Mahasiswa FMIPA UI Lakukan Edukasi Mitigasi Erupsi Gunung Berapi melalui Creative Hazard Education

Redaksi Suara Mahasiswa · 30 April 2023
3 menit

Dalam rangka menyebarluaskan edukasi mengenai mitigasi bencana erupsi gunung berapi, enam mahasiswa berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) berangkat menuju Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Gunung Putri untuk melaksanakan kegiatan ‘Creative Hazard Education: Mitigasi Erupsi Gunung Berapi’ pada Senin lalu (10/04).

Selama 12 tahun terakhir, angka bencana nasional di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2010, tercatat terjadi 1.945 bencana alam yang melanda Indonesia dan 12 tahun kemudian, angka ini menyentuh 3.531 peristiwa. Tahun 2021 lalu, Indonesia mengalami 5.402 bencana alam. Jumlah tersebut meningkat 16,17% dibandingkan pada tahun sebelumnya, sekaligus tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sayangnya, peningkatan jumlah bencana yang memakan korban ini tidak disertai dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi bencana alam.

Kegiatan ‘Creative Hazard Education: Mitigasi Erupsi Gunung Berapi’ merupakan bentuk rasa peduli mahasiswa FMIPA UI terhadap rendahnya wawasan masyarakat mengenai langkah-langkah mitigasi erupsi gunung berapi yang sering terjadi di Indonesia. Kegiatan edukasi ini didukung sepenuhnya oleh mata kuliah Geologi Lingkungan dan Kebencanaan yang dilaksanakan di FMIPA UI. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kelompok 4 dan 9 Creative Hazard Education pada mata kuliah tersebut.

Adapun rangkaian acara edukasi mengenai mitigasi ini meliputi pre-test, penyampaian materi yang dibagi menjadi tiga sesi, sesi tanya jawab interaktif guna memicu semangat dari para siswa, peragaan alat simulasi erupsi gunung berapi, serta ditutup dengan post-test. Sesi penyampaian materi yang dibagi menjadi tiga sesi tersebut meliputi deskripsi serta jenis-jenis gunung, fakta seputar gunung, serta tahapan mitigasi apabila terjadi erupsi. Intan dan Kaisha, salah dua mahasiswa program studi Geologi yang melaksanakan kegiatan ini, berpendapat bahwa materi-materi tersebut bersifat mendesak untuk ditanamkan pada masyarakat sejak dini.

Tentu terdapat beberapa kesulitan selama masa persiapan seperti sulitnya mengakses informasi mengenai sekolah dan lokasinya yang cenderung jauh dari ramainya hiruk pikuk Ibu Kota. Akan tetapi, hal ini tidak menghentikan keenam mahasiswa FMIPA UI tersebut untuk menyalurkan ilmu mereka kepada siswa yang telah hadir di ruang aula SMP N 1 Gunung Putri.

Kegiatan yang dilaksanakan selama 1 hari dengan durasi 2,5 jam ini berhasil menarik rasa penasaran yang besar dari anggota ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang terpilih menjadi delegasi sekolah mereka. Intan mengungkapkan kebahagiaannya kala para siswa SMP unggulan tersebut menunjukkan antusiasme yang tinggi.

Intan menyatakan pada awalnya ia sedikit pesimis terhadap persiapan kegiatan karena khawatir siswa tidak akan antusias. Namun, ketakutan Intan ternyata salah dan para siswa justru sangat antusias dalam menyimak materi.

Intan menjelaskan antusiasme para siswa dalam menyimak materi dapat terlihat ketika post-test dilakukan dan terdapat kenaikan poin siswa yang signifikan dibanding dengan poin pada saat pre-test. Hal ini membuktikan bahwa acara berjalan sesuai dengan tujuan utamanya dan tepat sasaran.

Selain karena pemaparan materi yang interaktif, antusiasme para siswa juga terpicu oleh alat peraga yang digunakan untuk membuat simulasi erupsi gunung berapi. Alat yang digunakan tersebut dibuat sendiri oleh keenam mahasiswa FMIPA UI ini dengan memanfaatkan alat dan bahan yang dapat ditemukan sehari-hari. Dengan menggunakan pompa untuk menciptakan simulasi naiknya magma ke permukaan bumi, serta air diffuser sebagai sumber asap buatan, mereka berhasil menarik seluruh perhatian siswa yang hadir di siang hari pada bulan Ramadhan itu.

Sebelumnya, Kelompok 4 dan Kelompok 9 mata kuliah Geologi Lingkungan dan Kebencanaan itu memiliki beberapa konsiderasi awal ketika memilih target audiens. Tingkat SMP dianggap sesuai karena rentang usia para siswa yang termasuk dalam kategori remaja awal dan merupakan usia yang paling tepat untuk menerima sebuah informasi baru.

“Kemarin kita pilih SMP karena kalau SMP sendiri kan anak-anaknya ngga sepolos SD tapi nggak se-advance SMA. Jadi, kita ngga perlu materi yang sangat terverifikasi atau bagaimana, tapi di sisi lain kita juga masih bisa agak mendalam dan nggak terlalu umum,” tukas Kaisha.

Intan dan Kaisha memiliki harapan bahwa ilmu yang telah mereka salurkan melalui para siswa tersebut dapat tersebar luas dan menjadi informasi yang bermanfaat sehingga dapat meningkatkan sifat waspada masyarakat Indonesia terhadap mitigasi bencana alam, terutama terkait dengan erupsi gunung berapi. Dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hal tersebut, diharapkan dapat mengurangi dampak bencana sehingga meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam merespons situasi darurat serta menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

“Materinya itu bukan hanya tentang peragaan erupsi aja, tapi tentang bencana alam dan dampaknya terhadap masyarakat serta cara mitigasinya bagaimana. (…) Kita nargetin tuh yang muridnya bisa nyebar infonya ke yang lain, gitu.” Tutur Kaisha dan Intan.

Teks: Autri Charlotte

Foto: Adinda Dienise

Editor: Dian Amalia A.

Pers Suara Mahasiswa UI 2023

Independen, Lugas, dan Berkualitas!