Kudeta Militer Turki 1980: Sebuah Kudeta Berdarah yang Dibutuhkan

Redaksi Suara Mahasiswa · 23 Desember 2020
4 menit

By Anggara Alvin I

Kudeta militer merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh militer untuk menurunkan pemerintahan sipil yang berkuasa dengan cara kekerasan, alasan kudeta biasanya merupakan ambisi pemimpin militer tertinggi untuk mengambil alih kekuasaan demi keuntungan pribadi, keinginan untuk berkuasa, tetapi kudeta militer yang dilakukan pada tahun 1980 di Turki adalah karena para pemimpin militer merasa khawatir bahwa pemerintahan sipil telah gagal dalam menjaga kedamaian.

Kudeta militer di Turki pada tahun 1980 merupakan salah satu dari berbagai kudeta di Turki yang ada sejak awal berdirinya pada tahun 1922, tetapi kudeta militer di Turki pada tahun 1980 merupakan kudeta yang paling berdarah sepanjang sejarahnya Bangsa Turki di masa moderen  di mana sekitar 500.000 orang ditangkap dan 517 lainnya dihukum mati, kudeta Yang dipimpin oleh Jenderal Kenan Evren ini merupakan respons dari kekerasan politik yang melanda di Turki pada tahun 1976-1980, di mana kelompok kanan dan kiri saling melakukan aksi terrorisme, yang pada puncaknya mengakibatkan sekitar 5.000 korban jiwa dan sedikitnya 10 pembunuhan setiap harinya.

Kelompok nasionalis kanan yang berideologi Nasionalis Islamis dipimpin oleh milisi  Ultra-Nasionalis, Grey Wolves atau Bozkurtlar & Türk İntikam Tugayı atau  TIT melawan kelompok  kiri berhaluan Sosialis-Komunisme, berbagai pembantain Dan pembunuhan dilakukan oleh kedua belah pihak, di mana yang paling terkenal adalah pembantain di Alun-alun Taksim pada tahun 1977, Bahceliver dan Maras pada tahun 1978 yang menargetkan mahasiswa dan pendukung gerakan kiri. Pemerintah Turki yang pada saat itu dipimpin oleh Suleyman Demirel tidak dapat melakukan banyak hal dalam menghentikan kekerasan antar kelompok politik ini karena partainya (Adelet Partisi) sendiri kesulitan dalam mengeluarkan perintah untuk menghentikan kekerasan ini yang dikarenakan saling bersaingnya antar kelompok politik dari berbagai kelas sosial di Parlemen Turki yang menyulitkan untuk mengeluarkan sebuah kebijakan untuk menghentikan kekerasan antar kelompok ini yang terjadi di mayoritas kota-kota di Turki.

Militer Turki tidak hanya diam saja melihat situasi di Turki selama kekacaun pada tahun 1968-1980, para pemimpin militer Turki sudah merencanakan kudeta Militer sejak tahun 1979 ketika Jenderal Kenan Evren pada tanggal 11 September 1979 mulai merencanakan apakah sebuah kudeta militer  diperlukan atau hanya peringatan saja kepada pemerintah Turki untuk melakukan sebuah tindakan guna menghadapi kekacauan politik ini, Akhirnya diputuskan untuk melakukan sebuah peringatan pada Januari 1980 oleh para petinggi militer di Turki kepada pemerintahan sipil bahwa mereka dianggap telah gagal dalam menghadapi kekacauan politik di Turki selama tahun 1968-1980 dan militer akan bertindak. Pada Maret 1980, petinggi militer Turki menyarankan untuk melakukan kudeta secepatnya atau para perwira militer rendahan akan tergoda untuk menyelasaikan masalah ini dengan cara mereka sendiri, akhirnya diputuskan pada 7 September 1980 bahwa Kenan Evren dan 4 petinggi militer lainnya mereka akan melalukan kudeta militer pada tanggal 12 September 1980.

Pada pagi hari di tanggal 12 September 1980, para pemimpin militer Turki di Angkatan Darat, Laut, Udara dan Gendarmarie yang tergabung di Dewan keamanan Nasional (Milli Güvenlik Kurulu ) melakukan Coup D Etat kepada Pemerintahan Turki yang dipimpin oleh Jenderal Kenan Evren, di mana dia mengumumkan bahwa Angkatan bersenjata Turki telah melakukan kudeta terhadap pemerintahan Suleyman Demirel dengan alasan bahwa pemerintahya telah gagal dalam menghentikan kekerasan yang terjadi antar kelompok yang terjadi di jalanan di Universitas dan lembaga pendidikan, di mana dia menenkankan bahwa masyarakat menjadi terbelah karena kekerasan antarkelompok, Evren menekankan bahwa “militer mengambil alih fungsi pemerintahan yang gagal dalam menangani kekerasan dan menjaga kesatuan bangsa Turki”.

