Ketahui Yuk! Serba-Serbi Alat Kontrasepsi yang Beredar di Indonesia

Redaksi Suara Mahasiswa · 19 Desember 2021
8 menit

Penggunaan alat kontrasepsi masih dianggap tabu khususnya untuk perempuan yang belum berstatus kawin atau perempuan remaja. Padahal, akses terhadap alat kontrasepsi adalah hak kesehatan seksual dan reproduksi. Hal tersebut juga bermanfaat untuk mencegah KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) dan IMS (Infeksi Menular Seksual). Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa alat kontrasepsi yang umum dan legal untuk digunakan.

Alat kontrasepsi terbagi menjadi dua, yaitu alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Alat kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang digunakan untuk mempengaruhi level hormon dalam tubuh manusia, sedangkan alat kontrasepsi non hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang penggunaannya tidak mempengaruhi hormon dalam tubuh. Keduanya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya saja, alat kontrasepsi non hormonal seperti kondom, memiliki kelebihan dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Tetapi kekurangannya, bisa saja kondom terlepas ketika sedang melakukan kegiatan seksual hingga perasaan tidak nyaman bagi beberapa orang ketika menggunakan kondom. Sementara, alat kontrasepsi hormonal memiliki kelebihan tidak akan memengaruhi kenyamanan saat melakukan hubungan seks, tidak seperti kondom. Selain itu beberapa alat kontrasepsi hormonal dapat mengatasi berbagai gangguan kesehatan seperti mengatasi nyeri haid, mencegah kurang darah dan mencegah penyakit kanker. Tetapi kekurangannya, bisa saja memengaruhi hormon hingga menyebabkan perdarahan ringan ketika di awal menstruasi pasca penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Tentunya, setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam artikel ini, akan diulas serba-serbi mengenai alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang legal dan banyak beredar di Indonesia.

Alat Kontrasepsi Hormonal

  1. Pil KB

Pil KB adalah alat kontrasepsi hormonal yang sangat umum digunakan. Alat kontrasepsi ini berbentuk pil yang umumnya dikonsumsi sesuai jadwal yang dianjurkan dokter. Pil KB sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu Pil KB Kombinasi dan Pil KB Progestin. Pil KB Kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron ini memiliki cara kerja utama agar pelepasan sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium) dapat terhambat. Berbeda dengan Pil KB Kombinasi, Pil KB Progestin atau yang disebut juga sebagai Progesterone Only Pill (POP) ini hanya mengandung hormon progesteron. Fungsi dari Pil KB Progestin adalah mencegah sperma untuk mencapai sel telur dengan mengentalkan lendir di dinding rahim. Penggunaan Pil KB ini dapat memberikan hasil yang efektif jika dikonsumsi secara teratur setiap harinya. Namun, beberapa efek samping dari penggunaan Pil KB ini juga mungkin terjadi seperti mual, kenaikan berat badan, perubahan suasana hati, hingga perdarahan di luar masa menstruasi. Efek samping yang muncul dari penggunaan pil tersebut terkadang menjadi penghambat bagi pengguna untuk mengkonsumsinya secara teratur.

2. Intra-Uterine Device (IUD) Hormonal

IUD merupakan alat kontrasepsi berukuran kecil yang membentuk huruf T. Alat ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. IUD terdiri dari dua jenis, yakni IUD yang dilapisi tembaga dan IUD hormonal. Pada IUD hormonal terkandung hormon progesteron sintetis yang berfungsi untuk mencegah sperma membuahi sel telur. Penggunaan kontrasepsi ini membuat lendir serviks mengental dan membuat sperma kesulitan berenang di dalam rahim. Kelebihan penggunaan IUD salah satunya adalah dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang untuk satu kali periode, sehingga tidak perlu berulang kali pasang dalam waktu dekat. Adapun kekurangan IUD ialah letak posisi IUD yang berada di dalam rahim dapat berpindah, sehingga membuat para perempuan yang menjadi pengguna merasa tidak nyaman. Selain itu, pemasangan IUD dapat memberikan efek samping berupa kram dan pada saat menstruasi, maka akan menyebabkan perdarahan menjadi lebih banyak.

