Musik Eksperimental: Alternatif dari Kejenuhan Musik Arus Utama

Redaksi Suara Mahasiswa · 21 Desember 2020
4 menit

By Rifki Wahyudi

Musik sebagai salah satu wujud seni kini  telah mengalami berbagai perkembangan, baik dari segi varian maupun lingkup sebarannya, musik di tengah arus perkembangan teknologi menjadi  tak terbatas dalam ranah penikmat, siapa pun dan di mana pun, seseorang dapat dengan mudah menikmati jenis atau aliran musik tertentu yang mungkin tidak populer di daerahnya.

Definisi musik sendiri ditafsirkan berbeda-beda oleh tiap individu. Epperson, Professor of Music dari Universitas Arizona, mendefinisikan musik sebagai seni yang berkaitan dengan penggabungan vokal atau suara instrumental  untuk keindahan bentuk atau ekspresi emosional.

Di masa kini, fenomena  kemunculan musik dengan di bawah naungan indie label kian masif, sebagaimana sebagian orang menyebut telah  terjadi pengulangan pola dalam sejarah, di mana pada era 1970 hingga 1990-an banyak band-band berada pada naungan indie label yang menguasai  skena musik pada eranya.

Namun, pernahkah anda merasakan kejenuhan di tengah seringnya pemutaran musik arus utama yang mungkin hanya itu-itu saja? Kiranya tak ada salahnya untuk menjajal musik eksperimental sebagai alternatif penghilang kebosanan menikmati musik arus utama.

Apa Musik Eksperimental Itu?

Jika dimaknai secara harfiah dengan pemisahan makna antara kata musik dan eksperimental itu sendiri, maka Musik dapat dimaknai sebagai “Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan” (KBBI), sedangkan Eksperimental yakni sesuatu yang “Berhubungan dengan percobaan” (KBBI).

Jika digabungkan menjadi satu frasa, maka musik eksperimental dapat dimaknai sebagai proses penyusunan nada atau suara yang dicapai dengan coba-coba.  Mungkin dari sini muncul sebuah pertanyaan “Bukankah dalam proses bermusik memang diawali dengan coba-coba?” pemikiran tersebut tidaklah salah.

Akan tetapi, ada beberapa hal yang membedakan musik eksperimental dengan musik pada umumnya, di antaranya adalah pemilihan alat musik yang tak lazim, cara memainkan alat musik yang anti-mainstream, hingga menghasilkan bunyi-bunyian nyentrik dan unik yang mungkin tidak ditemukan pada musik-musik pada umumnya. Wajar saja jika banyak orang yang tidak familiar dengan jenis musik ini.

Musik eksperimental hadir sebagai wujud penolakan terhadap pola bermusik yang pakem. Dengan begitu, maka hadirlah wajah baru yang lebih segar dalam bermusik yang mungkin dapat dijadikan sebagai penawar kejenuhan dari cara bermusik atau mendengarkan musik yang itu-itu saja.

Musik Eksperimental juga disebut sebagai musik garda depan atau Avant Garde, hal ini disematkan lantaran jenis musik eksperimental yang dianggap sebagai  pelopor inovasi-inovasi dalam bermusik.

Sesuai dengan namanya, para musisi beraliran eksperimental pun memiliki cara bermusik yang liar sehingga tidak terikat pada aturan baku dalam bermusik. Alat dan cara  bermainnya pun bervariasi, tidak melulu gitar dipetik atau drum dipukul menggunakan stik. Namun, bisa saja benda-benda yang ada di sekitar kita, misal pelat besi yang digesek menggunakan serpihan kaca, atau tetap menggunakan alat musik konvensional namun dimainkan dengan cara yang tak biasa, seperti gitar yang dimainkan dengan cara ditabuh, dan tentunya banyak cara mengeksplorasi musik yang dilakukan oleh para musisi musik eksperimental.

Dengan dilakukannya hal yang tak lazim tersebut, maka suara yang dihasilkan pun anti-mainstream dan terangkum dalam nada-nada yang unik.

Dari hal demikian, meliputi segala proses kreatif eksperimental dan kerumitan untuk menyusun nada-nadanya. Maka musik ini hampir tidak mungkin dapat di-cover oleh orang lain, hanya para musisinya sendiri yang tahu dan paham mengenai detail bermusiknya.

Di Indonesia sendiri ada band musik eksperimental yang kerap mengisi berbagai event internasional. Senyawa, kelompok musik eksperimental yang berdiri sejak 2010 dan dipunggawai oleh dua orang bernama Rully Shabara dan Wukir Suryadi. Mereka mengeksplor dan mengulik suara-suara yang dihasilkan dari pukulan maupun gesekan benda-benda buatan sendiri yang dipadu dengan teknik vokal  yang unik.

’’Semua alat kami produksi sendiri. Dengan begitu, kami bisa mendapatkan suara yang kami inginkan,’’ kata Rully yang dimuat di portal berita daring Jawa Pos.

Padatnya tur Senyawa ke luar negeri membuktikan betapa musik ini cukup mendapatkan apresiasi di luar negeri. Namun, di dalam negeri musiknya malah kerap di salah artikan, yakni dianggap sebagai musik etnik.

Dalam sesi wawancara yang dimuat dalam kanal youtube, Vice Indonesia. Rully mengungkapkan hal ini sebagai suatu hal yang wajar, mengingat berbagai akomodasi terkait penampilannya di luar negeri yang lebih mumpuni.

“Di sana apresiasinya jauh lebih baik, tapi  karena tadi itu, karena mungkin mereka menikmati Senyawa di tempat yang tepat dan sound system yang lebih baik, jadi lebih mudah untuk  menerimanya,” ujar Rully.

Perihal menikmati musik eksperimental pun kita bisa bebas menggunakan cara apapun, hal ini sejalan dengan cara bermusiknya yang bebas, luas, dan tanpa sekat. Kita bisa menikmati dengan cara menerka-nerka makna tersirat yang muncul baik dari permainan alat musik yang tidak familiar sehingga menghasilkan bunyi-bunyian yang tak familiar pula, atau melalui lirik-lirik yang sengaja tak disampaikan dengan gamblang.

Menghadiri performing art musik eksperimental mungkin akan cukup membantumu dalam menikmati musiknya, karena disampaikan melalui pembawaan langsung oleh musisinya, terlebih jika ditunjang dengan sound system dan tempat yang tepat.

Jadi, jika kalian sedang mengalami stagnasi atau jenuh dengan musik yang itu-itu saja, maka tak ada salahnya untuk mencoba menikmati musik eksperimental. Siapa tahu dari sekadar mendengarkannya lantas  memunculkan ide untuk turut serta bereksperimen dalam bermusik.

Referensi:

https://www.jawapos.com/features/14/01/2017/duo-senyawa-grup-musik-eksperimen-dari-jogja-yang-ngetop-di-mancanegara/. Diakses pada 9 Desember 2020

https://www.antaranews.com/berita/1137804/ketika-indie-menjadi-arus-utama-bagaimana-dengan-musik-rock. Diakses pada 9 Desember 2020

https://www.djarumcoklat.com/index.php/article/musik-eksperimental-alternatif-untuk-mengatasi-stagnasi-dunia-musik/3. Diakses pada 9 Desember 2020

`Senyawa Bukan Band Indonesia` : Vice Meets, https://youtu.be/iZvFNmZTeLc

Penulis: Rifki Wahyudi
Kontributor: Muhammad Riyan
Editor: Diena Hanifa
Ilustrasi: Cyclic Defrost

Pers Suara Mahasiswa UI 2020
Independen, Lugas, dan Berkualitas