Pada Sabtu (05/07), Kinosuite International yang bekerja sama dengan CGV Cinemas, ROSKINO, Kementerian Kebudayaan Federasi Rusia, dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, menyelenggarakan festival film dalam rangka memperingati Hari Film Rusia. Acara ini diadakan di CGV Cinemas Central Park dan ditujukan untuk memperkenalkan berbagai karya sinematik lokal maupun internasional.
Di tengah rangkaian acara, film dokumenter drama (dokudrama) berjudul 12 Mile: Guiding the Archipelago juga diperkenalkan kepada para pengunjung yang datang. Film ini nantinya akan diluncurkan sebagai film pembuka dalam Nusantara Insight Film Festival (NIFF) yang rencananya akan diadakan pada bulan Desember mendatang.
Agus Imanuddin, selaku produser eksekutif fiilm 12 Mile, menerangkan bahwa film ini mengangkat kisah perjuangan seorang tokoh bernama Prof. Mochtar Kusumaatmadja. Karena semasa hidupnya, Prof. Mochtar merupakan seorang akademisi, diplomat, dan menteri luar negeri yang memiliki peranan penting dalam memperjuangkan pengakuan batas maritim Indonesia dalam Konvensi Hukum Laut Internasional.
“Itu film tentang bagaimana wawasan Nusantara ini terbentuk dengan perjuangan dari tokoh Prof. Mochtar Kusumaatmadja,” jelas Agus
Melalui film ini, penonton diajak memahami bagaimana Indonesia yang awalnya merupakan negara kepulauan tercerai-berai, akhirnya diakui sebagai satu kesatuan wilayah melalui perjuangan panjang diplomatik dan hukum internasional. Salah satu pencapaian penting yang ditampilkan dalam film ini adalah penarikan garis batas sejauh 12 mil laut dari garis dasar kepulauan yang kemudian menjadi dasar kedaulatan maritim Indonesia.
“Jadi, pada saat itulah berdasarkan perjuangan Prof. Mochtar, 12 mil itu ditarik menjadi titik luar indonesia, di situlah terdapat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi teman-teman sekarang bisa menikmati Jawa, Sumatera, Kalimantan menjadi satu kesatuan,” tambah Agus.
Dalam pernyataannya, Agus menekankan bahwa film ini tidak hanya memberikan informasi umum yang sudah diketahui oleh khalayak. Namun, film ini juga berupaya untuk menyajikan aspek penting sejarah Indonesia yang jarang diangkat ke publik. 12 Mile disebutkan dapat menggambarkan perjuangan yang sangat mendalam terhadap eksistensi Indonesia sebagai negara kepulauan.
Bentuk dokudrama dipilih agar film ini dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari generasi tua hingga generasi muda. Lewat berbagai pendekatan visual maupun naratif, film ini juga mencoba menjembatani pemahaman sejarah dengan cara yang lebih menarik serta mudah dicerna oleh siapa saja.
Dalam hal distribusi film, Agus menyampaikan film ini nantinya akan disebarkan melalui dua pola, yaitu secara umum dan secara festival. Secara festival, film ini akan ditayangkan secara eksklusif dalam bentuk premier dan roadshow di berbagai kota dan negara.
“Kita akan melakukan roadshow di tiga negara, bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kebudayaan, yaitu di Belanda, Vienna, dan juga di Yunani.”
Tidak hanya berfokus pada audiens internasional, film ini juga direncanakan akan menargetkan berbagai kalangan akademisi maupun mahasiswa dari dalam negeri. Pada tahun 2026, NIFF berencana untuk memperluas distribusi film ini ke berbagai kampus di Indonesia. Karena selain bertujuan untuk memperkenalkan tokoh Prof. Mochtar dan narasi sejarah yang jauh lebih menarik, film ini juga diharapkan akan menjadi momentum baru dalam menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pertumbuhan film lokal dan nasional.
Pers Suara Mahasiswa UI 2025
Independen, Lugas, dan Berkualitas!