Judul: Forrest Gump
Sutradara:Robert Zemeckis
Produser: Wendy Finerman, Steve Tisch
Genre: Drama, Romantic Comedy, Film Amerika
Tahun Rilis: 1994
Durasi: 142 menit
Pemain: Tom Hanks, Rebecca Williams, Sally Field, Michael Conner Humphreys.
“Life is like a box of chocolate, you never know what you’re going to get.” -Forrest Gump
Bagi pelajar dan mahasiswa, banyak kejadian tak terduga yang dialami selama perkuliahan. Kuis dadakan, mati lampu saat ujian daring, dan di-“dor” dosen saat tidak fokus sudahlah biasa. Fenomena ini dikenal sebagai ketidakpastian, sesuatu yang dialami oleh seluruh umat manusia. Ketidakpastian yang ada di dunia ini sering kali membawa kecemasan untuk kita, membuat overthinking bahkan depresi. Apakah ini karena pelajar memiliki rata-rata IQ yang tinggi? Jika iya, mari kita simak kisah Forrest Gump untuk rehat sejenak.
Mendapatkan enam penghargaan Oscar, Forrest Gump (1994) adalah sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Winston Groom dengan judul yang sama dan dirilis pada 1986. Film ini menceritakan beberapa dekade dalam hidup Forrest Gump (Tom Hanks) yang melewati beberapa kejadian penting. Lini masa hidup Forrest Gump yang berawal dari akhir perang dunia kedua hingga tahun '90-an dengan kisah-kisah penting di dalamnya membuat film ini menjadi dekat dengan para penonton saat dirilis.
Cerita bermula di sebuah pemberhentian bus ketika Forrest sedang menunggunya. Selagi menunggu, dia menawarkan coklat kepada orang asing yang juga menantikan kedatangan bus, sambil menceritakan tentang masa lalunya. Lahir di kota kecil bernama Greenbow, Alabama, tanpa seorang ayah, dan kesehatan yang tidak baik. Memiliki kaki yang kuat, namun tulang belakang yang lemah, menyebabkan Forrest membutuhkan penyangga kaki yang menghalangi mobilitasnya. Selain kondisi fisik dan keluarga, Forrest juga memiliki IQ sebesar 75 yang ada di ambang batas disabilitas.
Beruntung bagi Forrest, sang ibu Ny. Gump (Sally Field) berusaha sepenuhnya untuk mendidik Forrest. Memahami kondisi anaknya, Ny. Gump mencari cara bagaimana cara menyampaikan pesan untuk Forrest supaya dia dapat mengerti. Walaupun tanpa sosok ayah, keluarga Gump dapat hidup mandiri dengan penginapan yang diatur oleh Ny. Gump. Pengunjung penginapan banyak berinteraksi dengan Forrest yang kurang lebih dapat memberikan sosok ayah untuknya, salah satunya Elvis Presley. Walaupun IQ-nya di bawah batas, Forrest dapat masuk sekolah umum berkat usaha Ny. Gump meyakinkan kepala sekolah dengan segala cara.
Upaya yang dilakukan Ny. Gump ini tanpa sadar memberikan hasil. Masuknya Gump ke sekolah umum membuatnya bertemu dengan orang-orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Di sekolah, dia bertemu dengan Jenny Curran (Robin Wright) yang ke depannya akan menjadi pemicu berbagai kejadian tak terduga. Pertemanannya dengan Jenny menyadari bakatnya sebagai pelari, yang memberikannya akses ke peristiwa penting pada zamannya. Dengan bakat lari yang dimilikinya, Forrest dapat berpartisipasi di universitas, perang Vietnam, menguasai bisnis, dan banyak kejadian yang tidak terduga lainnya.
Orang-orang yang melihat Forrest saat masih kecil tidak akan pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang sukses di masa depan. Sepanjang film, terlihat kalau lingkungannya banyak yang meremehkannya sehingga dia menjadi korban perundungan—entah karena IQ-nya yang rendah. Untungnya, karena didikan Ibunya pula, Forrest tidak pernah memikirkan perlakuan orang-orang yang merundungnya. Forrest fokus melakukan apa yang disukainya dengan konsisten dan senang hati. Berkat kegigihannya tersebut, Forrest mendapatkan banyak pengalaman berharga, baik dari orang-orang yang ditemuinya maupun berbagai pelajaran yang didapatkannya.
Seperti film hasil adaptasi novel lainnya, kisah pada film Forrest Gump banyak memiliki perbedaan dibanding versi novelnya. Walaupun keduanya menjelajahi perkembangan karakter dari Forrest, versi novelnya jauh lebih gelap. Dalam film, karakter Forrest selalu ditampilkan sisi baiknya, sedangkan pada novelnya terdapat kisah-kisah gelap seperti interaksi Forrest dengan narkoba, perjudian, kata-kata kotor, dan ketidakstabilan mental yang dialami karakter utama tersebut. Selain itu, terdapat banyak perubahan dan penghilangan karakter—perubahan cerita dalam adaptasinya. Secara umum, Zemeckis memberikan banyak keberuntungan pada Forrest dalam adaptasinya menjadi film untuk mencerahkan cerita asli dalam versi novel.
Karakter Forrest Gump dapat memberikan kita pelajaran tentang bagaimana menghadapi ketidakpastian hidup. Bagaimana sebuah bakat sederhana seperti berlari yang jika dikembangkan secara konsisten dapat mengantarkan kita ke berbagai tempat. Pentingnya pendidikan dini agar kita dapat tetap optimis, rendah hati, bahagia, dan yang terpenting tetap tangguh menjalani hidup. Tak hanya itu, kita juga diberikan dampak dari pendidikan masa kecil yang buruk dari karakter Jenny, yang nasibnya digambarkan sebagai 180 derajat dari Forrest.
Film ini pun tidak lepas dari kritik, terutama bagaimana film ini “merendahkan” perubahan sosial di Amerika. Hal tersebut ditampilkan melalui kesialan yang dialami Jenny yang secara aktif terlibat dalam politik. Sementara itu, Forrest berfokus pada dirinya sendiri hingga akhirnya sukses dan membantu orang-orang yang dekat dengannya. Walaupun begitu, film ini tetap menarik untuk ditonton sebagai rehat untuk kita yang sedang lelah menjalani keseharian. Pada akhirnya, kita hanya dapat mengatur bagaimana kita menyikapinya, 'kan?
Teks: A. Dieter Hamardikan
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.
Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!