3. KB Suntik

KB Suntik adalah alat kontrasepsi yang penggunaanya dengan menyuntikkan hormon progestin ke dalam aliran darah dan dapat menghentikan ovulasi. Dilansir dari Alodokter, progestin adalah hormon yang serupa dengan progesteron dan diproduksi ovarium. Hormon ini bekerja dengan cara menghentikan pelepasan sel telur ke dalam rahim, sehingga mencegah terjadinya proses pembuahan. KB Suntik sendiri dibagi berdasarkan periode penggunaannya, yaitu suntik KB 3 bulan dan 1 bulan. Perbedaan antara  KB 3 bulan dengan 1 bulan secara garis besar terletak dari masa waktu kesuburan itu kembali. Untuk suntik KB 1 bulan, tingkat kesuburan dapat kembali normal dalam waktu yang relatif cepat dibandingkan dengan suntik KB 3 bulan, yaitu 3 bulan setelah suntikan dihentikan. Selain itu, suntik KB 1 bulan tidak terlalu berdampak pada siklus menstruasi sehingga penggunanya masih memiliki siklus haid yang teratur. Adapun biasanya suntik KB 1 bulan dan 3 bulan ini disuntikkan pada bagian tubuh tertentu, seperti bokong, lengan atas, bagian bawah perut, atau paha. Terkait kelebihan dan kekurangannya, kelebihan suntik KB sendiri yakni lebih praktis dibandingkan dengan minum pil KB karena tidak menghindari kemungkinan lupa meminum pil KB sebelum berhubungan seks. Selain itu, suntik KB juga menurunkan resiko terjadinya kehamilan ektopik (janin di luar rahim). Hanya saja, untuk kekurangannya, suntik KB dapat meningkatkan berat badan dan mengganggu masa subur.

4. KB Implan (Susuk)

Implan merupakan alat kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tabung plastik elastis kecil dan memiliki ukuran seperti korek api. Cara penggunaan implan ialah dimasukkan ke dalam jaringan lemak pada lengan bagian atas. Implan yang telah masuk ke dalam kulit akan mengeluarkan hormon progesteron yang dapat memberhentikan terjadinya ovulasi. Implan dapat bekerja hingga jangka waktu 3 tahun. Kelebihan implan ialah praktis digunakan, efektif mencegah kehamilan, dapat dilepas kapan saja, aman untuk ibu menyusui dan dapat kembali ke masa subur dengan cepat setelah dilepas. Kekurangannya adalah menimbulkan efek samping, tidak dapat mencegah penyakit menular seksual, tidak semua orang cocok, harus dikeluarkan setelah 3 tahun, dan implan mudah berpindah dari posisi semulanya.

5. Patch (Koyo KB)

Patch merupakan alat kontrasepsi yang penggunaannya ditempel pada tubuh bagian lengan atas, bahu, punggung, perut, atau pun bokong dalam keadaan kulit harus kering dan bersih. Patch juga dikenal sebagai koyo KB karena memiliki bentuk yang sama seperti koyo. Patch yang ditempelkan pada kulit akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron sintetis sehingga ovulasi dapat dihentikan. Patch hanya dapat bertahan selama satu minggu saja, sehingga penggunaannya harus diganti tiap minggu selama 3 minggu berturut-turut dan harus libur selama satu minggu. Kelebihan patch adalah penggunaannya sangat efisien, tahan air, dapat memberikan dosis hormon yang stabil dan sangat membantu wanita yang tidak dapat menelan pil KB. Patch memiliki efek samping beragam seperti, iritasi kulit, nyeri, nyeri payudara, nyeri haid, sakit kepala, mual atau muntah, sakit perut, perubahan mood, penambahan berat badan, pusing, jerawat, diare, kejang otot, kelelahan, retensi cairan, infeksi vagina dan keputihan. Oleh sebab itu, maka sebelum menggunakan patch diharap dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.


6. Cincin Vagina/Cincin KB

Cincin vagina merupakan alat kontrasepsi berbentuk cincin dengan ukuran lebar sekitar 2 inci dari bahan plastik yang lembut dan lentur. Cincin vagina digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam vagina selama 3 minggu dan akan dilepas selama masa menstruasi. Cincin ini akan merilis hormon estrogen dan progesteron sintetis ke dalam aliran darah. Kelebihan cincin vagina adalah mudah dipasang dan dilepas, tidak perlu dipasang setiap hari, dan tidak mempengaruhi hubungan intim. Kekurangannya adalah harus mengingat waktu pemasangan dan pelepasannya, dapat menyebabkan iritasi, keputihan, ketidaknyamanan di vagina, perubahan mood, sakit kepala, gangguan pada menstruasi, perdarahan ataupun spotting, kenaikan berat badan, dan tidak memberi perlindungan terhadap penyakit seksual menular.

