Menyusuri Realitas Kehidupan melalui Redefinisi Permainan Anak

Redaksi Suara Mahasiswa · 8 Oktober 2021
4 menit

Judul: Squid Game
Sutradara: Hwang Dong-hyuk
Genre: aksi, petualangan, drama
Tahun rilis: 2021
Jumlah episode: 9
Pemain: Lee Jung-jae, Park Hae-soo, Jung Ho-yeon, Wi Ha-joon, O Yeong-su, Anupam Tripathi, dan lain-lain.

Serial Netflix asal Korea Selatan kembali menjadi trending topic setelah meraih predikat sebagai salah satu serial non-Inggris yang paling banyak ditonton di dunia. Pada 17 September 2021, serial berjudul Squid Game resmi dirilis di layanan streaming Netflix. Serial drama survival ini menyajikan salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah finansial yang dihadapi orang pada umumnya, yaitu dengan cara berpartisipasi dalam permainan masa kecil di Korea Selatan.

Squid Game secara gamblang menggambarkan realitas sehari-hari, yakni dengan adanya masalah yang menguji manusia untuk mampu bertahan hidup. Kondisi ini tidak jarang memaksa setiap orang melakukan hal tak terduga hingga rela mengorbankan nyawa orang lain demi mencapai keinginan pribadinya. Dalam serial ini, orang yang berhasil menyelesaikan semua permainan akan dihadiahi uang sebesar 45,6 miliar Won, nominal yang sesuai dengan jumlah partisipan (456 orang). Sementara itu, pemain yang gagal tidak hanya keluar begitu saja, tetapi juga harus menghadapi pertaruhan antara hidup dan mati.

Serial ini dibuka dengan asal-usul seseorang dan bagaimana dirinya dipertemukan dengan kompetisi “Squid Game”. Orang tersebut bernama Seung Gi-hun (Lee Jung-jae), pecandu judi yang berusaha melunasi utangnya dan bertanggung jawab membiayai kebutuhan putrinya. Rasa frustasi akan kesulitan hidupnya mendapat perhatian dari sosok tak dikenal yang mengundang Gi-hun untuk berpartisipasi dalam permainan, yaitu dengan menghubungi kontak yang terdapat dalam sebuah kartu. Sepotong kertas kecil dengan simbol lingkaran, segitiga, dan persegi mungkin menjadi perantara atas penyelesaian rintangan hidup Gi-hun.

Latar Belakang Tokoh yang Menarik Simpati Penonton

Permainan memerlukan strategi yang tepat untuk menang, baik ketika bermain secara individu maupun kelompok. Beberapa tokoh lain yang cukup dekat dengan Gi-hun adalah Cho Sang-woo (Park Hae-soo), Oh Il-nam (O Yeong-su), Kang Sae-byeok (Jung Ho-yeon), dan Abdul Ali (Anupam Tripathi). Setiap tokoh memiliki latar belakang masing-masing. Cho Sang-woo dahulu merupakan mahasiswa berbakat dari Universitas Nasional Seoul, tetapi menjadi buron karena mencuri uang milik kliennya. Selanjutnya, Kang Sae-byeok merupakan pembelot Korea Utara yang berusaha menyelamatkan anggota keluarganya. Warga asli Pakistan pun turut bermain, yaitu Abdul Ali, seorang pekerja asing yang belum mendapatkan bayaran selama berbulan-bulan meskipun harus menafkahi keluarganya.

Tampaknya, permainan tidak hanya untuk mendapatkan uang, seperti Oh Il-nam yang memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di area bermain daripada menunggu kepergiannya di dunia luar. Berbekal latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, mereka sama-sama berusaha untuk memenangkan setiap permainan. Di samping itu, ada seorang polisi bernama Hwang Jun-ho (Wi Ha-joon) yang kehilangan kakaknya tanpa kabar dan mencurigai keberadaan permainan misterius tersebut. Sama seperti para pemain, Jun-ho memerlukan strategi untuk menemui kakaknya yang hilang dalam permainan tersebut. Namun, strategi untuk tetap bertahan tidak selalu mulus. Dibutuhkan keberanian yang kuat untuk merelakan sesuatu, apa pun hal tersebut.

