapat bahwa program ini merupakan sebuah jalan kemajuan bagi kampus selain UI.

Dengan adanya program-program experiential learning, diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya. Sehingga, konsep Merdeka Belajar - Kampus Merdeka dapat membantu mahasiswa meningkatkan kompetensi dirinya, baik soft skill maupun hard skill, agar lebih siap menghadapi kebutuhan zaman serta mempersiapkan lulusan sebagai pemimpin bangsa yang unggul dan berkepribadian.

“Bagus sepertinya, banyak banget pilihan buat lebih eksplor diri, apalagi kalo udah semester atas, banyak peluang dan kesempatan yang bisa diambil buat ngasah soft skill dan pengetahuan baru yang nantinya bakal berguna buat kehidupan perkuliahan dan pascakampus,” jelas Aulia.

Teks: Andika Dwi Cahya, Arnetta Nandy, Michella Puteri, Rahayu Zahra
Foto: Istimewa
Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas dan Berkualitas!