Mahasiswa FISIP UI Tampil Wakili Indonesia dalam Festival Du Sud di Eropa

Redaksi Suara Mahasiswa · 25 Mei 2023
3 menit

Dalam rangka menyebarluaskan kebudayaan Indonesia yang beragam dan kaya akan keindahan, 34 mahasiswa FISIP UI akan berangkat menjadi perwakilan Indonesia di Festival Du Sud yang akan dilaksanakan di Prancis dan Spanyol pada tanggal 16 Juli hingga 20 Agustus mendatang sebagai bagian dari program Misi Budaya.

Misi Budaya sendiri merupakan sebuah program kerja Komunitas Tari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (KTF FISIP UI) Radha Sarisha untuk berpartisipasi dalam festival tari dan musik berskala internasional dalam rangka melestarikan sekaligus mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Festival internasional yang telah rutin KTF FISIP UI ikuti adalah Festival Du Sud, di mana setiap tahunnya KTF FISIP UI mendapatkan undangan dari penyelenggara Festival Du Sud sejak tahun 2011 silam.

“Pada saat itu, kami (KTF - red) mendapat feedback yang bagus, baik dari penonton dan dari panitia penyelenggara festival. Maka, tahun berikutnya, yaitu di tahun 2012, KTF diundang kembali ke rangkaian Festival Du Sud di Eropa hingga sekarang,” tutur Mila, pelatih tari KTF yang akan ikut pergi bersama mahasiswa lainnya pada bulan juli mendatang.

Festival Du Sud telah menjadi pionir bagi festival seni dan kultur pop di Eropa dengan mengumpulkan penari serta musisi yang berasal dari 5 benua yang berbeda-beda untuk merayakan persahabatan antar bangsa. Program festival ini terdiri atas parade jalanan, pertunjukan jalanan, stan promosi negara, serta kesempatan menarik lainnya untuk tampil di fasilitas publik seperti rumah sakit, panti asuhan, sekolah, dan fasilitas lain.

Pada tahun ini, KTF telah menyiapkan 13 tarian dan 18 musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang diciptakan dan diturunkan oleh para pelatih selama beberapa generasi KTF untuk ditampilkan selama 1 bulan mendatang. Beberapa tari kreasi yang akan dibawakan adalah Tari Kembang Molek dari Betawi, Tari Enggang Lato dari Kalimantan, dan Tari Zapin Kasmaran dari Melayu, dan untuk tari tradisional yang akan dibawakan di antaranya ada Tari Ratoh Jaroe dari Aceh dan Tari Mambri dari Papua.

Tentu, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi KTF yang menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam acara ini. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa kebanggaan ini datang bersamaan dengan beban tanggung jawab yang besar. Trixie, seorang penari yang juga merangkap sebagai manajer KTF, mengungkapkan perasaan gundahnya dalam membawa nama baik Indonesia di skala internasional. Namun, alih-alih terbebani, Trixie dan teman-teman KTF lainnya mengubah rasa bertanggung jawab tersebut menjadi bahan bakar untuk menyiapkan penampilan terbaik bagi 50.000 penonton.

Dengan tanggung jawab besar, maka intensitas sesi latihan terus meningkat seiring waktu keberangkatan yang semakin dekat demi menyajikan performa terbaik mereka. Sebagai seorang mahasiswa, kesulitan untuk membagi waktu antara berlatih dengan kehidupan akademis kerap kali dialami oleh para mahasiswa ini selama proses persiapan.

Bintang, pemusik di KTF, merupakan salah satu peserta Misi Budaya yang memiliki kesulitan untuk menyeimbangkan kehidupannya. Bintang mengungkapkan bahwa ia memiliki kesulitan dalam membagi waktunya untuk belajar 18 musik baru dengan berbagai macam alat tradisional sekaligus belajar untuk Ujian Akhir Semester yang semakin mendekat. “Kehidupan ganda” ini juga dialami oleh teman-teman Bintang ketika harus mengimbangi perkuliahan dengan jadwal latihan.

Meskipun perasaan letih menggerus fisik mereka, latihan yang dilaksanakan setiap 5 kali dalam seminggu di salah satu gedung FISIP UI itu tetap terlaksana dengan hati yang gembira. Tidak jarang suara tawa dan beberapa gurauan terdengar ketika dahi sudah dipenuhi dengan peluh.

“Kalau rasa suka, kita sih senang melihat banyak (penari dan pemusik - red) yang enjoy di lingkungan KTF. Kita senang lihat banyak yang antusias belajar koreo baru, ketemu orang-orang baru,” jelas Andi, selaku sekretaris KTF FISIP UI.

Tidak hanya mengalami kendala untuk waktu persiapan, dana pun menjadi salah satu faktor kegundahan dari teman-teman Misi Budaya. Kegiatan mencari dana dengan melakukan fundraising terus dilakukan demi bisa menerbangkan 34 mimpi ke benua biru nan jauh di sana.

“Kita juga biasanya ngadain acara fundraising bareng-bareng. Terakhir itu kita (fundraising - red) di Lotte Avenue. Itu kita diundang oleh Jakarta Dance Week untuk meramaikan hari Tari,” tambah Andi.

Selain itu, KTF juga membuka kesempatan bagi para pegiat seni lainnya yang ingin mendukung keberangkatan Misi Budaya dengan cara mengajak khalayak umum untuk menyaksikan Gelar Pamit sebelum mereka berangkat ke Eropa. Gelar Pamit merupakan bentuk apresiasi KTF kepada delegasi, donatur, institusi, serta pihak-pihak lain yang telah mendukung Misi Budaya. Pagelaran ini diberi tajuk “Larung” dan akan dilaksanakan di Gedung Kesenian Jakarta pada 30 Mei mendatang. Gelar Pamit akan menampilkan 5 sampai 6 tari kreasi yang akan dibalut dengan unsur teatrikal serta diiringi dengan musik tradisional.

“Di sini kita (KTF - red) akan berangkat demi nama Indonesia, jadi kita berharap banget akan lancar, bisa mengharumkan nama Indonesia, lah. Jadi, kami juga berharap dukungannya dari banyak orang dengan menonton Gelar Pamit kami.” Tutup Bintang.

Tiket Gelar Pamit ini dapat dipesan melalui tautan bit.ly/TiketLarung2023 atau menghubungi Indah sebagai Narahubung dengan nomor telepon 082293384250.

Teks: Autri Charlotte

Foto: KTF UI

Editor: M. Rifaldy Zelan

Pers Suara Mahasiswa UI 2023

Independen, Lugas, dan Berkualitas!