Logo Suma

Ketua MWA UI Terlibat Krisis Internal: Syuriah PBNU Minta Gus Yahya Mundur

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 November 2025
2 menit

Isu internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mencuat setelah beredar informasi bahwa Rais Aam PBNU, Miftachul Akhyar, meminta Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) untuk mengundurkan diri. Informasi ini disampaikan dalam rapat harian Syuriah yang berlangsung pada Kamis (20/11) dan menarik banyak perhatian publik, terutama karena Gus Yahya juga baru-baru ini didesak mundur dari jabatan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI oleh UI Students for Justice in Palestine (UI SJP) September lalu.

Desakan Mundur dari Syuriah PBNU

Rapat harian Syuriah yang digelar di Hotel Aston City Jakarta dan dihadiri 37 dari 53 pengurus Syuriah menjadi titik krusial dalam dinamika internal PBNU. Dalam rapat tersebut, Rais Aam PBNU menyampaikan keputusan agar Gus Yahya mengundurkan diri dari posisi Ketua Umum PBNU. Keputusan ini dinilai sebagai langkah serius dari unsur Syuriah terhadap kepemimpinan Tanfidziyah dan menandai adanya perbedaan pandangan yang cukup tajam di tingkat pimpinan.

Dilansir dari Detiknews, Syuriah menyampaikan tiga alasan utama yang melatarbelakangi desakan tersebut, yaitu:

1. Keterlibatan Narasumber Terkait Jaringan Zionisme Internasional. Dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU), narasumber yang diundang dinilai bertentangan dengan nilai Ahlussunnah wal Jamaah dan Muqaddimah Qanun Asasi NU.

2. Pemenuhan Unsur Pelanggaran Pasal 8 Peraturan Perkumpulan NU No. 13/2025. Dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut memenuhi kategori tindakan yang mencemarkan nama baik perkumpulan dan dapat berakibat pada pemberhentian tidak hormat.

3. Indikasi Pelanggaran Tata Kelola Keuangan PBNU. Syuriah menilai terdapat potensi pelanggaran hukum syar’i, ketentuan perundang-undangan, serta AD/ART NU, yang dapat membahayakan keberlangsungan badan hukum organisasi.

Ketiga alasan tersebut memperlihatkan bahwa ketegangan yang muncul bukan hanya terkait perbedaan arah kebijakan, tetapi juga menyangkut aspek prinsipil yang dianggap menyentuh legitimasi dan tata kelola organisasi. Temuan inilah yang kemudian menjadi dasar Syuriah untuk mengambil langkah tegas dan mendorong terjadinya perubahan dalam kepemimpinan PBNU.

Rapat tersebut menghasilkan rekomendasi agar Gus Yahya mengundurkan diri dalam waktu tiga hari, dan jika tidak, Syuriah mengaku siap memberhentikan Gus Yahya dari jabatan Ketua Umum PBNU.

Posisi Gus Yahya di MWA UI

Penetapan Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua MWA UI periode 2024–2029 pada April 2024 kembali menjadi sorotan seiring mencuatnya dinamika internal PBNU. Sebagai lembaga tertinggi dalam tata kelola universitas, posisi Ketua MWA UI menuntut kepemimpinan yang intens dalam mengawasi arah kebijakan institusi, mulai dari akademik hingga hubungan kelembagaan.

Sorotan terhadap peran Gus Yahya di UI bukanlah hal baru. UI SJP, melalui akun resminya di X @uisjp_idn pernah mengajukan petisi pada September lalu yang mendesak pencopotan Gus Yahya sebagai Ketua MWA UI. Petisi tersebut menilai bahwa rekam jejak Gus Yahya beririsan dengan tokoh-tokoh yang dianggap kontroversial, termasuk keterlibatannya dalam pengundangan Peter Berkowitz ke beberapa forum, serta kunjungan ke Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada tahun 2018. UI SJP menilai rangkaian tindakan tersebut tidak selaras dengan nilai keadilan dan kemartabatan UI serta dianggap mencederai aspek pengabdian masyarakat dan pendidikan tinggi.

Walaupun tidak ada pernyataan resmi yang mengaitkan desakan mundur dari PBNU dengan posisinya di MWA UI, rangkaian konteks ini memperluas ruang diskusi mengenai efektivitas kepemimpinan lintas lembaga. Hingga saat ini, belum terdapat pernyataan lebih lanjut dari PBNU maupun MWA UI.

Teks: Nabila Azahra Anandira

Editor: Naswa Dwidayanti Khairunnisa

Foto: Istimewa

Desain: Aqilah Noer Khalishah

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!