Memahami Cinta dalam Keluarga Disfungsional

Redaksi Suara Mahasiswa · 4 Juni 2021
3 menit

Judul film: Little Big Women
Sutradara: Joseph Hsu
Produser: Ching-Song Liao, Vivian Hsu
Genre film: Drama
Tanggal rilis: 5 Februari 2021 (Netflix)
Durasi: 123 menit
Pemain: Chen Shu-fang, Hsieh Ying-hsuan, Vivian Hsu, Sun Ke-fang, Ding Ning, Buffy Chen.

Sekilas tak ada yang aneh dengan keluarga Lin Xiu-ying (Chen Shu-fang). Lin adalah perempuan tangguh yang membesarkan ketiga putrinya seorang diri, salah satunya kini menjadi dokter bedah plastik di Taipei. Sementara itu, menantunya merupakan dokter onkologi terkenal di kotanya, Tainan. Lin menjalani hidup sehari-hari sebagai orang tua tunggal sekaligus sebagai pengusaha kuliner yang sukses.

Menjelang perayaan hari jadinya yang ke-70, kabar duka datang tiba-tiba. Tak terbayangkan oleh Lin sebelumnya, suaminya meninggal di hari ulang tahunnya. Hari-hari berikutnya menjadi tidak mudah untuk dihadapi. Pasalnya, sang suami sudah puluhan tahun meninggalkan Lin dan anak-anak mereka. Begitu kembali, Chen Bochang sudah dalam keadaan terbujur kaku. Luka lama yang selama ini ditutup-tutupi dengan tabah pun terkuak kembali. Kejadian duka ini mengumpulkan anak-anak Lin yang sudah dewasa: Ching (Hsieh Ying-xuan), Yu (Vivian Hsu), dan Jiajia (Sun Ke-fang). Ada satu cucu yang ikut datang, yaitu Clementine (Buffy Chen), anak Yu.

Meskipun Lin menanggapi kematian suaminya dengan dingin, ia tetap mengadakan rangkaian upacara pemakaman terbaik bersama keluarganya. Lin memperhatikan anak-anaknya berkabung seolah-olah ayah mereka tidak pernah mengkhianati mereka. Hal itu menghancurkan hati dan harga diri Lin. Jika mau hitung-hitungan jasa, Lin Xiu-ying sudah pasti menang. Chen Bochang lebih banyak dosanya ketimbang jasanya. Namun, kini ia mendapati anak-anaknya lebih memihak ayahnya. Ditambah anak bungsunya, Jiajia, akrab dengan pacar suaminya, Tsai Meilin.

Kasih sayang tulus ketiga anak Lin pada ayah mereka mungkin membingungkan sebagian orang. Sikap lempeng ketiga saudari ini turun juga ke Clementine, yang tak mempermasalahkan dosa-dosa kakeknya. Dia pun rajin menemani neneknya mengorek informasi tentang Meilin, sebagai satu-satunya perpanjangan tangan suaminya yang tersisa.

Apa yang terjadi dalam keluarga Lin adalah hal yang lazim ditemukan pada keluarga disfungsional, yaitu ketidakmampuan anggota keluarga untuk berterus terang satu sama lain. Little Big Women menjelaskan perbedaan antara Lin dan anak-anaknya dalam menghadapi masa lalu, perjalanan Lin untuk berdamai dengan diri sendiri, dan bagaimana masing-masing anggota keluarga memahami pentingnya kejujuran.

Little Big Women tidak memiliki tokoh yang sepenuhnya baik atau jahat karena film ini memotret tokoh-tokohnya sebagai manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian, penonton mudah untuk bersimpati kepada setiap tokoh. Kelebihan lain adalah karakter antartokoh yang variatif, seperti ketiga anak Lin yang memiliki keunikan masing-masing.

Film sepanjang dua jam ini memiliki alur lambat, namun hampir tidak ada adegan yang tidak penting. Malahan, banyak adegan yang mengesankan, terutama saat film ini menunjukkan sisi komedinya. Karena akting yang baik pula, tanpa butuh banyak dialog, penonton dapat merasakan emosi tokohnya hanya dengan melihat ekspresi yang ditunjukkan. Meskipun begitu, kekurangan film terasa melalui adanya karakter yang muncul tiba-tiba dalam durasi yang terlalu sebentar. Karakter yang “numpang lewat” tersebut sebaiknya diperkuat oleh cerita pendukung secara lebih mendalam sehingga narasi menjadi utuh.

Sutradara Joseph Hsu mengangkat narasi ini dari kisah nyata yang dialami keluarganya—menjadikannya debut film panjang perdananya yang sukses menjadi Box Office di Taiwan. Sinematografi yang apik, akting para aktornya yang tanpa cela, dan narasi yang kuat adalah unsur-unsur yang menjadikan Little Big Women sebagai drama keluarga yang dapat menyampaikan pesan moralnya dengan baik. Keberhasilan ini terbukti melalui perolehan enam nominasi di ajang penghargaan film Golden Horse Awards pada 2020 lalu yang mengantarkan Chen Shu-fang (Lin Xiu-ying) sebagai “Aktris Utama Terbaik”.

Selain memperoleh penghargaan, film ini juga menuai pujian dari berbagai ulasan di media, termasuk oleh kritikus film lokal, Cinecrib. Ia mendeskripsikan film ini sebagai “Suara Hati Istri ala Taiwan, tapi lebih oke dan sinematik” serta “Salah satu drama keluarga terhangat tahun ini”. Sayangnya, sejauh ini Little Big Women belum tayang di bioskop Indonesia dan hanya bisa dinikmati melalui layanan streaming film Netflix.

Dari berbagai respons positif dan kemasan ceritanya yang menarik, film mengenai keluarga disfungsional ini cocok ditonton untuk menyelami kompleksitas keluarga dalam perjuangan merelakan masa lalu. Akhirnya, sebagaimana yang tercermin dalam potongan lirik lagu kesukaan Lin, “Masa lalu bagaikan awan, sulit kau enyahkan”.

Teks: Nadia Fourina
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!