(Kapan) Berpuas Diri
penyihir tawarkan kerlap dalam resap
ada sesuatu ini di ruang gelap
sebab mata jadi sembab
lebam luka terjerembab
mau dipetik satu buah kontemplasi
dari malam perpanjangan
setelah seratus delapan puluh hari
tanpa bulan dan mentari
psike ini masih berawan
usut temuan
sekedar penuntun persimpangan
mencari
pada telaga penyuci
lalu si penegak, bumi
pada api pengisi
dan badai pelenyap kisi
sesukma paripurna mana bisa
olehnya utuh bukan bagian patuh
enggan kalah ajukan sela:
betul tidak bisa sebulatnya
tetapi mendekati lingkar bisa
persempit satu depa
sampai nyaris tak ada sisa
habis terlahap jiwa
merengkuh seluruh
demi dunia yang luluh
entah sampai kapan lagi
ruang gelap ini mematri
Di ruang-ruang jiwa kalian
di ruang-ruang jiwa yang menganga
tanpa pintu tapi dengan jendela
menguar bau keterasingan
beradius kilometer pembuangan
pemiliknya belum juga ditemukan
meski kita telah berkeliaran
di terasnya di pekarangannya
pohon beringin di sisinya
dan jalan setapak terputusnya
kita mengintip dari dua kotak udara
dengan kaca tentunya
bahkan sinar tawar-menawar
menyoroti cuma sekadar
tak mau semua sadar
di ruang-ruang jiwa yang terbuka
dengan pintu tanpa jendela
kali keberapa bingung melanda
kita terperangkap
dibungkus sesakan harap
bahwa di ruang-ruang jiwa itu
mesti ada pintu dan jendela
Tempat berlari, bukan berpulang
cermin bisa lihat
kesekian hasratmu
mau pelukku
pancaran jari-jarimu
kelindan bergeliat
kemana aku pergi
antara punggung panggung
dan hampa rupa
masih ada selang ruang di sana?
tempatkan untukku
bahkan kalau tiada
siapapun di sana
bahkan kalau ada
pun lupa di mana
Penulis: Candisa Azzahra (FIB UI)
Ilustrasi: Anggit P.
Editor: Nada Salsabila
Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!