Alat Kontrasepsi Non Hormonal:

  1. Intra-Uterine Device (IUD) Non Hormonal

Alat kontrasepsi non hormonal yang juga populer digunakan oleh perempuan ini memiliki sebutan lain yaitu Intra Uterine Device (IUD) atau sering disebut KB Spiral. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, IUD sendiri terbagi menjadi IUD yang dilapisi tembaga (non homonal) dan IUD hormonal. Bentuk kedua jenis alat kontrasepsi ini kurang lebih sama. Penggunaan dari alat kontrasepsi yang berbentuk seperti huruf T ini adalah dengan dimasukkan ke dalam rongga rahim. Nantinya, IUD non hormonal tersebut akan menghambat sperma untuk masuk ke sel telur. Salah satu alasan mengapa KB Spiral ini kerap diminati adalah jangka waktu penggunaannya yang dapat bertahan lama hingga 4 sampai 8 tahun. Meskipun demikian, para penggunanya juga harus tetap memperhatikan posisi IUD Hormonal tersebut dengan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi alat kontrasepsi tersebut akan berubah posisi yang dapat menyebabkan kehamilan tidak terduga. Beberapa kekurangan yang dimiliki KB Spiral ini di antaranya adalah tidak dapat mencegah terkena penyakit menular seksual dan menyebabkan menstruasi yang tidak teratur.

2. Kondom

Termasuk ke dalam kategori non hormonal, alat kontrasepsi yang satu ini juga kerap digemari lantaran memiliki berbagai kelebihan, baik untuk pemakainya maupun pasangan. Selain dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, penggunaan kondom juga dapat mencegah penularan penyakit kelamin seperti HIV dan kanker serviks. Kondom juga mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau. Tetapi, penggunaan dari alat kontrasepsi ini juga memiliki beberapa kekurangan di antaranya dapat menimbulkan alergi bagi sebagian pengguna, rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual, hingga menjadi limbah yang dapat merugikan lingkungan.

3. KB Permanen

Sebelum melakukan KB permanen ini, penting untuk berdiskusi kepada dokter terlebih dahulu karena dengan melakukan KB jenis ini, penggunanya tidak akan dapat memiliki keturunan. Tingkat efektivitas KB jenis ini mencapai 100 persen. Pada perempuan, KB jenis ini dinamai dengan tubektomi, sedangkan pada laki-laki, nama KB jenis ini adalah vasektomi. Tubektomi dilakukan dengan memotong atau menutup tuba falopi sehingga sel telur tidak dapat masuk ke rahim dan sperma akan terhalang untuk mencapai tuba falopi. Vasektomi pada laki-laki dilakukan dengan memotong saluran sperma (vas deferens) yang membawa sperma dari testis ke penis.

4. Spermisida

Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk krim, foam atau pun gel yang mengandung zat kimia nonoxynol-9 yang dapat membunuh sel sperma. Dapat digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi non hormonal lain, misalnya kondom. Tetapi penggunaanya juga bisa tanpa menggunakan alat kontrasepsi non hormonal lain. Kelebihan spermisida adalah harganya terjangkau dan mudah untuk digunakan. Kekurangannya ialah beberapa jenis spermisida harus dipakai 30 menit sebelum berhubungan seksual, dapat menyebabkan iritasi pada organ genital, masa perlindungan singkat, dan tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual.

5. Diafragma

Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran kecil yang terbuat dari silikon. Penggunaan diafragma dengan cara dimasukan pada bagian mulut rahim yang mana sebelumnya telah diberi spermisida terlebih dahulu. Biarkan diafragma di dalam vagina minimal 6 jam dan maksimal 24 jam setelah berhubungan seksual. Fungsi kontrasepsi ini untuk menghalangi sel sperma masuk ke dalam rahim serta menjaga agar spermisida tetap berada di dekat leher rahim untuk membunuh setiap sel sperma yang mencoba masuk ke area rahim. Kelebihan diafragma ialah harga yang murah, tidak mengganggu kesehatan, tidak mengganggu ASI, dan tidak mengganggu hubungan seksual. Sementara, kekurangannya adalah tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual, dapat menyebabkan infeksi saluran kencing dan harus dilepas ketika haid.

