Kedatangan Ma'ruf Amin dan Tidak Proporsionalnya Jumlah Kursi di Wisuda UI

Redaksi Suara Mahasiswa · 22 September 2023
4 menit

Ratusan wisudawan berwajah semringah tersirat lelah dengan mengenakan toga dan jubah wisuda terlihat memenuhi area Balairung pada Kamis (21/09). Wisudawan-wisudawan itu berasal dari Rumpun Sosial dan Humaniora (Soshum) serta Pendidikan Vokasi yang mendapatkan giliran wisuda hari pertama.

Tahun ini, jadwal wisuda UI dibagi menjadi tiga hari untuk menghindari padatnya wisudawan. Hari pertama dimulai oleh Program Sarjana Rumpun Soshum dan Pendidikan Vokasi, disambung pada hari kedua Program Sarjana Rumpun Sains dan Teknologi (Saintek) serta Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), dan ditutup dengan Program Pascasarjana Profesi, Spesialis, Magister dan Doktor di hari terakhir (23/09).

Saat prosesi wisuda, disebutkan beberapa nama wisudawan terbaik dari masing-masing fakultas. Dari Fakultas Hukum (FH) yaitu Rizka Chairunnisa, Raaf Muhammad Jay Heriyantoro, dan Aliifah Nazeeya; dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yaitu Gabriella Caryn Nanda dan Mora Nita Setyana; dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yaitu Dyah Pitaloka dan Cahaya Aanisah; dari Fakultas Psikologi (FPsi) yaitu Umar Hifzhulhaq Sulaiman dan Rania Azzahra; dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yaitu Mudhya Razanne Tiara dan Kania Zillan Zalila Musridharta; dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) yaitu Hafdh Nadhor Tsaqib; dan terakhir dari Program Pendidikan Vokasi yaitu Fairuz Zahra Ikhsan, Aisyah Muftian Mursyid, dan Adela Salsabila Rajela.

Pemilihan Hari Tidak Strategis dan Jumlah Kursi Tidak Proporsional

Afif, wisudawan asal FIB yang diwawancarai oleh Suara Mahasiswa UI mengeluhkan sistem pelaksanaan kegiatan wisuda yang berlangsung saat hari kerja. Hal ini menurutnya sangat disayangkan karena beberapa sanak keluarganya yang ingin ikut merayakan euforia rangkaian wisuda tidak dapat hadir sebab bentrok dengan padatnya jadwal kerja.

“Kalau enggak salah kan baru semester ini yang wisuda itu tiga hari, dan weekday lagi, sangat disayangkan, sih, akhirnya jadi saudara yang ingin ikut buat datang jadi enggak bisa karena kerja kan. Paling kayak keluarga inti aja yang dateng,” ungkap Afif.

Selain itu, Afif juga mengeluhkan penempatan posisi tempat duduk para wisudawan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Hal ini karena terdapat beberapa wisudawan yang mendapatkan posisi tempat duduk di luar Balairung. Hal tersebut bagi Afif sangat menghalangi para wisudawan untuk menyaksikan kemeriahan dan penampilan yang ditampilkan di panggung pada Kamis lalu.

Beberapa fakultas yang mendapatkan penempatan posisi duduk di luar Balairung yaitu Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya (FIB) juga Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Justru, para orang tua maupun wali mendapatkan posisi tempat duduk di dalam Balairung yang menghadap langsung ke arah panggung dan tidak terhalang oleh atap genting. Afif sangat menyayangkan hal tersebut mengingat wisudawan perlu diutamakan terlebih dahulu untuk mendapatkan posisi tempat duduk yang sesuai.

“Kan, seharusnya yang diutamakan wisudawan dulu biar bisa ngeliat panggung. Jadi, kita malah yang FIB sama FEB tuh duduknya di luar dari Balairung,” keluh Afif.

Selain itu, penyebaran panitia protokoler dirasa kurang merata sehingga banyak tamu undangan yang tidak terarahkan. Hal ini diungkapkan oleh Fajar Maulana, salah seorang panitia konsumsi yang menganggap masih ada area yang kurang terawasi oleh protokoler.

