Memaknai Setiap Peristiwa secara Lebih Luas

Redaksi Suara Mahasiswa · 21 Agustus 2021
3 menit

Judul buku: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Penerbit Republika
Tahun terbit: 2009–2016

Rembulan Tenggelam di Wajahmu merupakan salah satu karya dari penulis kenamaan Indonesia, yaitu Darwis, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye. Buku ini juga menjadi best seller di Indonesia dan diangkat menjadi film layar lebar sebagaimana karya Tere Liye lainnya. Beberapa karya Tere Liye yang pernah diangkat menjadi film layar lebar adalah Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Baik dalam bentuk buku maupun film, keduanya mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari ciri khas Tere Liye yang selalu menyelipkan moral kehidupan seperti rasa syukur dalam karyanya dan dituangkan dalam cerita seru dan mudah dipahami.

Buku ini bercerita mengenai alasan peristiwa baik maupun buruk yang dialami oleh anak manusia. Bahwa setiap peristiwa memiliki penyebab masing-masing dan bahkan dapat saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Bahwa apa yang kita lihat dan rasakan, nyatanya bukan merupakan fakta sesungguhnya. Bahwa sebagai seorang hamba, manusia tetap memiliki pengetahuan terbatas dalam memahami arti kehidupan itu sendiri. Bahwa dalam setiap peristiwa yang dialaminya, manusia memiliki dua pilihan dalam menentukan point of view, yakni melalui sudut pandang yang baik atau buruk.

Rembulan Tenggelam di Wajahmu bercerita tentang perjalanan kehidupan pria berumur enam puluh tahun, Rehan Raujana atau Ray. Seorang Pria pemilik kongsi bisnis terbesar yang pernah ada, pria pemilik imperium terbesar yang menggurita. Saat terbangun dari kondisi sekaratnya di rumah sakit, Ray diberikan kesempatan oleh seorang pria berwajah menyenangkan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan. Lima pertanyaan. Lima Jawaban.

Pertanyaan pertama, “Mengapa Aku harus menghabiskan masa kanak-kanak di panti asuhan? dan mengapa harus panti asuhan ini?”. Pertanyaan ini tidak lepas dari kenangan tidak menyenangkan yang dirasakan Ray dan teman-temannya di panti asuhan yang disebabkan oleh penjaga panti asuhan tersebut. Ray merupakan anak yang cerdas, kuat, tangguh dan berbeda dari anak-anak lainnya. Oleh karena itu, ketika mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari penjaga panti asuhan tersebut, Ray tidak hanya menerimanya, tapi juga memikirkan kembali hingga ia memberontak dan kabur. Keburnya Ray tersebut mengantarkan kepada pertanyaan kedua, “Apakah hidup ini adil?”. Ketika ia sudah lepas dari panti asuhan yang kerap memberi luka, Ray akhirnya menemukan kebahagiaan dan keluarga di rumah singgah yang didatanginya. Namun, lagi-lagi, kebahagiaan yang dirasakan Ray saat itu tidak bertahan lama. Kebahagiaannya direnggut oleh para berandal yang membuat kekacauan dan berdampak pada salah satu keluarganya di rumah singgah.

Klimaks dalam buku ini terjadi pada saat Ray menemukan cinta pertama dan terakhirnya. Ketika ia sudah menemukan bagian paling bahagia dari hidupnya selama ini, Ray kembali diberikan ujian yang kemudian membuat Ray bertanya “kenapa takdir menyakitkan ini terus terjadi?”. Ia terus kehilangan takdir-takdir baik dan terus merasakan takdir-takdir buruk nan menyakitkan. Segala peristiwa yang kemudian akan dialaminya bahkan sampai kondisi sekarat di rumah sakit, dijawab dengan bijak oleh pria berwajah menyenangkan tersebut. Jawaban dari pertanyaan keempat dan kelima menjadi penutup menyenangkan yang dapat membantu kita memahami arti kehidupan itu sendiri.

Buku yang memuat arti kehidupan seperti ini membuat kita sebagai pembaca harus memiliki fokus yang kuat untuk dapat mengaitkan satu bagian dengan bagian lainnya karena terdapat keterkaitan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya. Pembaca juga harus mengingat setiap kejadian karena novel ini seperti perjalanan waktu yang akan kembali ke bagian paling awal untuk menjawab kelima pertanyaan. Untuk dapat memahami sudut pandang dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, pembaca juga harus mencoba memperluas sudut pandangnya. Karena buku ini mencoba memberikan pemahaman baru terhadap apa-apa saja yang tidak terlihat, tidak hanya berhenti pada bagian terlihat.

Rembulan Tenggelam di Wajahmu sangat direkomendasikan bagi orang-orang yang merasa bahwa hidupnya menyedihkan dan tidak beruntung. Karena pertanyaan yang diajukan oleh Ray merupakan pertanyaan kebanyakan orang ketika mengalami peristiwa kurang menyenangkan. Dengan membaca buku tersebut, maka pembaca dapat melihat sisi lain dari peristiwa yang dialaminya dan memanjatkan syukur kepada Sang Pencipta. Sebagaimana judulnya yang memuat kata “Rembulan”, Ray memiliki kesempatan untuk dapat menerima jawaban atas pertanyaannya juga dikarenakan Ray sangat menyukai rembulan. Setiap kali melihat rembulan di langit, dengan peristiwa baik maupun buruk yang dialaminya, Ray selalu merasakan kuasa Tuhan menjejak di setiap sudut bumi di mana cahaya rembulan menyentuhnya. Ray selalu memiliki caranya sendiri dalam berinteraksi dengan Tuhannya.

Meski demikian, buku ini sebenarnya juga cocok bagi siapa pun. Dengan gaya bahasa khas yang dimiliki Tere Liye, penulis kenamaan ini mencoba mengingatkan pembaca agar selalu bersyukur atas apa pun yang sedang dialami: bersyukur dengan caranya masing-masing ketika berkomunikasi dengan Tuhan dan mencoba memahami bukan hanya yang terlihat, tapi juga yang tidak terlihat bahkan tidak bisa terdengar.

Teks: Nadia
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!