Moonrise Over Egypt: Perjuangan Legitimasi Bangsa

Redaksi Suara Mahasiswa · 12 November 2021
3 menit

Judul: Moonrise Over Egypt
Sutradara: Pandu Adi Putra
Produser: Adie Marzuki, Amir Sambodo
Genre: Biografi, Sejarah, Drama
Tanggal rilis: 22 Maret 2018
Durasi: 112 Menit
Pemain: Reza Anugrah, James Dixon, Drh Ganda, Ina Marika, Satria Mulia, Vikri Rahmat, Pritt Timothy, Mark Sungkar

Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti setelah dilakukannya proklamasi. Kedaulatan negara Indonesia memiliki perjuangan yang cukup panjang, bahwa Indonesia masih harus berhadapan dengan Belanda yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia. Berbagai cara dilakukan oleh tokoh-tokoh perjuangan Indonesia, salah satunya adalah H. Agus Salim. Beliau merupakan seorang diplomat Indonesia yang juga merupakan penemu bangsa Indonesia. Melalui jalur diplomatik, beliau memperjuangkan kedaulatan Indonesia dengan menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Perjuangan diplomatik Agus Salim di Kairo, Mesir, menjadi inti cerita yang diangkat dalam film ini.

Moonrise Over Egypt dimulai dari adegan seorang pejuang pemuda yang ditembak oleh tentara penjajah. Cerita tersebut dilanjutkan dengan perjalanan H. Agus Salim, Abdurrahman Baswedan, Mohammad Rasjidi, dan pejabat Departemen Luar Negeri, yang merupakan delegasi utusan Ir. Soekarno untuk memperjuangkan pengakuan Mesir atas kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka. Sesampainya di Mesir, para tokoh perjuangan bertemu dengan perwakilan Mesir dan juga mahasiswa Indonesia di Mesir. Para mahasiswa tersebut tergabung dalam gerakan yang melakukan protes kepada kedutaan Belanda di Mesir.

Perjuangan diplomasi oleh para tokoh Indonesia diperlihatkan dalam berbagai pertemuan yang dilakukan dengan perwakilan Mesir. Namun, perjuangan diplomasi Indonesia di Mesir tidak selalu berjalan mulus. Dalam film tersebut diperlihatkan berbagai tantangan dalam melakukannya. Tantangan utama bagi para tokoh Indonesia di Mesir terletak pada persaingan diplomasi dengan Belanda. Dalam hal ini, Belanda juga mencoba untuk melobi dan berunding dengan Mesir terkait pengakuannya terhadap kedaulatan Indonesia. Mesir sempat menunda pengakuannya terhadap Indonesia ketika Belanda mengintervensi. Hal tersebut diperlihatkan dalam film ketika H. Agus Salim menyindir pihak Mesir dengan mengatakan bahwa dirinya merasa ada pihak yang lebih kuat sehingga dapat memengaruhi keputusan Mesir.

Hambatan yang terjadi dalam perjuangan para tokoh Indonesia tidak menyurutkan semangatnya dalam membela kedaulatan Indonesia. Dengan cara yang diplomatis, para tokoh Indonesia tersebut meneruskan perundingannya dengan perwakilan Mesir mengenai pengakuannya terhadap kemerdekaan Indonesia. Melalui Mr. Azzam, delegasi Indonesia berusaha untuk menguatkan kepercayaan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia. Selain itu, hambatan lain terletak pada kondisi keuangan para tokoh delegasi Indonesia yang semakin menipis. H. Agus Salim kemudian merespon dengan meminta rekan-rekannya untuk berpuasa, tetapi pada akhirnya mereka mendapatkan sokongan dari para pendukung perjuangan di Mesir.

Hambatan lainnya yang menjadi permasalahan inti dari film tersebut adalah kehadiran mata-mata Belanda dalam pergerakan tersebut yang ternyata merupakan mahasiswa Indonesia. Agus Salim kemudian bertemu dengan seorang mahasiswa yang merupakan mata-mata Belanda tersebut. Dalam kesempatan itu, Agus Salim menyelipkan pesan dan pandangannya mengenai kesalahan orang Indonesia yang menjadi mata-mata Belanda, walaupun beliau tidak menyadari bahwa mahasiswa tersebut merupakan seorang mata-mata.