Beragam Plot Twist Permainan Hidup dan Kepiawaian Pemain Serial

Untuk menarik perhatian penonton, serial karya Hwang Dong-hyuk ini menyajikan berbagai plot twist yang cukup apik. Dibarengi dengan efek suara yang menegangkan, teknik pencahayaan yang konsisten terhadap adegan cerita, dan pengambilan gambar yang menguji emosi penonton pun turut melengkapi narasi serial dan pesan yang hendak disampaikan. Tercapainya aspek tersebut sehingga mampu memikat penonton tentu tidak terlepas dari kepiawaian para aktor dalam menjalankan perannya. Lee Jung-jae, sang pemeran tokoh utama, telah berkecimpung di dunia akting sejak 1990-an dan menuai banyak prestasi, salah satunya memenangkan penghargaan Aktor Terbaik dalam Buil Film Awards 2015.

Selain dari keunggulan aktor, dilansir dari Forbes, serial ini sukses menempati posisi pertama dalam pemeringkatan Netflix di 90 negara, termasuk Indonesia. Perolehan tersebut menjadikan Squid Game sebagai tontonan yang begitu populer dan kerap kali memenuhi lini masa media sosial. Kaitan antara kehidupan masa kecil yang menyenangkan dan realitas masa dewasa yang penuh tantangan tampaknya menjadikan serial ini lebih akrab dengan penonton. Masalah finansial sebagai dampak pandemi juga merupakan momen yang tepat untuk meluncurkan serial terkait cara memperbaiki kondisi keuangan ini. Oleh karena itu, tayangan ini terbilang sangat relatable dengan situasi di kehidupan nyata.

Menyaksikan Squid Game akan terasa lebih lengkap jika mengambil sudut pandang sebagai penyelenggara gim, alias tidak hanya berfokus pada nasib para pemain. Sepanjang petualangan, terdapat penjaga atau pasukan dengan setelan merah muda yang memandu berlangsungnya permainan. Para penjaga tersebut harus menyembunyikan identitas mereka dengan memakai topeng bersimbolkan persegi, segitiga, atau lingkaran. Sosok yang mengawasi jalannya seluruh permainan, yaitu Front Man, juga merahasiakan identitasnya.

Di balik misteriusnya permainan dan kekejaman yang terjadi, bagaimanapun juga permainan tersebut menjanjikan hadiah yang mampu menyelesaikan masalah pemain setelah keluar dari arena. Baik di arena bermain maupun kehidupan nyata, pemain akan tetap menghadapi tantangan yang mengancam hidupnya. Oleh sebab itu, tragedi dalam permainan tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada penyelenggara gim. Ada konsekuensi dari segala pilihan yang telah ditentukan oleh para peserta. Hal ini berlaku juga bagi pasukan merah muda yang melanggar kesepakatan. Pada akhirnya, mereka pun diperlakukan secara adil seperti para pemain.

Kisah realitas kehidupan dalam Squid Game berhasil mengangkat Alice in Borderland (2020) kembali naik daun. Serial asal Jepang itu sempat menempati peringkat kedua dari sepuluh besar di Netflix Indonesia. Semenjak perilisannya, Squid Game kerap dibanding-bandingkan dengan Alice in Borderland, bahkan hingga terdapat kubu yang mendukung salah satu serial tersebut. Keramaian itu memicu para penonton untuk menyaksikan kedua tayangan sekaligus untuk membuktikan keberpihakan mereka. Kedua serial sama-sama menyajikan kisah tentang permainan mematikan, tentu dengan ciri khas masing-masing. Adapun penilaian terkait keunggulan dari salah satu serial bergantung pada penilaian dan selera penonton.

Kritik Terkait Keamanan Data Pribadi dan Penuh Adegan Kekerasan

Terlepas dari keunggulannya, terdapat kekurangan yang dianggap sebagai ketidaktelitian dalam penggarapan serial. Dilansir dari situs IMDb, terdapat pemilik sungguhan dari nomor telepon dalam Squid Game yang mengaku memperoleh panggilan lebih dari seribu kali. Selain itu, popularitas serial ini patut menjadi perhatian agar tidak serta-merta ditonton begitu saja oleh anak di bawah umur karena banyak adegan yang belum sesuai dengan mereka.

Penyematan "permainan anak-anak" dalam Squid Game perlu dimaknai dengan lebih mendalam. Bukan untuk kesenangan belaka, permainan justru menjembatani para partisipan untuk keluar dari masalah hidup mereka dengan cara yang tidak biasa. Pada intinya, setiap orang merindukan masa kecil sehingga awalnya menganggap mudah permainan yang disajikan sebelum mengetahui konsekuensinya. Lalu, apakah mereka sungguh berhasil keluar dari kesulitan hidup setelah permainan berakhir?

Teks: Ruth Margaretha M.
Foto: Istimewa
Editor: Faizah Diena

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!