Logo Suma

Mahasiswa UI Tuntut Reformasi Polri

Redaksi Suara Mahasiswa · 30 Agustus 2025
2 menit

Pada Jumat (29/08), ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) turun ke jalan menuju Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan. Mereka menyuarakan kekecewaan dan kemarahan atas tindakan represif aparat kepolisian yang merenggut nyawa rakyat dalam demonstrasi sehari sebelumnya (28/08).

Aksi ini mengajak mahasiswa UI bersatu menegaskan sikap dan menuntut Polri menghentikan tindakan sewenang-wenang, menghormati hak asasi manusia, serta bertanggung jawab atas setiap pelanggaran yang dilakukan.

Rektor UI Tak Beri Sumbangsih Apapun untuk Aksi Massa

Lapangan FISIP (Lapfis) UI menjadi titik kumpul massa sekaligus pusat logistik sebelum keberangkatan menuju Polda Metro Jaya. Keberangkatan ini menggunakan sekitar 15 kendaraan umum, mulai dari kopaja, angkot, hingga kendaraan pribadi.

Pada aksi kali ini, mahasiswa UI memperoleh dukungan logistik dari publik berupa konsumsi, air mineral, masker, dan perlengkapan P3K. Namun, pihak rektorat UI sama sekali tidak memberi kontribusi apa pun.

Sesaat sebelum keberangkatan, Rektor UI Heri Hermansyah hanya memberikan imbauan agar aksi dijalankan secara tertib. Alih-alih mendukung dengan fasilitas kampus, seperti Bis Kuning (Bikun), ia hanya menekankan agar mahasiswa kembali ke kampus sebelum malam.

“Kalau ada yang disuarakan aspirasi[nya], silakan disuarakan dengan tata cara yang baik. Jangan anarkis dan kita berharap sebelum gelap mereka sudah kembali lagi ke kampus sehingga tidak kekurangan satu apapun,” kata Rektor UI melalui pengeras suara kepada massa aksi.

Hal senada disampaikan perwakilan Direktorat Kemahasiswaan (Dirmawa) UI, Chandra, yang menegaskan bahwa aksi ini merupakan inisiatif mahasiswa.  “[Aksi massa] ini ‘kan, kegiatannya inisiatif dari mahasiswa. Kami pada prinsipnya menghargai inisiatif dari mahasiswa [dalam melaksanakan aksi],” katanya.

Tuntutan BEM Kuning UI dalam Aksi #AparatKeparat

Ketua BEM Kuning UI, Zayyid Sulthan (Atan), menyatakan bahwa aksi #AparatKeparat adalah konsekuensi dari kebijakan buruk pemerintah dan DPR, seperti kenaikan gaji anggota DPR hingga lebih dari Rp100 juta per bulan di tengah kondisi ekonomi rakyat yang sulit.

Amarah publik semakin memuncak setelah bentrokan buruh dengan kepolisian menewaskan dua orang, salah satunya pengemudi ojek online. Atan menegaskan aksi ini adalah bentuk solidaritas mahasiswa UI bersama rakyat.

“Pemerintah harus berbenah, baik dalam birokrasi, komunikasi dengan masyarakat, maupun dalam menanggapi rakyat. Sebab masyarakat adalah pemegang kedaulatan di negara ini,” tegas Atan.

Sementara itu, Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM Kuning UI, Bima Surya, menyatakan dirinya ikut turun ke jalan karena merasa hak asasinya dilanggar oleh aparat pada aksi sebelumnya. Ia mengumumkan lima tuntutan utama:

  1. Polri bertanggung jawab atas penangkapan, kekerasan, dan pembunuhan terhadap massa aksi, khususnya pada Kamis (28/08).
  2. Mencopot Kapolda Metro Jaya dan Kapolri yang membiarkan represifitas terus terjadi.
  3. Menghukum anggota Polri yang melakukan kekerasan, penyiksaan, hingga pembunuhan.
  4. Membebaskan seluruh massa aksi yang ditahan tanpa alasan jelas.
  5. Melakukan reformasi institusional Polri secara besar-besaran.

Bima menutup pernyataannya dengan seruan agar kesewenang-wenangan dihentikan, hak asasi manusia ditegakkan, dan reformasi Polri diwujudkan.

Mahasiswa Duduki Polda Metro Jaya

Aksi mahasiswa UI bergabung dengan BEM SI Rakyat Bangkit, BEM SI Kerakyatan, BEM UPN Veteran Jakarta, aliansi mahasiswa lain, hingga ojek daring dan masyarakat umum.

Sejak pukul 16.00 WIB, massa memenuhi depan Polda Metro Jaya sambil berorasi dan meneriakkan “Pembunuh! Pembunuh! Pembunuh!” kepada Polri. Perwakilan Polri akhirnya muncul, meminta maaf atas tindakan represif dan berjanji akan bertanggung jawab kepada keluarga korban serta membawa kasus ini ke ranah hukum. Namun, jawaban tersebut tidak memuaskan massa.

Situasi memanas ketika mahasiswa berhasil membuka gerbang Polda Metro Jaya. Mereka menyampaikan tuntutan secara langsung, tetapi Polri hanya menanggapi bahwa aspirasi akan diteruskan ke pimpinan. Dialog pun ditutup sepihak oleh Polri. Geram, massa aksi membakar pembatas jalan, botol plastik, hingga pagar besi milik Polri. Api sempat membesar, namun akhirnya padam setelah diguyur hujan deras yang sekaligus membubarkan massa aksi.

Teks: Faizah Eka Safthari, Nadia Alyssa Putri

Editor: Dela Srilestari

Foto: Cut Khaira

Desain: Aqillah Noer Khalishah

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!