Menjaga Kesehatan Mata selama Pandemi

Redaksi Suara Mahasiswa · 23 Januari 2021
3 menit

By Advertorial CIMSA UI 2020-2021

—Wawancara dilakukan oleh Marsadhia Rafifa (Alumni and Senior Director CIMSA UI 2020-2021) dan Ryan Rizky (Alumni and Senior Team CIMSA UI 2020-2021) bersama  Dr. Dinda Arken Devona, Sp.M—

Selamat pagi dr. Dinda. Bagaimana kabar Dokter saat ini? Selama praktek di kondisi pandemi ini, apakah dokter sering mendapatkan keluhan mata dari pasien?

Selamat pagi, Marsa dan Ryan! Alhamdulillah, kabarku baik. Selama praktek di kondisi pandemi ini, aku sering menemukan beberapa pasien yang mengeluh matanya mudah lelah dan kering terutama pada usia produktif, yaitu umur 15–40 tahun. Selain itu, aku juga mendapatkan keluhan bahwa pasien mengalami kesulitan untuk tidur karena tidak ada jam kerja selama work for home.

Wah baik, Dok, berarti memang lumayan banyak juga yang memiliki keluhan selama pandemi ini. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan secara online karena work from home sehingga screen time kita meningkat. Sebenarnya, Dok, apakah mata kita mempunyai batas toleransi screen time?

Mata kita tidak mempunyai batas toleransi screen time, tetapi mata yang dipaksakan juga tidak akan berujung baik. Maka dari itu, terdapat panduan untuk penggunaan screen time, yaitu 20-20-20 rule. Panduan ini pastinya sudah tidak asing lagi ya untuk kita!

20-20-20 rule merupakan singkatan dari 20 detik untuk istirahat dengan melihat benda sejauh 20 kaki (6 m) untuk setiap 20 menit.

Selain itu, terdapat panduan screen time yang bisa menjadi rujukan juga berdasarkan umur, yakni:

Umur di bawah 3 tahun tidak dianjurkan untuk ada screen time yang lama, hanya diperbolehkan untuk sebentar saja, seperti videocall.
   Hal ini dikarenakan sistem penglihatan akan matur secara sepenuhnya pada umur 6–7 tahun. Jika diberikan screen time yang cukup lama, maka perkembangan mata akan terganggu karena mata pada usia ini sedang belajar berakomodasi yang meliputi penglihatan benda 3D, fungsi tracking benda (mengikuti benda bergerak), dan fungsi konvergen. Salah satu akibat terganggunya perkembangan sistem penglihatan adalah dapat terjadi masalah kelainan refraksi.

Umur di bawah 6 tahun (pre-school) → screen time diperbolehkan hanya selama 1 jam sehari dengan istirahat selama 20 menit.

Umur 6–9 tahun → screen time diperbolehkan selama 2 jam.

Umur > 9 tahun →  screen time dianjurkan selama 30 menit untuk setiap sesi yang diselingi dengan istirahat.

Panduan screen time ini merupakan anjuran yang bisa diikuti untuk menjaga kesehatan mata.

Baik, Dok, berarti hanya terdapat panduan yang dianjurkan untuk screen time. Kemudian, jika screen time tidak dikendalikan dengan baik, apakah terdapat dampak pada mata kita, ya, Dok?

Iya, biasanya terdapat gejala yang sering dijumpai pada pasien seperti mata menjadi kering, gatal, pandangan buram, sakit kepala, dan sakit leher. Kumpulan gejala ini biasa disebut dengan istilah mata lelah. Selain itu, dampak screen time yang tidak terkendali dengan posisi penggunaan alat elektronik yang tidak ideal akan mengganggu kinerja hormon melatonin yang berfungsi pada siklus tidur kita. Secara spesifik, screen time yang berlebihan akan mengganggu irama sirkadian tidur sehingga sering ditemukan keluhan bahwa pasien mengalami kesulitan untuk tidur.

Wah baik, Dok, berarti screen time yang tidak terkendali bisa juga memberikan dampak pada hormon selain mata kita, ya, Dok. Nah selanjutnya, biasanya nih sering dijumpai masyarakat yang menggunakan kacamata antiradiasi jika melakukan screen time yang cukup lama, apakah kacamata tersebut berpengaruh, Dok?

Blue light merupakan cahaya dengan panjang gelombang rendah (380–500 nm) yang memiliki energi sangat tinggi. Blue light merupakan cahaya yang bisa didapatkan dari matahari dan layar alat elektronik yang bisa didapatkan dari matahari dan layar alat elektronik. Jika terkena blue light langsung dari matahari, maka akan mengakibatkan kelainan mata seperti katarak dan degenerasi makula.

Di sisi lain, pajanan blue light yang diperoleh dari alat elektronik tidak terbukti dapat menyebabkan kelainan mata, namun dari beberapa studi dikatakan pajanan blue light tersebut dapat mempengaruhi kinerja hormon melatonin sehingga dapat mengganggu irama sirkadian tubuh dan gangguan kualitas tidur.

Maka dari itu, tidak perlu menggunakan kacamata antiradiasi, melainkan hanya perlu mengatur jadwal screen time dengan baik serta mengaktifkan night mode atau eye comfort mode pada device yang digunakan.

Baik dok, jadi kacamata antiradiasi ini tidak ada pengaruh ya terhadap waktu screen time yang lama. Terakhir, apakah terdapat tips dan trik yang bisa dilakukan saat menjalankan work from home untuk tetap menjaga kesehatan mata kita?

Tentu ada, tips and tricks yang bisa dilakukan untuk melaksanakan safe online learning, yaitu:

Berkediplah secara normal dengan 11–15 kali/menit.
   Jika menggunakan screen time yang terlalu lama, mata kita akan lebih jarang mengedip sehingga mengalami kekeringan. Maka sangat dianjurkan untuk berkedip dengan sadar agar bola mata kita terlumasi dengan baik.

Gunakan pencahayaan yang tepat dalam ruangan, yaitu tidak terlalu gelap maupun terang.

Penggunaan gadget dihindari 2–3 jam sebelum tidur. Hal ini dianjurkan agar tidak mengganggu kinerja hormon melatonin sehingga memudahkan diri kita untuk tidur.

Atur posisi duduk saat menggunakan layar seperti gambar di bawah

Hindari layar monitor menghadap jendela. Arah cahaya matahari lebih baik datang dari sisi kanan atau sisi kiri laptop kita. Hal ini dikarenakan mata akan lebih cepat lelah jika harus menerima banyak cahaya yang satu arah dari laptop maupun jendela.

Gunakan tetes mata air buatan jika diperlukan untuk melembabkan mata

Konsultasi ke dokter Spesialis Mata jika kondisi memberat

Advertorial CIMSA UI 2020-2021
Editor: Nada Salsabila

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!