6. Cervical Cap

Alat kontrasepsi ini hampir sama dengan diafragma, namun ukurannya lebih kecil. Cervical cap biasanya digunakan bersama dengan spermisida untuk menutup rahim sehingga sperma tidak dapat masuk. Kelebihan cervical cap ialah harganya cukup terjangkau dan dapat digunakan sebanyak 2 kali. Untuk kekurangannya, cervical cap harus dilepas saat haid, pemasangan harus dilakukan oleh dokter, dan tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual.

7. Spons

Spons merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari busa plastik yang mengandung spermisida. Spons digunakan sebelum melakukan hubungan seksual dan digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam vagina. Cara kerja spons sendiri terbagi menjadi dua: pertama, spons menciptakan penghalang, secara fisik menghalangi sperma mencapai dinding rahim; kedua, bahan aktif yang terkandung dalam spermisida spons (nonoxynol-9) melumpuhkan sperma sehingga tidak bisa mencapai sel telur. Kelebihannya adalah alat untuk mengeluarkan spons tersedia di apotek dan efektif terhadap wanita yang belum pernah hamil. Kekurangan spons ialah terdapat efek samping berupa infeksi jamur, hanya dapat digunakan 1 kali, dan tidak disarankan untuk dipakai lebih dari 30 jam.


Teks: Rachelyn Maharani, Irvani Imbiri
Kontributor: Luthfi Sadra S, Allya Shafira
Ilustrasi: Adelia Febriyanti
Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!

Referensi:

Adrian, Kevin. (2019). KB Implan Bikin Gemuk, Ini Faktanya. Retrieved from https://www.alodokter.com/kb-implan-bikin-gemuk-ini-faktanya.

Adrian, Kevin. (2021). Ingin Memakai KB Implan (Susuk)? Pastikan Dulu di Sini. Retrieved from https://www.alodokter.com/ingin-memakai-kb-implan-pastikan-dulu-di-sini.

Anggraini, Dyah Novita. (2021). Metode-metode Kontrasepsi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya. Retrieved from https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3573034/metode-metode-kontrasepsi-beserta-kelebihan-dan-kekurangannya.

Bicara Kontrasepsi. (2021). Retrieved from https://www.bicarakontrasepsi.com/cincin-vagina.

Dwinanda, Reiny. (2020). 6 Jenis Alat Kontrasepsi Hormonal. Retrieved from https://www.republika.co.id/berita/qhawax414/6-jenis-alat-kontrasepsi-hormonal.

Hairunnisa. (2021). Tipe Alat Kontrasepsi dan Cara Kerjanya. Retrieved from https://lifepack.id/tipe-alat-kontrasepsi-dan-cara-kerjanya/.

Hapsari, Annisa. (2021). Pilihan Kontrasepsi Non Hormonal yang Bisa Anda Gunakan. Retrieved from https://hellosehat.com/seks/kontrasepsi/kontrasepsi-non-hormonal/.

Khusen, Denny. (2021). Alat Kontrasepsi pada Wanita: Kelebihan dan Kekurangannya. Retrieved from https://mayapadahospital.com/news/alat-kontrasepsi-pada-wanita-kelebihan-dan-kekurangannya.

Kurniawan, A. (2021). Pentingnya Alat Kontrasepsi untuk Cegah Kehamilan! Yuk, Ketahui Jenis-jenisnya. Retrieved from https://health.kompas.com/read/2021/09/26/090100668/pentingnya-alat-kontrasepsi-untuk-cegah-kehamilan-yuk-ketahui-jenis-jenisnya.


Putra, O. N. et al. (2021). ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO KNOWLEDGE OF ORALCONTRACEPTIVES AT SEVERAL PHARMACIES IN EAST SURABAYA. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol. 12; No. 1; Januari 2021. Halaman 17-27. Retrieved from https://journal.uniga.ac.id/index.php/JFB/article/download/1036/882 .

Prasanda, Aditya. (2021). Viral Koyo KB, Ini Fakta Medisnya. Retrieved from https://m.klikdokter.com/info-sehat/read/3653288/viral-koyo-kb-ini-fakta-medisnya.