Militer Turki kemudian melakukan penangkapan kepada sekitar 650.000 orang dan menjatuhi hukuman mati kepada 517 orang, tetapi hanya sekitar 50 orang saja yang dihukum mati oleh pemerintahan, tetapi 171 orang lainnya mati karena disiksa selama di dalam tahanan. Kenan Evren kemudian membubarkan parlemen Turki dan menangkap para politisi, termasuk perdana menteri Suleyman Demirel.

Pemerintahan Militer Turki yang walaupun menangkap semua pihak dari kelompok kanan dan kiri, mereka lebih mengkhawatirkan bahwa Turki akan jatuh kepada kelompok kiri Marxis. Mereka mewajibkan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah dalam upaya untuk menangkal pengaruh kelompok kiri dan menghapus kebijakan sebelumnya yang melarang pendidikan agama Islam kecuali untuk para calon pemimpin agama.

Kenan Evren dan Dewan keamanan Nasional tetap mejalankan situasi darurat militer hingga tahun 1982 di mana dia menyetujui konstitusi baru yang disetujui oleh 90% suara dan pada 7 November 1982 dia terpilih menjadi Presiden Turki yang menjabat hingga tahun 1989. Kenan Evren baru disidang atas perannya di kudeta pada tahun 2012 bersama komandan Angkatan Udara Turki, Tahsin Sahinkaya, di mana pada tahun 2014 mereka dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tetapi mereka berdua tidak menjalaninya karena sudah berusia lanjut dan pada tahun 2015 mereka berdua wafat, Kenan Evren wafat pada tanggal 9 Mei 2015 pada umur 97 tahun.

Kudeta militer tahun 1980 adalah kudeta militer paling berdarah yang pernah ada di sejarah Turki sendiri sejak berdirinya hingga saat ini, kemudian efek paling terasanya adalah represi terhadap gerakan kemerdekaan dan identitas Bangsa Kurdi dan kembalinya agama Islam sebagai kekuatan politik di Turki.

Walaupun pada masa ini banyak dari masyarakat Turki sendiri yang mengutuk keras kudeta militer tahun 1980, kudeta militer tahun 1980 adalah sebuah kekerasan dan kudeta yang dibutuhkan oleh bangsa Turki itu sendiri, karena maraknya kekerasan antar kelompok kiri dan kanan yang menyebabkan parlemen pemerintahan Turki sendiri terpecah belah dan tidak dapat menghentikan kekerasan yang mengakibatkan 5.000 orang terbunuh, dan kita juga harus melihat bahwa pemerintahan Turki saat itu berada dalam posisi deadlock dengan para politisi di parlemen Turki tidak dapat menyetujui undang-udang atau upaya apapun yang bisa menghentikan kekerasan tersebut, ditambah pada masa itu Turki masih menganut sistem Demokrasi Parlementer, di mana setiap kebijakan harus disetujui oleh parlemen dahulu baru bisa dilaksanakan. Kenan Evren sendiri tetap mendukung kudeta tersebut sampai akhir hayatnya, beliau menyatakan:

“Semua kebebasan yang diberikan oleh demokrasi adalah untuk mereka yang percaya akan hal itu. Dapatkah hak dan kebebasan jutaan orang berbudi luhur yang percaya pada demokrasi dijaga jika mereka yang berusaha menghancurkannya, menyalahgunakan hak dan kebebasan untuk mencapai tujuan mereka?"

Kenan Evren juga menyadari bahwa mau tidak mau jika pemerintahan sipil tidak bisa menyelasaikan masalah ini, Turki bisa jatuh kepada pemerintahan berbasis kiri, yang mana Turki pada masa perang dingin menjadi bagian dari NATO dan di perbatasaanya terdapat Uni Soviet dan Bulgaria yang tergabung dalam Pakta Warsawa, ditambah dengan gerakan seksesionis Bangsa Kurdi yang dapat mengancam negara Turki.

Jadi menurut opini saya sendiri Kudeta militer Turki tahun 1980 yang dipimpin oleh Kenan Evren menghentikan kekerasan politik di Turki yang telah menelan ribuan jiwa dan berhasil menyelamatkan Turki dari kehancuran di dalam, walaupun dia harus mengotori tangannya dengan darah. Namun,  jika kita lihat lagi dengan kondisi di masa itu, maka tindakan itu merupakan sebuah kudeta berdarah yang diperlukan.

Sumber :
https://anfenglish.com/features/12-september-1980-the-military-coup-continues-today-46551

Sina Aksin A Brief History of Turkey

Penulis: Anggara Alvin I
Editor: Rifki Wahyudi
Foto: Istimewa