Perjuangan delegasi Indonesia di Mesir kemudian dibantu oleh rekan Indonesia yang merupakan seorang jurnalis di Mesir. Namun, terdapat sebuah kendala lain yang cukup besar, yaitu sulit mendapatkan seluruh informan yang mengerti berita tentang Indonesia dan permasalahan yang ada. Seluruh informan enggan untuk membuka mulutnya kepada jurnalis Indonesia. Lebih dari itu, dua informan mereka dikatakan telah tewas. Hal tersebut tidak lain dikarenakan kehadiran mata-mata di antara pergerakan delegasi Indonesia di Mesir. Kehadiran mata-mata telah memberikan berbagai informasi kepada Belanda mengenai perkembangan pergerakan delegasi Indonesia serta melalui kegiatan sehari-harinya. Hingga pada akhirnya, berkat pesan-pesan yang disampaikan oleh H. Agus Salim kepada mata-mata yang merupakan mahasiswa tersebut, ia merasa bersalah karena sudah mengkhianati perjuangan bangsanya sendiri. Ia kemudian membantu menghentikan pihak Belanda untuk menggagalkan rencananya dalam menghentikan upaya delegasi Indonesia meraih pengakuan kedaulatannya. Film ini kemudian ditutup dengan keberhasilan delegasi Indonesia dalam meraih pengakuan Mesir terhadap kedaulatan bangsa Indonesia.

Dalam menceritakan perjuangan H. Agus Salim dan delegasi Indonesia lainnya di Mesir, film Moonrise Over Egypt memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Film ini mengandung nilai-nilai moral yang cukup kuat. Melalui film ini, perjuangan kedaulatan Indonesia tidak hanya diperlihatkan dengan cara-cara fisik seperti peperangan dan pergerakan fisik lainnya, tetapi juga secara diplomatik. Tidak banyak film serupa yang menjelaskan mengenai perjuangan kedaulatan Indonesia secara diplomatik sehingga film ini memiliki keunikan dan dapat menjadi nilai tambah tersendiri. Selain itu, film ini juga memuat nilai kesetaraan gender yang dicerminkan dalam adegan ketika H. Agus Salim ditanya oleh seorang mahasiswi Melayu di Kairo. Ia bertanya mengenai pandangan H. Agus Salim terhadap kedudukan perempuan. Lantas, Agus Salim menjawabnya dengan memberikan contoh seperti Maria Ulfa Santoso yang merupakan Menteri perempuan pertama di Indonesia. Beliau berpendapat bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai hal, terutama dalam menimba ilmu.

Di samping beberapa kelebihan film tersebut, terdapat juga beberapa kekurangan yang tidak luput dari perhatian penonton. Hal pertama yang menjadi kritik terhadap film ini terletak pada penokohan yang sebenarnya dapat dilakukan dengan lebih maksimal. Selain itu, secara teknis film ini sangat memperlihatkan efek-efek buatan yang memiliki kesan “memaksa” dalam beberapa adegan. Hal ini menyebabkan beberapa adegan dalam film tersebut terlihat kurang natural, walaupun beberapa adegan film memang diambil langsung di daerah Mesir.

Perjuangan kedaulatan Indonesia dalam Moonrise Over Egypt cocok untuk disaksikan oleh semua kalangan. Bagi anak-anak, khususnya remaja, perjuangan H. Agus Salim dan delegasi Indonesia lainnya dalam film ini dapat menjadi inspirasi. Selain itu, film ini dapat membuka wawasan tentang peran penting diplomasi terhadap keberlangsungan suatu negara. Melalui film ini, penonton dapat mengambil banyak pelajaran mengenai bagaimana diplomasi dilakukan dan bagaimana etika dapat digunakan dalam memperjuangkan sesuatu.

Teks: Muhammad Kuncahyo Duto Audito
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!