“Iya soal nya kan aku di pos C kan. Pos C itu kayak protokolernya enggak ada, terus ada yang nanya-nanya ‘Ini area C1 dimana ya kak?’ Terus akhirnya (aku) nganterin (tamu undangan),” kisah Fajar.

Kepadatan dan keriuhan yang terjadi tak hanya sampai di situ saja, mobilisasi para tamu undangan pun terlihat membludak di sekitar pintu masuk dan keluar. Hal ini disebabkan lokasi pintu masuk dan keluar berlokasi di satu kawasan yang sama sehingga menimbulkan penumpukan orang di area tersebut.

“Pintu masuk dan keluar nya di pintu yang sama. Pintu keluar itu enggak ada. Jadi ada penumpukan orang-orang di situ doang. Apalagi penjagaan ketat ada paspampres gitu. Karena kan tadi ada banyak maba yang mau keluar cari minum. Nah, yaudah ngumpul nya di situ karena pintu masuk dan pintu keluar sama,” terang Fajar.

Fajar juga menambahkan bahwa adanya keterbatasan ketersediaan kursi bagi para tamu undangan menyebabkan beberapa tamu undangan terpaksa untuk berdiri di tengah panasnya Kota Depok pada siang hari. Bahkan, beberapa tamu undangan kehilangan kesabaran karena jumlah kursi yang disediakan tidak sesuai dengan jumlah tamu undangan yang datang.

“Tadi tuh ada bapak-bapak gitu enggak dapet kursi. Ada ibu-ibu yang udah tua enggak dapet kursi terus akhirnya pakai kursi panitia. Enggak tau deh itu emang dihitung atau enggak, soalnya banyak yang enggak dapet kursi. Terus aku dimarahin, ‘ini gimana sih, kita undangan kok enggak dapet kursi.’ Banyak yang enggak dapet tempat cuman berdiri doang,” tutur Fajar.

Kedatangan Ma’ruf Amin dan Paspampres

Tak hanya itu, beberapa wisudawan tidak diperkenankan memasuki area wisuda. Situasi ini bermula dari datangnya Ma’ruf Amin ke Balairung Universitas Indonesia untuk menghadiri acara wisuda putrinya. Kedatangan orang penting tersebut telah menggeser posisi wisudawan yang tidak kalah penting pada acara wisuda ini.

“Pengecekan dilakukan oleh Paspampres. Jadi, waktu Pak Ma’ruf Amin masuk ke dalam, gerbang ditutup. Bahkan, wisudawan enggak boleh masuk. Ada yang mau masuk lagi itu enggak boleh. Jadi, banyak yang di luar tadi.” ungkap Fajar.

Fajar menjelaskan bahwa keadaan semakin kacau ketika Ma’ruf Amin datang bersama Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Pasalnya, kendali yang seharusnya dipegang oleh panitia acara seketika berubah karena Paspampres mengambil alih kendali dengan pengamanan yang ketat.

Kendati prosesi yang memakan waktu dan tenaga, Kemal Azizi, wisudawan FH UI, mengungkapkan perasaan senangnya mengikuti acara wisuda hari itu. “Kalau ngikutin rangkaian wisuda dari awal, kan gue ikut Farewell FH UI dari pagi, jujur capek, cuma excited karena hari terakhir kalinya,” ujar Kemal.

Ia menuturkan bahwa kemacetan di hari pertama wisuda ini lebih terurai.

“Lebih efektif (sistem pembagian tiga hari), sih, dibanding (tahun) sebelumnya, tadi macet, cuma macetnya masih keurai jadi masih bisa drop off,” ucap Kemal.

Teks: Aulia Arsa A., Daffa Ulhaq, Wina Afriyani A.

FotoL Farrell Rafif

Editor: M. Rifaldy Zelan

Pers Suara Mahasiswa UI 2023

Independen, Lugas, dan Berkualitas!